11

737 37 21
                                    

Jeongyeon masih memangku tubuh Nayeon dari beberapa menit yang lalu. Di usapnya punggung Nayeon yang duduk menyamping diatas pahanya. Nayeon masih menangis namun sudah berhenti memberontak meminta pergi.

Dengan susah payah Jeongyeon menarik Nayeon dan menempatkan gadis itu dipangkuannya karena pemberontakan Nayeon. Mereka masih berada di dalam private room restoran dalam hotel. Makanan sudah tersaji namun belum disentuh sama sekali.

"Nayeon." bisik Jeongyeon saat merasa Nayeon sudah menghentikan tangisnya.

Nayeon masih dengan napasnya yang tersengal karena sehabis menangis memilih untuk tetap diam. Ia juga hanya pasrah saja tubuhnya dipeluk erat oleh Jeongyeon dengan dagu pria itu yang bertumpu dibahunya. Tidak lama Nayeon merasakan bibir Jeongyeon yang mengecupi bahunya yang beruntung tertutup dress-nya.

"Kamu lapar gak?" tanya Jeongyeon berusaha mengajak Nayeon untuk mengobrol.

Lama Jeongyeon menunggu kebisuan Nayeon yang membuatnya tidak menyerah.

"Baby."

Nayeon akhirnya menggeleng dan membuat senyum Jeongyeon terbit. Walaupun Nayeon tidak membuka bibirnya setidaknya gadis di pangkuannya kini mau menanggapinya.

"Oke, Sayang." Jeongyeon lalu mengangkat Nayeon ke dalam gendongannya sehingga membuat wanita itu langsung terkejut.

"Om!" pekik Nayeon dengan refleks melingkarkan tangannya dileher Jeongyeon.

Dari posisinya Nayeon bisa melihat dengan jelas Jeongyeon yang tersenyum geli menatapnya.

"Santai, Baby." Jeongyeon mengecup kening Nayeon lalu berjalan keluar ruangan.

Dua orang pria yang mengantar Nayeon tadi sudah pergi begitupun kopernya yang sudah tidak ada.

"Turunin aku, Om." ucap Nayeon.

"Kita belum sampai, Baby." jelas Jeongyeon menatapnya dalam.

Nayeon memalingkan wajahnya dengan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jeongyeon yang membawanya terus berjalan tanpa Nayeon ketahui tujuannya.

Jeongyeon membawa Nayeon masuk ke dalam lift dan tidak lama lift berdenting tanda sampai tanpa Nayeon bisa melihat lantai berapa Jeongyeon membawanya. Lalu tanpa Nayeon duga ternyata Jeongyeon membawanya ke dalam kamar suite mewah yang hanya tersedia beberapa
unit di hotel.

Nayeon memalingkan wajahnya saat
Jeongyeon membaringkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king. Tangan Nayeon tanpa sadar saling bertaut memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Mungkinkah Jeongyeon akan kembali melakukan hal yang menyakitkan untuknya seperti terakhir kali? Tetapi memang seperti itu perjanjiannya. Nayeon sudah setuju untuk menuruti segala keinginan Daddy-nya yang tidak lain adalah Jeongyeon.

Seoul terasa sempit sekali untuk Nayeon. Dari sekian banyak pria yang ada tapi malah Jeongyeon yang lagi-lagi harus ia temui.

"Jangan terlalu banyak berpikir, Sayang." ucap Jeongyeon sembari mengusap kerutan di dahi Nayeon sekaligus menyadarkan gadis itu dari pikiran panjangnya.

Nayeon akhirnya bersitatap lagi dengan Jeongyeon. Jarak mereka begitu dekat sehingga membuat ujung hidung keduanya bersentuhan.

"Om ingin meminta maaf atas sikap Om padamu."

Nayeon masih diam membuat Jeongyeon kembali berbicara.

"Maaf atas sikap jahat Om saat di perusahaan, tidak seharusnya Om bersikap seperti itu sama kamu. Maaf juga Om yang bersikap kurang ajar saat di toilet waktu itu, tidak seharusnya juga Om melakukan itu sama kamu. Dan semua perkataan Om yang tidak pantas padamu Om sangat minta maaf. Maafkan Om, Sayang."

 𝓂𝓎 𝒷𝑒𝓈𝓉 𝒻𝓇𝒾𝑒𝓃𝒹'𝓈 𝒹𝒶𝒹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang