18. Confinement

289 42 10
                                    

——7 Days : Gonna be Fine——

Brak!

Dengan kasar, dua bodyguard itu membanting tubuh Asahi, Haruto, dan Riki ke sebuah gudang tua yang menyeramkan.

Tentunya mereka kesakitan karena terbanting dengan kasar. Tak habis pikir, buat apa mereka mengurungnya? Kurang kerjaan.

Sementara Asahi, nampak sibuk dengan jam tangannya yang menghubungkannya ke benda yang dibawa oleh Hyunsuk dan temannya. Beruntung Asahi paham situasi.

"Diamlah kalian disini, Bos Jisoo akan kesini sebentar lagi," ucap Kio.

Kio berbalik badannya dan menghadap ke arah dua bodyguard nya itu. "Letakkan mereka di kursi dan ikat kakinya. Bos Jisoo tak ingin mereka kabur," perintahnya.

"Seenaknya kau memerintah. Itu bukan perintah Jisoo," ucap Asahi sarkas.

Remaja berdarah murni Jepang itu mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Pertanda ia kesal akan ucapan Asahi itu.

"Aku hanya ingin kalian tidak kabur. Karena aku tau kalian ini akan nyaman disini. Oh iya, sekalian juga anak ini kalian sumpal mulutnya. Hanya dia saja, aku kesal dengan ucapannya." Lagi-lagi Kio memerintah.

"Kau tidak adil Kio, kenapa hanya aku saja sedangkan ucapanmu juga mengesalkan?" Asahi kembali mengomentari Kio.

"DIAM KAU, TONG SAMPAH!" ledek Kio kesal.

Asahi hanya terkekeh. Ia senang menjahili orang yang emosian. Apalagi Kio hampir sama dengan Jihoon. Mudah emosi.

Ketiga tubuh remaja Jepang ini, didudukkan ke atas kursi. Kedua kakinya diikat pada kaki kursi agar tidak bisa keluar. Tak lupa tubuhnya juga diikat di kursi agar tidak memberontak.

Dan juga mulut (hanya) Asahi disumpal menggunakan kain hitam bau yang membuatnya berkali-kali ingin muntah.

Kini mereka benar-benar terkunci. Tidak bisa bergerak bebas. Napas mereka jadi tidak beraturan. Gudang ini terlalu sempit dan lembab untuk mereka.

Belum lagi bau tidak enak dari barang-barang terbengkalai ini. Susah pula mereka bernapas.

"Hati-hati disini. Bos Jisoo sepertinya sedang terjebak macet. Aku akan kembali ke sini nanti bersama Bos Jisoo."

Kalimat terakhir Kio sebelum dirinya menghilang di balik pintu gudang.

Helaan napas Riki terdengar di telinga mereka. Helaan napas keputus-asaan.

"Maafkan aku, aku membuat kalian masuk ke tempat tidak layak dihuni ini." Riki meminta maaf kepada mereka berdua.

Sontak, Haruto dan Asahi menatap Riki yang sedang terisak. Air matanya perlahan jatuh melewati pipinya.

Wajahnya begitu kusut. Rambutnya berantakan. Ia terlihat begitu lelah apalagi di usia masih terbilang cukup muda untuk menghadapi masalah seperti ini. Ia sama kuatnya seperti Haruto.

"Tidak apa. Ini tidak begitu menyeramkan," balas Haruto. Ia tersenyum lebar. Seakan-akan ada harapan yang terbenak dalam pikirannya padahal ia menyerah.

7 Days : Gonna be Fine || HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang