04. Jeruji Besi

428 118 3
                                    

Reyhan mematikan musiknya, lalu mengambil mikrofon, dan berdiri diatas panggung. Membuat sepasang mata serempak menatap Reyhan tajam dan penuh kebingungan.

"Ko dimatiin si, Rey?."

"Wooo." Sorak mereka semua kecewa.

"Mohon maaf semuanya. Acara ulang tahun Alleta gk bisa kita lanjutin. Karena keluarga Alleta ada urusan yang mendesak."

"Urusan apa?."

"Alleta nya mana?."

"Lu semua denger kan, apa yang gua bilang barusan? Acaranya gk bisa kita lanjutin. Jadi, mendingan lu semua bubar sekarang!." Tegas Reyhan.

"Wooooo."

"Udah dandan cantik cantik juga."

"Buang buang waktu aja."

"Woooo."

"Ujan lagi."

"Tau gitu gua rebahan dirumah tadi."

"Ck."

Seperti itulah sorakan mereka yang mulai beranjak pergi dengan rasa kecewa. Sedangkan Jihan, Elina, dan beberapa teman Reyhan masih setia berdiri ditempat.

"Maksud lu apa? Alleta ada urusan apa?." Tanya Elina menyerocos.

"Bokap nyokap-nya Alleta kecelakaan." Jawab Reyhan dingin. Tentu saja membuat sipendengar terkejut.

"Ko bisa?." Tanya Jihan.

"Tragedinya gimana?." Sambar Aldo bertanya.

"Gua belum tau pasti. Tapi sekarang, gua mau nyusul Alleta kekantor polisi."

Reyhan beralih menatap teman temannya, "Lu semua kalo mau kemar-." Ucap Reyhan terhenti, lalu dia menelan salivanya dalam dalam.

"Maksud gua, lu semua langsung balik aja duluan!." Lanjut Reyhan tegas, dan mendapati anggukan mengerti dari teman temannya.

"Ok."

"Lu mau gua anter pulang?." Tanya Reyhan pada Jihan. Membuat Elina langsung merekatkan kedua alisnya.

"Ga usah! Gua bawa mobil." Tolak Jihan.

Elina pun langsung memicingkan kedua matanya heran, "Ada apa lu mau nganterin Jihan?." Tegasnya curiga.

"Kan Jihan temennya Alleta." Jawab Reyhan dingin.

Elina pun mengernyit lagi, lalu menatap Reyhan tajam. "Gua juga temennya Alleta." Ucap Elina tidak santai.

"Ck. Ayu pulang." Sambar Jihan, seraya menarik lengan Elina, dan langsung beranjak pergi.

***

Alleta baru beberapa kali belajar menyetir mobil. Namun malam ini, dengan terpaksa dia harus mengemudi kembali mobil sedan berwarna putih milik sang mamah, setelah enam bulan yang lalu dia memutuskan untuk berhenti membawa mobil, karena sebuah kejadian yang tidak diketahui oleh seorang pun.

Alleta tak berhenti menangis sedari tadi. Sesekali dia memukul stir mobilnya yang jelas jelas tidak bersalah. Rasanya kesal, dan menyedihkan, ketika rencana indah yang dia fikirkan tidak menjadi kenyataan.

GLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang