Part 3

287 28 0
                                    

Dua minggu menunggu sembari mencari tempat lain, kalau seandainya tidak diterima, Adanu akhirnya memperoleh kabar bahwa dia diterima bekerja. Adanu pun menjadi bagian dari tim IT untuk perusahaan telekomunikasi itu. Namun ia masih harus menjalani masa magang selama sebulan sebelum menjadi karyawan tetap.

Soal pekerjaan jangan ragukan Adanu. Ia lulus sebagai lulusan terbaik diangkatannya bukan hanya sebatas nilai namun karena ia memang memiliki kemampuan yang mumpuni. Sudah gen mungkin dari kedua orang tuanya.

Di perusahaan sebelumnya saja sesungguhnya ia karyawan yang paling baik diantara yang lain. Ya, hanya saja perusahaannya yang bobrok, tentu Adanu tak ingin menyia-nyiakan kemampuannya untuk perusahaan yang bahkan tak menghargainya.

Perusahaannya yang baru memiliki lingkungan yang cukup nyaman. Orang-orangnya menyenangkan, bahkan senior dan rekan satu divisinya sangat baik dan sangat membantu. Pekerjaannya memang agak berat, ya semua pekerjaan pasti punya kesulitannya masing-masing. Cuma Adanu senang ia bisa belajar banyak disini. Bukannya cuma jadi budak korporat saja.

Adanu menjalani hari-harinya dengan menyenangkan. Hingga waktu sebulan berlalu dengan cepat. Ia pun akhirnya menjadi karyawan tetap. Mulai dapat gaji yang dirasa lumayan tinggi ketimbang yang dulu. Hah, jika mengingat yang dulu itu rasanya selalu membuatnya kesal.

Hari ini pekerjaan tidak terlalu menumpuk, jadi Adanu bisa bersantai sedikit. Adanu membereskan barangnya tepat saat jam dinding menunjukkan pukul empat. Sudah culture di perusahaan ini, kalau belum pukul empat belum ada yang berpaling dari pekerjaan mereka. Satu yang juga disukai Adanu. Berbeda dengan dulu, masih kurang satu jam sudah ada saja yang bersiap untuk pulang.

Adanu mengambil ponselnya, hendak menghubungi sang adik siapa tahu butuh tumpangan. Terkadang Adanu memang menjemput Janu kalau sedang santai atau jalanan tidak macet. Hanya sesekali memang karena Janu lebih sering dijemput Yasa kalau sedang luang atau Randi yang kantornya memang masih di satu area dengan Janu.

"Halo Jan"

"Halo Mas, gimana ?"

"Kamu pulang sama siapa ? Mau mas jemput gak ?"

"Gak usah mas, aku bareng Randi soalnya mau pergi nongkrong dulu sama Shaga, mumpung anaknya lagi libur"

"Oh yaudah. Kalo gitu hati-hati ya. Jangan pulang malem"

"Oke. Bilang ke mama papa ya Janu pergi sama Randi, Shaga"

"Siap. Yaudah mas pulang ya kalo gitu"

"Iya, hati-hati"

"Hm"

Adanu mengakhiri telfonnya lalu mengecek beberapa aplikasi dalam ponselnya.

"Siapa tadi Dan ?"

"Mas Abdi, ngagetin aja"

Dia adalah senior Adanu di divisi ini, yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Siapa tadi ? Cewe lo ya ?"

Tanya Abdi dengan penuh rasa penasaran.

"Apa sih mas. Bukan, adek gue mas"

"Halah, adek ketemu gedhe maksudnya"

Adanu tertawa.

"Ya ampun, bukan mas. Serius adek gue, kandung. Gue mana ada cewe"

"Beneran adek lo ? Tapi kok kayanya lo ngomongnya kaya gitu. Lo nyampe nyebut diri lo sendiri pake mas segala. Aku kamuan lagi"

Adanu terkekeh pelan.

"Ya harusnya gimana. Udah didikannya dari dulu gitu kali mas. Jadi kebawa aja"

Abdi pun tertawa.

Off My FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang