17

12.6K 941 10
                                    

Davendra
Rencana berubah. Balik ke kelas, dan pura-puralah gak tahu apa-apa

Me
Tunggu!
Apa maksud anda rencana berubah?
Apa yang terjadi pada Elisa?
Dimana Elisa?

"Sialan!" umpat Halla yang pesannya tak mendapat jawaban apapun. Ia benar-benar khawatir sekarang. Rasa bersalah pun tak terelakkan untuk Halla rasakan. Halla benar-benar takut dan merasa sangat bersalah pada Elisa, tapi yang paling menyebalkan adalah Halla yang tak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan Elisa.

Dengan langkah gontai, Halla membawa kakinya menuju kelas. Masih lima menit lagi hingga bel masuk berbunyi. Dan cukup satu jam untuk menggemparkan sekolah atas hilangnya Elisa.

Meski tak jarang datang terlambat, tapi Elisa sangat jarang tidak masuk sekolah dan tak pernah tak memberikan keterangan atas ketidak hadirannya. Malah kepala yayasan langsung yang akan menginfokan pada guru jika Elisa tak masuk sekolah.

Dengan tak nampaknya Elisa di sekolah, dan tak adanya keterangan akan tak masuknya gadis itu, pasti akan membuat ibunya panik. Jika ibunya, atau pemilik yayasan sudah panik, maka para guru juga tak akan kalah panik. Dan itu akan berimbas pada semua penghuni sekolah. Juga, tak menutup kemungkinan untuk muncul berita hilangnya Elisa di stasiun televisi hingga sosial media.

Tidak, bukan dirinya yang kemungkinan besar akan menjadi tersangka atas hilangnya Elisa yang Halla khawatirkan, tapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Terjadinya sesuatu yang buruk pada Elisa dan Elisa yang akan membencinya adalah kemungkinan yang paling Halla takutkan untuk terjadi. Namun, daripada terjadi sesuatu yang buruk pada Elisa, dibenci Elisa akan lebih baik untuk Halla. Walau tak bisa dipungkiri jika itu akan sangat menyakitkan untuk Halla. Tapi Halla memang cukup pantas jika harus menerima kebencian dari Elisa, seseorang yang dulu pernah menyelamatkan hidupnya dan membuatnya jadi sangat menghargai arti dari sebuah mimpi.

Halla masih sangat ingat, saat dimana ayahnya yang sangat murka pada Halla karena mengabaikan ulangan harian di sekolah demi mengikuti event yang menampilkan berbagai macam permainan alat musik. Saat itu Halla masih berumur dua belas tahun. Sedari kecil, ayahnya selalu melarang keras hobi Halla yang mencintai seni, terutama musik.

Namun, Halla tak benar-benar mendengarkan ucapan ayahnya. Sesekali, Halla akan bermain alat musik secara diam-diam. Dan event yang Halla ikuti adalah puncak dari masalah yang Halla hadapi. Entah bagaimana caranya, ayah Halla tiba-tiba berada di event yang Halla ikuti. Bahkan ayahnya itu duduk di barisan paling depan.

Halla yang tak menduga akan kedatangan ayahnya, tanpa bisa berkutik hanya bisa terdiam ditempat mendengar seruan murka ayahnya yang menggemparkan seisi ruangan. Antara malu, sedih, marah, dan kecewa, semua perasaan itu membuat Halla merasa sangat jatuh saat itu. Ayahnya sendiri, seseorang yang seharusnya mendukung semua keinginan Halla, justru mempermalukan Halla di depan semua orang.

Halla sudah tak dapat berpikir jernih lagi saat itu, pikirannya kacau. Bunuh diri adalah satu-satunya ide yang terlintas di kepala Halla saat itu. Tanpa bisa Halla kontrol, tubuhnya refleks membawa Halla ke jalan raya yang berada di depan gedung tempat event dilaksanakan. Halla berjalan gontai melewati jalan raya yang dilalui lalu lalang kendaraan, berharap akan ada satu kendaraan yang menabrak tubuhnya.

Hingga muncul sebuah kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi, membuat senyum Halla tiba-tiba terbit. Langkah gontai Halla terhenti, menanti sepenuh hati kendaraan beroda empat yang terus mendekat ke arahnya. Entah perasaan macam apa yang saat itu Halla rasakan, tapi rasanya seperti merasakan sebuah kebebasan yang selama ini sangat Halla inginkan.

Namun, seseorang berhasil menarik Halla tepat waktu. Menyelamatkan Halla dari maut yang sebenarnya sangat Halla harapkan. Halla yang menyadari itu tanpa mengucapkan kalimat terima kasih, justru malah melayangkan tatapan murka pada Elisa yang telah menyelamatkannya. Bahkan dengan kurang ajarnya, Halla menyalahkan Elisa yang telah menyelamatkannya. Dan yang terburuk, Halla yang tak pernah mengucapkan kalimat umpatan, untuk pertama kalinya mengumpat pada orang yang telah menyelamatkannya itu.

Elisa yang saat itu tak menduga akan mendapatkan amukan dari Halla, justru ikut mengamuk. Halla masih sangat ingat kalimat menusuk Elisa yang membuat Halla mendapatkan separuh kesadarannya.

"Aku gak tau masalah apa yang kamu alamin, tapi yang punya masalah bukan cuman kamu doang. Semua manusia pasti bakal ngalamin yang namanya kesedihan dan jatuh sejatuh-jatuhnya, tapi bukan berarti mereka harus nyerah sama hidup mereka. Begitu juga sama kamu. Kamu mau nyia-nyiain hidup kamu selama ini hanya karena satu masalah?"

Entah karena wajah kesal Elisa yang tampak menggemaskan, ataupun kata-katanya yang cukup bijak untuk diucapkan oleh Elisa yang saat itu berpenampilan berantakan. Entahlah, tapi kalimat itu benar-benar ampuh mempengaruhi setengah pikiran Halla yang saat itu merasa sudah tak memiliki keinginan untuk hidup.

Halla memang tak menyahuti ucapan Elisa dan langsung meninggalkan Elisa begitu saja setelah mendengar kalimat bijak Elisa, tapi Halla terus mencari tahu mengenai Elisa setelah hari itu. Beruntunglah Elisa mengenakan seragam sekolah dan terdapat nametag di seragamnya hingga Halla jadi lebih mudah untuk mencari tahu tentang Elisa. Mulai dari ikut pindah ke sekolah tempat Elisa bersekolah, menggunakan kekayaan keluarganya untuk memasukkan Halla ke kelas yang sama dengan Elisa, hingga pura-pura tak sengaja bertemu dengan Elisa dan terus berusaha untuk dekat dengan Elisa.

Dan dari sanalah, Halla mulai belajar jika dibandingkan Elisa, ternyata hidupnya memang terbilang lebih baik. Orang tua Elisa yang bercerai saat dia masih kecil. Ibunya yang berselingkuh. Fakta mengenai adiknya yang ternyata anak dari selingkuhan ibunya.  Hingga Elisa yang hidup seorang diri di rumah peninggalan kakek neneknya karena kedua orang tuanya yang sudah memiliki keluarga baru masing-masing.

Bukan itu saja, entah apa yang Elisa katakan pada ayah Halla, tapi ayahnya itu tiba-tiba meminta Halla untuk mengisi acara perusahaan keluarga mereka dengan sebuah permainan alat musik Halla. Elisa tak mau mengatakannya sampai sekarang mengenai apa yang telah ia lakukan, tapi yang jelas, Elisa hanya berkata,

"Karena kamu suka, karena kamu terus berusaha, dan karena kamu gak sedikitpun menyerah, jadi itu bisa kamu dapatkan. Untuk itu, tolong jangan kamu lepasin, ya. Karena itu adalah mimpi kamu."

Halla menghentikan langkahnya yang sudah hampir menggapai bibir pintu. Setetes air mata tak terelakkan mengalir di pipinya. Mulai dari menyelamatkan nyawanya hingga membantu Halla mendapatkan izin orang tuanya, rasanya semua yang Elisa lakukan tak akan pernah bisa Halla balas. Tapi, tanpa sedikitpun nurani, Halla justru mengkhianati Elisa.

Halla tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Elisa. Halla benci dirinya sendiri.

MILIKKU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang