16

13.2K 1K 10
                                    

Halla menatap khawatir Elisa yang sedari kemarin tampak aneh. Walau bukan tipe yang aktif, tapi Elisa yang Halla kenal tak sependiam ini. Masih akan ada saat-saat dimana Elisa melontarkan cerita-cerita random, atau mungkin hanya sekadar menanggapi cerita yang Halla buat. Tak seperti sekarang, yang terus diam dengan tatapan kosong.

Padahal selepas berenang lusa lalu, Elisa masih biasa saja. Gadis itu mulai berubah sejak bangun tidur kemarin, dan perubahan itu masih terjadi hingga sekarang. Halla sudah berusaha menanyai perihal perubahan sikap Elisa itu, tapi sayangnya Elisa tak sedikitpun mau bercerita.

Halla menghela napas panjang. Rasanya akan percuma jika terus menanyai Elisa yang masih dalam kondisi seperti ini. Akan lebih baik untuk menunggu hingga Elisa sendiri yang berinisiatif menceritakannya pada Halla. Halla yakin Elisa tak akan tahan untuk terus diam seperti sekarang ini.

Namun, dahi Halla mulai mengerut heran melihat wajah Elisa yang kini tampak tersentak melihat sesuatu. Penasaran dengan apa yang sahabatnya lihat, Halla mengikuti arah pandangan Elisa. Dahi Halla semakin berkerut melihat Zieon berdiri di depan pintu dengan tatapan menatap lurus pada Elisa.

Spekulasi-spekulasi liar mulai bermunculan di kepala Halla. Kemungkinan jika keterdiaman Elisa ada kaitannya dengan Zieon adalah spekulasi paling masuk akal yang dapat Halla buat. Namun, alasan kenapa itu bisa terjadi, Halla masih belum bisa menerkanya.

"Ikut gue!" ucap Zieon yang kini sudah berdiri di depan meja Elisa. Laki-laki itu menatap datar Elisa yang ekspresi wajahnya sudah berubah biasa.

"Kenapa aku harus ikut sama kamu?" Elisa berucap datar. Tak ada emosi apapun di wajahnya. Bahkan, raut tersentak yang tadi Halla lihat sudah tak ada jejaknya di wajah Elisa.

Zieon membungkukan badan. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Elisa. "Gue yakin lo tau alasannya. Lo ada di sana malam itu," bisiknya hanya dapat Elisa dengar.

Elisa menelan ludahnya kasar. Degup jantungnya mulai berdetak kencang. Namun, Elisa masih enggan menunjukkan emosinya yang sebenarnya. "Gak ada jaminan aku bakal baik-baik aja setelah ikut sama kamu," balas Elisa masih dengan mempertahankan raut tenangnya.

Zieon menarik tubuhnya menjauh dari Elisa. Ia kembali berdiri tegap dengan tatapan yang tak sedikitpun lepas dari Elisa. "Lo yakin gak mau tau alasan tentang semua kejadian aneh yang selama ini lo alamin?" Laki-laki itu menyeringai kecil.

Elisa mengepalkan kedua tangannya. Walau besar kemungkinan jika makhluk yang selama ini mengikutinya adalah Zieon dan tak ada jaminan jika Zieon tak akan melakukan hal-hal aneh padanya, tapi Elisa benar-benar penasaran dengan alasan mengenai semua kejadian itu. Alasan kenapa harus dia yang mengalami itu. Dan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.

"Jadi?" Sebelah alis Zieon terangkat.

Dengan tatapan tajam, Elisa mulai bangkit dari duduknya. Ia berjalan lebih dulu ke arah suatu tempat yang ia yakin di sanalah Zieon akan membawanya. Zieon tak membatah, ia mengikuti Elisa dengan wajah tenang.

Halla yang sedari tadi penasaran, kini ikut bangkit dari duduknya. Hendak menguping pembicaraan antara sahabatnya dan Zieon. Halla tau ini bukan tindakan yang baik, tapi Halla juga tak ingin mengambil resiko terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada sahabatnya.

Namun, baru saja satu langkah kakinya melewati pintu, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Halla membuka ponselnya untuk melihat pesan yang baru saja masuk itu. Napas Halla tertahan begitu membaca pesan yang terpampang di ponselnya. Tangannya sedikit gemetar.

Davendra
Kita mulai rencananya

Me
Apa maksud anda?

MILIKKU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang