29. Mata Glen Berbicara

55 12 0
                                    

Setelah turun dari bus, tiba-tiba saja Glen menarik lengan kanan Alleta, "Sebentar!."

Alleta yang ingin marah pun, sontak terdiam sedikit terkejut. Karena Glen bertekuk lutut dihadapannya.

"Kalau ke injek, bisa jatoh lu nanti!." Kata Glen, sekilas mendongak, lalu melanjutkan aktifitasnya. Yaitu, mengikat tali sepatu Alleta yang terlepas.

"Makasih." Ucap Alleta sinis, setelah Glen kembali berdiri. Namun Glen malah mengangguk seraya tersenyum lembut.

Kini, dia berdua melangkah beriringan di trotoar yang menuju ke sekolah. Tak jarang, membuat banyak murid SMA Adipta yang berlalu-lalang, memperhatikan Glen dengan sangat heran. Terlihat, seperti bukan lagi sosok Glen yang menyeramkan.

"Woi, Glen!." Sapa seorang pria, salah satu siswa di SMA Adipta.

"Oi, bro!." Sahut Glen.

"Motor lu kemana?."

"Aman, ada dirumah."

"Terus, kenapa lu jalan kaki begini? Naik busway?."

Glen mengangguk cepat, "Mengikuti kata hati gua. Pengen naik busway katanya."

Pria yang berada di atas motor Mio itu terkekeh, "Emang lu punya hati?."

"Sialan, lu!." Ketus Glen,membuat Alleta yang berdiri disebelahnya ikut terkekeh tipis.

"Ya, udah. Gua duluan ya, bro!." Pria itu sudah bersiap untuk pergi, lalu beralih menatap Alleta, "Duluan ya, Alleta."

Alleta tersenyum sumringah seraya mengangguk. Glen pun sekilas melihat Alleta, dan kembali memperhatikan pria yang sudah pergi itu dengan tajam.

"Dih, sok kenal!." Ketus Glen.

"Lu juga!."

Alleta langsung saja melangkah pergi, meninggalkan Glen yang kini sedang tercengang memperhatikannya dari belakang.

"All, tunggu!."

***

"Jadi, untuk mencapai hasil yang sempurna seperti ini, kita harus menggunakan cara dan proses yang tepat dulu tentunya."

"Sesimpel apapun rumusnya, tetap ada yang namanya proses pengerjaan, supaya benar-benar bisa mendapatkan suatu hasil yang diinginkan."

"Ga ada yang benar-benar simpel di dunia ini, bukan? Bahkan, yang namanya mie instan aja, masih ada tahap pembuatannya dulu sebelum layak dimakan."

"Kalian tinggal pilih sendiri! Mau pakai cara yang cepat, tapi hasilnya cacat? Atau yang bertahap, namun hasilnya mantap?."

Berbeda dari murid yang lain, Glen bukannya memahami materi matematika yang sedang Pak Ambar jelaskan. Namun, dia hanya dapat memahami apa yang baru saja Pak Ambar ucapkan.

Glen pun tersenyum lembut, "Ok, jadi apa salahnya, kalau kali ini gua harus sedikit berjuang dengan nurunin harga diri gua, demi sebongkah berlian?."

***

"Setan kemana?." Tanya Glen, seraya duduk dihadapan Alleta.

"Maksud gua, Selin. Sahabat lu." Lanjutnya. Sedikit takut, karena Alleta menatapnya dengan tajam.

"Ga tau." Jawab Alleta segan.

"Selin emang aktif orangnya dari dulu. Sama kaya Farel, sering dijadiin kacung guru."

"Bukan kacung! Emang cuma mereka yang bisa diandalkan."

GLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang