Ganti Rugi

222 14 0
                                    

Cerita ini sudah TAMAT di KBM App ya. Di Karyakarsa masih ON GOING. Yuk, cek di sana, Kak. Aku nggak bisa kasih fullpart di sini karena di sana sudah dikunci.

Cari usernameku di KBM App: fitachakra. Atau di Karyakarsa: Fita Ch. 

Atau cari judul ceritanya di sana: Cinderella Tanpa Sepatu Kaca. Jangan lupa follow ya. Makasih.

**

Bab 10

Ganti Rugi

"Aduh! Mati aku!" Spontan Sachi mengumpat pelan. Terbayang olehnya kemarahan apa lagi yang harus diterima hari ini. Apalagi setelah mengenali lelaki di depannya. Dialah orang yang sama yang membuatnya terlambat datang wawancara kerja. Kekesalan mulai merambat naik ke level tertinggi. Bukannya minta maaf, dia bersiap mengomel. Rasa-rasanya lelaki itu yang membuat kesialan datang padanya.

"Makanya jalan hati-hati," tukas Kala kalem. Rasa panas cukup membuat tangannya terasa terbakar. Matanya meneleliti gadis di depannya yang masih terpaku menatapnya. "Kamu nggak apa-apa?"

"Pak, kenapa sih selalu bikin aku celaka?!" sembur Sachi tanpa basa-basi. Saking kesalnya dia bahkan menyebut dirinya "aku" bukan "saya".

"Hah? Kok kamu jadi marah sama saya? Kamu nggak lihat baju saya jadi basah?"

Derap langkah seseorang membuat keduanya menoleh. Pak Damar bergegas mendekati mereka.

"Sachi? Pak Kala?"

Tak lama kemudian, di belakang Pak Damar, Gadis yang mendengar keributan dari dapur membuka pintu dapur dan terkejut ketika mengetahui yang terjadi. Baru saja Sachi berjanji padanya untuk tidak mengulangi kesalahannya, beberapa menit kemudian terjadi lagi. Sambil menghela napas, Gadis ikut mendekat.

"Maaf ya, Pak Kala. Maaf," kata Pak Damar sambil menangkupkan kedua telapak tangannya. Dia sungguh merasa tak enak, meski bukan kesalahannya langsung tetapi Sachi adalah bawahannya. "Gadis, tolong ambil lap bersih," perintahnya.

Gadia berlari masuk ke dalam dapur lalu segera kembali dan menyodorkan lap bersih yang dibawanya pada Pak Damar. Diliriknya Sachi yang berdiri mematung sambil menunduk, mempermainkan kedua telapak tangannya. Sementara itu Pak Damar sibuk mengelap lengan kemeja Kala yang terkena noda teh.

"Nggak apa, Pak. Sini biar saya bersihkan sendiri." Kala menggulung lengan kemejanya. Sejenak dia mengernyit melihat tangannya. Terlihat pergelangan tangan sampai siku memerah kulitnya. Tidak melepuh, hanya terasa panas seperti terbakar. Warnanya kontras dengan warna kulitnya yang putih.

"Apa perlu ke dokter, Pak?"

"Sudah tenang saja, Pak. Saya basuh dulu di toilet." Kala kembali ke toilet meninggalkan mereka.

"Sachi ... shh, jangan diam saja!" bisik Gadis. "Bersihkan."

Sachi tergagap, buru-buru dia berjongkok, sambil mengumpulkan pecahan gelas. Gadis dengan sigap ikut membantunya.

"Maaf, Pak," ujar Sachi pada Pak Damar.

Pak Damar menggeleng-gelengkan kepala lalu menepuk pundak Sachi. Bukan saatnya memarahi Sachi. Nanti setelah tamunya pulang baru dia akan mengurusnya.

"Tolong bereskan, dan jangan lupa minta maaf pada Pak Kala," katanya sesaat sebelum pergi.

Ketika Pak Damar pergi, barulah Gadis mengeluarkan suara. Memarahi Sachi untuk kesekian kali hari itu. Kini, mereka berdua berjongkok di lantai sambil membersihkan sisa-sisa "kecelakaan" yang telah terjadi.

Cinderella Tanpa Sepatu KacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang