02 : Kutukan

1.9K 361 105
                                    

"Putrimu dikutuk," adalah ucapan dari seorang tabib Nahulu, seorang tetua suku Rimba di Atlanta. Han Yongwook, rela mengeluarkan begitu banyak uang, mengorbankan waktu dan energi untuk terbang dari Seoul ke desa perdalaman Atlanta, demi mendapatkan obat untuk putrinya yang lumpuh dari ujung kaki sampai pinggang.

Soojae sudah putus asa dan hanya pasrah saja mendengarkan tabib itu memeriksanya, melakukan ritual-ritual pengusir setan dan melakukan konsultasi dengan roh-roh kepercayaannya.

"Apa salah putri saya sehingga dia harus menerima semua penderitaan ini?" Tabib itu berbicara dengan menggunakan bahasa pedalaman yang tak dimengerti, seorang juru bicara menyampaikan pesan dengan hati-hati, "Anda tahu apa yang terjadi dengan gadis ini."

"Saya tidak mengerti."

"Anda tahu," tetapi Yongwook bersikeras untuk tidak mengakuinya.

"Satu-satunya cara untuk menghilangkan kutukan itu adalah dengan menikahkan putrimu."

"Menikah?" Si juru bicara mengangguk. Yongwook dan Sora saling berpandangan.

"Menikahkan Soojae dengan seorang pemuda bukan syarat yang sulit, Soojae punya seorang sahabat lelaki ... mungkin dia mau berbaik hati untuk ...."

"Bukan dengan seorang pemuda." Mendengar hal demikian, Yongwook menatap kebingungan.

"Apa maksudnya?"

"Nikahkan putrimu dengan seorang pria uzur keturunan darah biru."

"Pria uzur! Itu gila!" Yongwook mengepalkan kedua tangan. Menikahkan putrinya dengan seorang pria tua? Yang benar saja! Lebih baik Yongwook mati daripada menghancurkan masa depan putrinya.

"Papa ...."

"Tidak, Soojae. Itu syarat yang sangat konyol." Soojae ingat betul waktu itu ibunya menangis tersedu-sedu, dan semakin terluka karena tak bisa melakukan sesuatu untuk menghentikan tangisannya.

"Kami datang jauh-jauh dari Korea, Tetua, tetapi kau memberitahu kami sesuatu yang konyol seperti itu!" Untuk pertama kalinya, Soojae melihat ayahnya marah besar. Tanpa melanjutkan konsultasi spiritual itu, mereka langsung pulang 3 hari setelah menginap di sana. Perjalanan pulang terasa begitu lambat dan menyakitkan, apalagi Soojae tak bisa berjalan lagi dan hanya menyusahkan kedua orang tuanya.

Sudah seminggu berlalu sejak mereka pulang, suasana di rumah muram dan menyakitkan. Meskipun Soojae berusaha untuk memperlihatkan bahwa dia baik-baik saja, tetapi orang tuanya tidak demikian. Mereka tertekan dan ketakutan, oleh sesuatu yang tak Soojae mengerti, oleh sesuatu yang memang sengaja tidak boleh Soojae ketahui.

Siang ini, Soojae meminta agar diizinkan untuk pergi berjalan-jalan keluar. Soorim dengan ceria membawanya berkeliling kebun apel, memetikkan beberapa buah untuknya sambil mendorong kursi roda menjauh. Rasa sesak mendadak menghujam dadanya ketika Soojae melihat ke arah ayunan, tempat di mana biasanya ia bermain. Tempat di mana ia berkumpul bersama teman-temannya yang lain, teman-teman yang berasal dari keluarga sederhana. Sekarang, Soojae tidak yakin apakah ia bisa berlarian di sana lagi, mengayunkan ayunan dengan kakinya sendiri dan menatap ke arah danau tempat bebek-bebek berenang.

Hari itu, ketika ia terbangun dari tidur. Kakinya tahu-tahu membengkak dan lebam-lebam tanpa sebab, seperti Soojae baru saja dipukuli benda tumpul berulang kali. Meskipun Soojae berusaha mengeraskan hati dan mencoba berdiri, ia tetap tak bisa melakukannya seakan tulang-tulang di kakinya retak semua, tapi anehnya ketika dilakukan pemeriksaan ke rumah sakit, tulang di kakinya baik-baik saja.

"Kakak, mau kuambilkan buah lagi?"

Soojae tersenyum pada adiknya, menyembunyikan air mata yang sudah nyaris tumpah. Soorim meninggalkannya di sana, bocah itu berlari sambil membawa keranjang, melambai tangan dan tersenyum lebar dari kejauhan. Soojae mengawasi gadis itu dengan hati membengkak oleh kepiluan, betapa hancur perasaannya. Kalau Tuhan ingin menghukumnya, kalau ia dikutuk atas dosa-dosa yang tak dilakukannya, mengapa tidak lantas membuatnya mati saja sekalian? Supaya ia tak perlu melihat orang tuanya menderita? Soojae rasa itu jauh lebih baik.

Deal With The Devil (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang