Part 2

382 33 0
                                    

Jake, pria berwajah blasteran itu membawa dua gelas pesanannya dan juga Adanu. Ia lantas menyerahkan ice americano pada Adanu yang lebih duduk di salah satu meja di sudut ruangan cafe.

Jake lalu duduk berseberangan dengan Adanu.

"Makasih ya Jake. Entar gue ganti, kasih aja nomer rekening lo"

"Alah mas, santai aja kali. Anggep aja gue traktir lo"

"Ya kalo gitu, gue traktir lo balik nanti lain waktu"

"Terserah lo aja deh mas"

Jake pun mulai meminum ice lattenya, begitupula dengan Adanu.

"Oh ya, Mas Danu lagi apa disini ?"

Jake nampak memperhatikan Adanu dari ujung kepala hingga kakinya.

"Rapi banget lagi"

"Gue ada interview di deket sini"

"Oh, berarti lo resign dari kerjaan yang di kota sebelah"

"Iya. Udah dari pertengahan bulan lalu gue resign trus pindah kesini"

Jake mengangguk paham.

"Lo sendiri ? Lo kerja di daerah sini ?"

"Ya, gitu deh"

"Kerja dimana ?"

"Lo liat hotel di persimpangan itu kan ?"

"Iya"

"Itu punya bokap, gue jadi direktur disitu"

"Serius. Lo anak yang punya Adhitama group ? Kok gue baru tau sih. Kemana aja gue selama ini"

"Yah biasa aja kali mas. Lagian gue juga gak koar-koar juga"

Keduanya pun tertawa.

__________

Jake kembali ke kantornya usai berbicara agak lama dengan Adanu. Sepanjang perjalanannya menuju lantai teratas, semua mata tertuju padanya. Bagaimana tidak ? Menjadi direktur di usia yang baru menginjak 26 tahun dan memiliki penampilan fisik yang begitu menarik.

Bukan hanya itu, meski masih muda namun kemampuannya mengurus bisnis sang ayah yang tidak perlu diragukan lagi menjadi point plus lainnya. Belum lagi sifatnya yang ceria dan ramah pada semua orang membuatnya sosok sempurna yang diidamkan semua wanita termasuk karyawan di tempat itu. Bahkan banyak rekan kerja sang ayah yang menginginkannya menjadi menantu mereka.

Jake sampai di lantai paling atas dimana ruangannya berada. Sekretaris wanita yang nampak seusia dengannya langsung menyabutnya di depan ruangan.

"Pak, saya sudah taruh berkas yang bapak minta di meja bapak"

Jake hanya menjawab dengan gumaman sembari terus melenggang menuju ruangannya. Sekretaris wanitanya pun mengikuti dari belakang sambil membawa beberapa berkas bersamanya masuk ke ruangan Jake.

Jake duduk di belakang mejanya, lalu sang sekretaris menaruh berkas yang dibawa di hadapannya. Senyum yang sedari tadi dia pasang hilang sudah saat kakinya melalui pintu ruangannya tadi. Ia berubah menjadi sosok yang dingin dan tak banyak bicara.

"Ini berkas yang perlu bapak tanda tangani sekarang"

Jake pun segera melihat isi berkas dengan teliti sebelum memberikan tanda tangannya pada setiap berkas.

"Lo kemana aja sih ? Dari tadi gue telfon juga gak diangkat"

Sekretaris wanita itu dengan santai bicara pada Jake dalam bahasa yang tidak resmi.

Sebenarnya ia bukan lancang hanya saja Jake membencinya bicara formal ketika hanya berdua. Dan faktanya, wanita itu adalah teman lama yang sudah begitu dekat dengannya, membuat Jake lebih nyaman seperti ini.

Off My FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang