28. Mimpi Buruk

67 13 0
                                    

Ngeeeeengg...

Di jalan yang sepi, dengan angin malam yang begitu dingin, Glen melajukan motornya tanpa tujuan.

Bukan untuk yang pertama kalinya Glen seperti ini. Keluar malam, dan kebut-kebutan dijalan sendirian, hanya untuk melupakan mimpi buruknya.

Semenjak memiliki motor sport hitam kesangannya itu, dan mengenal dunia balap. Glen jadi punya cara tersendiri untuk menenangkan fikirannya. Yaitu, mengebut dijalan.

Sebelumnya, ada Dilon, yang terkadang bisa menenangkan Glen dari mimpi buruknya. Tapi kini, justru Dilon lah  yang selalu menjadi mimpi buruk untuk Glen.

Kemudian Glen menepi. Untuk mengambil hanphone-nya dari saku celana, tanpa mematikan motornya terlebih dahulu.

Tak lama, mesin motornya pun mulai dimatikan. Karena sesuatu yang Glen lihat dari layar hanphone-nya, berhasil membuat suasana di hatinya berubah dengan cepat.

Glen pun tersenyum sumringah, "Alleta?."

***

Terlihat, seorang Pria berkaos putih yang dilapisi jaket kulit hitam, serta mengenakan celana pendek cargo berwarna mocca, tengah duduk di atas motor sportnya yang berwarna full black.

Sangat tampan. Hingga mungkin, membuat siapapun yang melihat foto profil itu, akan merasa ragu jika ingin menghubungi nomornya. Begitupun, Alleta.

"Aduh, duh. Kenapa ke-telfon?."

"Mck. Gimana matiinnya? Ko, gk bisa mati?."

"Aaaaaaah." Cerocos Alleta frustasi, seraya terus meng tap-tap layar handphone-nya. Tentu untuk menghentikan panggilan yang masih berdering itu.

"Hufh!" Alleta menghela nafas kasar, seraya melempar handphone-nya ke ranjang tidur, setelah berhasil mengakhiri panggilan yang belum diangkat itu.

"Mampus! Mau ditaro mana muka gua? Pasti muncul notifnya dihp dia."

"Mck, arrgh! Kenapa bisa ke pencet, si?."

Kedua mata Alleta terbuka lebar, deguban jantungnya berdetak tak karuan. Karena handphone-nya kini sedang berdering, menandakan ada yang menelfon.

"Engga, engga, engga. Glen pasti udah tidur jam segini. Itu bukan, Glen." Ucap Alleta, berusaha untuk tenang, seraya mulai berniat untuk mengambil handphone-nya kembali.

Saat dilihat layar handphone-nya, Alleta langsung saja melempar handohone-nya lagi. Karena ternyata,

"GLEN?."

"Mck, kan. Gua Mau bilang apa?."

"Kenapa dia harus telfon balik, si?."

Alleta terus menggerutu frustasi, seraya melangkah kecil seperti setrikaan baju, disamping ranjang tidurnya.

Tidak hanya sekali dua kali, Glen masih terus menelfonnya. Hingga kini, Akhirnya Alleta mulai berani untuk mengambil handohone-nya

"Gua harus mode pesawat."

Alleta memberhentikan jarinya, lalu menggeleng, "Engga, engga! Gua bakal lebih malu kalau lakuin itu. Karena pasti dia bakal mikir, kalau gua lagi ngestalking nomornya."

GLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang