Senyumnya mengalihkan duniaku

411 44 3
                                    

Author Pov

Hari yang lumayan melelahkan bagi Raya, ya pasalnya di hari pertama nya ini ia sudah harus memegang kendali di salah satu mesin produksi barang. Tadinya ia memang hanya di suruh untuk menghafal dan melihat-lihat saja tetapi ketika ada salah satu karyawan yang sudah lumayan berumur sedang keteteran dan tiba-tiba pingsan membuat heboh sekelilingnya, ia malah di suruh untuk mengantikan posisi karyawan tersebut. Untung Raya orang yang sangat cekatan, jadi sebentar saja di ajari sudah langsung paham. Bahkan yang tadinya keteteran bisa di kontrol dengan gesit dan membuat semua berjalan normal kembali.

"Hufftt..." Hembusan nafas lelah Raya sesaat setelah bel pulang berbunyi.

"Kenapa dek, capek ya?." Kata Santi yang mendengar desahan nafas Raya yang terlihat begitu lelah.

"Hehehe, iya mbak sedikit nih. Tapi aku semangat kok." Kata Raya sembari memamerkan senyum manisnya.

"Hahaha, baru masuk tuh emang lagi semangat-semangatnya sih dek. Eh btw besok pagi kalau kamu di tanya soal kegiatan hari ini, jangan bilang kalau udah di suruh pegang mesin produksi ya. Takut di marahin aku sama Pak Robi" kata Santi sedikit hati-hati karena takut kalau kalau ada HRD yang lewat dan mendengar perkataannya.

Dan benar dugaannya ternyata tak jauh dari mereka ada seorang HRD yang sedang berkeliling membawa termometer dan juga kertas di tangannya. Tapi anehnya HRD ini masih sama seperti tadi siang. Biasanya setiap waktu HRD selalu bergantian untuk mengecek suhu tubuh karyawan. Risma berjalan semakin mendekat ke arah Santi dan juga Raya.

"Tangan." Saat tepat di samping Santi, Risma menyodorkan termometer ke arah Santi. Setelah melihat hasilnya yang normal ia beralih menatap Raya yang sudah menyodorkan tangannya sambil tersenyum ke arah Risma. Seakan terpana melihat senyum Raya yang sangat manis itu bukannya langsung mengecek suhu Raya, Ia justru terbengong sambil menatap Raya penuh arti.

"Heh mbak." Pukulan kecil di lengannya membuat ia kembali ke dunia nyata. Risma menoleh ke pelaku yang sedang menatapnya aneh.

"Apa?" Jawabannya sedikit ketus.

"Lha ilah mbak galak amat. Orang situ ngelamun, kesambet baru tau rasa." Kata Santi sedikit kesal karena respon Risma yang ketus tersebut. Sementara Risma hanya memutar matanya malas. Ia kembali fokus pada Raya.

"Okok Is, bisa yuk bisa. Profesional." Katanya dalam hati dan mulai mengarahkan termometer ke tangan Raya yang sudah disodorkan di depannya dari tadi.

Saat hasilnya menunjukkan bahwa suhu tubuh Raya agak tinggi, ia menatap Raya sambil kembali melihat ke arah termoter yang ada di tangannya secara bergantian. Ia masih belum percaya dengan hasilnya, ia kembali mengarahkan termometer itu ke Raya namun bukan di tangan melainkan ke arah wajah Raya tepat nya di kening. Dan benar saja suhu tubuh Raya memang sedikit lebih tinggi. Tertera 37.3 di termometer tersebut. Santi yang menyadari kalau Risma belum beranjak dari sampingnya pun menengok.

"Kenapa mbak?." Kata Santi sambil menatap wajah Risma yang sedang menatap termometer nya dengan serius. Sedangkan Raya juga heran dengan tingkah HRD di depannya.

"Nggak apa" Singkat Risma menjawab pertanyaan Santi sambil menoleh sebentar. Kemudian ia kembali menatap Raya yang masih terheran-heran.

"Kalau besok kamu masih demam, jangan masuk kerja." Lanjutnya, setelah mengatakan itu Risma pergi menjauhi mereka berdua dan melanjutkan pekerjaannya.

"Kamu sakit dek?" Kata Santi mengecek suhu kening Raya yang memang sedikit lebih hangat.

"Nggak apa kok mbak, palingan karena aku tadi keringetan jadi suhu tubuhnya naik." Kata Raya sambil menurunkan tangan Santi yang ada di keningnya.

"Beneran?. Ya udah sekarang kamu pulang aja, istirahat. Kalau nanti ngerasa nggak enak badan jangan lupa minum obat ya." Kata Santi yang hanya diangguki oleh Raya.

"Ya udah aku pulang ya mbak, terima kasih buat hari ini." Pamit Raya sambil mengulurkan kepalan tangannya ke arah Santi mengajaknya untuk tos. Santi tersenyum dan melakukan hal yang sama seperti tangan Raya.

"Seneng bisa kenalan sama orang hebat kayak kamu, yang betah ya disini." Kata Santi yang membuat Raya tersenyum lalu mengangguk. Setelahnya ia benar-benar pamit untuk pulang.

Sebenarnya tak jauh dari mereka, ada seseorang yang sedari tadi melihat interaksi mereka. Ia terlihat sangat tidak nyaman melihatnya bahkan ia lupa melanjutkan pekerjaannya. Ya benar orang itu adalah Risma, ia sangat khawatir dengan Raya maka dari itu ia memutuskan untuk mengawasinya dari jauh. Namun ia malah melihat adegan yang membuatnya cemburu. Tapi saat tak lama ia melihat Raya keluar meninggalkan area produksi untuk pulang, ia mengikutinya.

Saat sampai di lorong yang lumayan sepi, ia menarik Raya yang membuat Raya berhenti berjalan. Raya sedikit terkejut dengan adanya Risma di depannya.

"Kenapa?" Kata Raya menatap Risma dengan wajah cemasnya. Yang di tanya bukannya menjawab, ia malah menempelkan telapak tangannya ke kening dan leher Raya secara bergantian kemudian membandingkan dengan dirinya.

"Kamu demam." Bukan pertanyaan melainkan pernyataan yang Risma lontarkan setelah beberapa kali mengecek kondisi Raya. Membuat Raya tersenyum dan meraih tangan Risma yang masih berada di lehernya.

"Aku nggak apa-apa kok kak, paling cuma kecapean." Jawabannya yang kemudian ia malah panik sendiri dengan jawabannya. Risma mengernyitkan dahi mendengar jawaban Raya.

"Emangnya kamu udah di suruh ngapain hari ini?" Tanya Risma yang membuat Raya gelagapan.

"Maksudnya, aku tuh nggak biasa ketemu dan ngeliat banyak orang kayak gini. Jadi ya aku ngerasa capek aja." Jawab Raya yang memang tidak sepenuhnya berbohong. 

Walaupun agak sedikit aneh dengan apa yang Raya bilang, Risma percaya-percaya saja. Kemudian ia memegang tangan Raya yang sedari tadi masih memegang tangannya.

"Jangan lupa minum obat ya istirahat juga, besok kalau masih nggak enak badan nggak usah masuk nanti biar aku yang urus absen kamu." Kata Risma dengan tulus.

"Iya kak, terimakasih buat perhatiannya." Jawab Raya sambil tersenyum sangat lebar yang lagi-lagi membuat Risma terpukau. Setelah beberapa lama dengan keheningan, akhirnya Raya kembali buka suara dan itu sukses membuat Risma kembali ke dunia nyata.

"Kalau gitu aku pamit pulang ya kak" lanjut Raya yang sedikit membuat Risma kecewa namun hanya diangguki olehnya, karena ia tahu bahwa Raya segera butuh istirahat agar ia bisa segera sembuh dan kembali sehat besok pagi.

Sebelum pergi, Raya menyempatkan untuk bersalaman dengan Risma. Tangan yang sedari tadi masih dipegang oleh Risma ia ubah menjadi jabat tangan dan sesaat kemudian ia tempelkan ke keningnya. Itu sukses membuat Risma salting dengan tingkah Raya. Saat ini muka Risma benar-benar merah, ia menunduk untuk menyembunyikannya. Raya yang mendapati Risma menunduk pun mengernyitkan dahi nya, ia heran dengan tingkah Risma yang sering salting saat bersamanya.

"Kakak nggak papa?" Tanya Raya memegang pundak Risma yang masih menunduk. Risma hanya mengangguk tanpa menatap Raya.

"Huft... Ya udah aku pamit pulang ya, nanti kakak pulangnya hati-hati." Pamit Raya yang kembali hanya di jawab dengan anggukan. Setelahnya Raya benar-benar melangkah keluar untuk pulang ke kosnya.

Tbc

Hai...
Apa kalian merindukan saya?
Maaf ya udah terlalu lama mengantungkan cerita yang tidak seberapa ini...
Sebenarnya saya ingin cepat update, tapi ada beberapa hal yang menjadi kendala...
Oh ya kalian apa kabar? Baik dong ya...
Yang lagi puasa gimana, lancar kan?
Ok karena ini udah mau mendekati hari Raya Idul Fitri jadi aku mau sekalian mohon maaf lahir dan batin ya...
Btw terimakasih masih mau nunggu cerita ini berlanjut...
Sampai bertemu di next part...
Selamat menjalankan ibadah Puasa bagi yang menjalankan...
Jangan lupa bersyukur... 😊

Aku Tau DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang