37. Buku Dilon, dan Altar?

48 3 0
                                    

"Seorang pria remaja berinisial (AE) yang masih berusia 19 tahun, ditemukan meninggal dunia dengan memiliki luka tusuk sebanyak 6 tusukan di bagian perut, keadaan jari jemari patah, sebuah sayatan di paha sebelah kiri, dan bahu sebelah kanan. Menurut hasil penyelidikan, pria remaja ini merupakan korban begal."

"Dia ngomong apa sebelum mati?." Tanya Glen, seraya mengembalikan handphone Aksa.

"Dia nyebut Dilon yang gua inget." Jawab Aldan.

"Buku Dilon!." Sambar Yogi.

"Eum.." Farhan terlihat sedang berfikir keras, "Kalau ga salah, dia bilang, mereka rebut Buku Dilon dari dia." Katanya.

"Tapi, mereka siapa? Dia siapa? Buku Dilon apa maksudnya? Emang Dilon kenal sama dia? Kita aja ga kenal orang itu." Cerocos Aksa bertanya.

"Kalau diinget lagi, dari raut wajahnya si, dia emang kenal sama Dilon." Kini Adit ikut bersuara.

Gilang pun mengangguk, "Bisa jadi. Soalnya kan, Dilon humble orangnya. Dunia pertemanan dia luas."

"Berarti, buku itu penting? Buku Dilon! Karena dia dibunuh gara-gara buku Dilon." Kata Dapa.

Aksa bergidik merinding, "Apa kita bakal keseret?."

"Gimanapun, kita harus cari tau. Karena orang itu dateng ke kita sebelum meninggal. Dia dibunuh, bukan dibegal!." Ujar Farhan.

"Cari tau apa?." Tanya Aksa lagi.

"Pria itu, Buku Dilon, sama pembunuhnya." Jawab Dapa.

"Ketua geng warrior yang pertama juga!." Tambah Yogi. Membuat yang lain serempak menatapnya, lantaran baru mengingat permintaan Dilon yang ternyata sudah lama terlupakan.

"Dari dulu, Dilon jadiin kita anggota warrior juga karena emang buat nyari ketua geng warrior yang pertama. Walaupun sampai sekarang kita gatau untuk apa, dan juga belum tau cara nemuinnya gimana?." Kata Farhan terlihat berputus asa.

Glen yang sedang menatap kosong aspal pun menghela nafas berat mendengar ucapan Farhan.

Hening. Mereka terdiam, memikirkan semua ucapan yang sudah dibahas secara bersama.

Diusia semuda mereka, dan masih bersekolah, untuk menghadapi kasus pembunuhan adalah hal yang paling menakutkan tentunya. Namun, jika tidak diselidiki, rasa penasaran pun sepertinya akan lebih menghantui. Kerena ini menyangkut Dilon. Sahabat mereka.

"Altar."

Glen, dan yang lain serempak menatap Farel. Namun yang ditatap hanya mampu membalas tatapan Glen dengan datar, "Lu bilang Altar sebelum pingsan, Glen." Ucapnya lagi.

"Al-tar?." Tanya Glen memastikan. Antusias Farel menganggukkan kepalanya pasti.

***

"Dari gua masih SD, nenek emang udah disana."

"Berarti, lu selalu berangkat pulang bareng sama nenek?."

Selin menggeleng, "Adik gua yang suka anter jemput." Jawabnya.

Alleta cukup terkejut mendengarnya, lalu sekilas terkekeh, "Oh, lu punya adik?." Tanya Alleta lagi.

"Makanya, ayu, main kerumah gua!." Ucap Selin bersemangat.

Alleta yang sempat senang mendengarnya, kini malah terlihat sedang bingung., "Eugh, eum.." Dia tersenyum lebar sebelum kembali bersuara, "Nanti deh, Sel, kapan-kapan. Hari ini gua ga bisa. Soalnya—."

GLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang