Part 4

157 24 0
                                    

"Fuck !"

Jake membuka pintu ruangannya dengan kasar. Bibirnya terus merapalkan umpatan sembari berjalan menuju sofa di tengah ruangan. Jake lalu menjatuhkan dirinya di atas sofa dengan keras. Ia lantas bersandar pada sofa sembari melonggarkan dasinya.

Mega heran melihat Jake masuk ke ruangan dengan tidak santai bahkan umpatan keluar dari bibir si tampan. Bukankah tadi Jake pamit untuk mencari udara segar ? Ia bergegas masuk ke ruangan guna menanyakan hal yang terjadi pada teman kecilnya itu. 

"Lo kenapa ? Dateng dateng langsung misuh ? Bukannya lo bilang mau nyari angin. Kenapa gak jadi ? Biasanya juga ilang ampe berjam jam"

Mega melipat tangannya di depan tubuhnya, menatap heran Jake.

Jake menghela nafas kasar lantas bangkit dari duduknya.

"Lo liat. Celana gue kena kopi tadi pas di cafe. Kesel banget gue"

Ujar Jake sembari menunjuk celananya yang terdapat noda kopi.

Mega menghela nafas pelan.

"Yaelah. Lo tinggal ganti aja apa susahnya sih. Kan ada itu baju ganti lo disini"

"Ya masalahnya gue tuh— ah, bodo lah. Kesel banget gue. Seharian ada aja yang bikin kesel"

Jake mengacak rambutnya kasar lalu kembali menjatuhkan diri ke sofa.

Mega yang melihatnya cuma menggelengkan kepalanya. Memang seharian ini bosnya itu sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Pagi tadi, Jake datang dengan kesal karena mobilnya mogok dan alhasil membuatnya telat ke kantor.

Belum hilang rasa kesalnya dia sudah disodori setumpuk berkas yang perlu ia periksa belum lagi meeting dengan tim marketing yang, ya bisa dibilang tidak mulus. Dan sekarang ia malah ketumpahan kopi, padahal niatnya tadi ingin sedikit beristirahat dari harinya yang buruk.

"Lo gapapa ?"

Tanya Mega yang sudah duduk di sofa seberangnya.

"Hm"

Mega cuma bisa diam mendapat jawaban singkat dari Jake.

"Gue mau lembur, nanti bilangin ke yang jaga"

"Oke. Entar gue kasih tau staff biar gak di kunci"

Mega pun pamit keluar untuk kembali meneruskan pekerjaan.

Dalam hati Jake bersyukur punya sekretaris seperti Mega. Dulu dia sempat kaget kalau sekretarisnya adalah Mega yang seingatnya adalah teman akrabnya semasa kecil sampai SD. Tapi dia merasa lega karena Mega orang yang dia kenal.

Hanya di depan Mega-lah Jake bisa jadi dirinya yang sesungguhnya. Awalnya ia ragu untuk bersikap demikian, jaga image lah sederhananha. Tapi ternyata Mega lebih dari memahaminya dan ia justru senang Jake mau bersikap apa adanya. Maka begitulah Jake di hadapan Mega, tak pernah menyembunyikan apapun, benar-benar jadi dirinya. Yah, setidaknya dengan Mega dia ada waktu untuk tidak berpura-pura.

_________

Adanu meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah berjam-jam berada di depan komputer. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam. Adanu menghela nafas pelan.

Hari ini Adanu dan timnya harus bekerja ekstra karena petang tadi tiba-tiba ada masalah dengan server mereka. Jadilah tim Adanu harus kerja ekstra sampai malam. Mereka harus menyelesaikan permasalahan sekarang sebelum keluhan dari pelanggan semakin membludak.

Adanu membereskan barang-barangnya. Ia pulang lebih dulu dari yang lain karena bagiannya sudah selesai. Adanu sebenarnya tidak enak harus pulang duluan, ingin menunggunya yang lain selesai. Tapi yang lain justru memarahinya. Maka sebelum yang lain semakin mengomelinya, ia memutuskan pulang lebih dulu.

Off My FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang