20

411 27 62
                                    

"Hiks... Hiks...." tangis Nayeon lagi-lagi pecah saat ia memulai kegiatan mandinya. Ia merasa tubuhnya begitu menjijikkan saat ingat Taehyung sudah menjamah dirinya.

Di bawah guyuran shower kamar mandi Nayeon menggosok kasar seluruh tubuhnya dengan spons mandi berharap jamahan Taehyung hilang. Nayeon menyesal telah mempercayakan Taehyung jika akhirnya ia berakhir seperti ini. Setelah kepergian Jeongyeon di apartemen Taehyung saat itu dengan tanpa bersalah Taehyung semakin bersikap kurang ajar padanya.

"Gak perlu nangis, Nay. Daripada kamu nangis buat pria tua seperti Om Jeongyeon lebih baik kita ulangi kegiatan panas kita sebelumnya, hm?"

"Jangan mimpi! Gak ada kegiatan panas antara kamu sama aku." ucap Nayeon berang.

Taehyung langsung menertawakan ucapan Nayeon dan dengan senyum liciknya berucap yang langsung membuat tubuh Nayeon seketika seperti akan lumpuh.

"Kamu yang harusnya jangan mimpi, Nayeon. Tubuh kamu udah banyak yang nikmati. Dari Om Jeongyeon terus aku. Hmm Atau...." Taehyung menjeda ucapannya.

"Ada banyak pria sebelum Om Jeongyeon dan aku? Soalnya kamu agresif banget dan aktif seperti pelacur yang sudah terbiasa."

"Kurang ajar kamu, Bajingan Berengsek!"

Nayeon yang saat itu masih terduduk di lantai berusaha menghentikan tangisnya dan mendorong Taehyung kasar sampai keluar kamar. Pintu kamar ia kunci dan dengan cepat ia memakai kembali pakaiannya. Setelah selesai Nayeon langsung bergegas pergi dari apartemen terkutuk itu. Saat itu Taehyung hanya menertawakan Nayeon dengan suara hinaannya. Namun Nayeon mengabaikan agar dirinya tidak terpancing dan mensyukuri Taehyung yang tidak mencegahnya untuk pergi.

Nayeon sampai ke rumah Jeongyeon saat sudah tengah malam. Beruntung masih ada Jihyo yang masih terjaga dan mau membukakan pintu untuknya.

Jeongyeon sedang tidak ada di rumah begitu jawaban Jihyo saat Nayeon bertanya tentang pria itu. Begitupun Sana yang masih belum kembali dan masih tidak ada kabar.

Setelah cukup lama membersihkan diri Nayeon merebahkan tubuhnya di ranjang menatap langit-langit kamar. Rumah ini sudah tidak terasa nyaman lagi jika hanya ada dirinya. Ia merasa seperti perebut kebahagiaan Jeongyeon dan Sana. Ya, sebelum Nayeon tinggal disini semuanya berjalan baik. Keluarga Jeongyeon tetap damai tanpa ada masalah.

Haruskah Nayeon pergi saja? Karena sudah tidak ada yang mengharapkan dirinya lagi disini.

Sebelum tidur Nayeon memeriksa kembali ponselnya untuk melihat pesan dan panggilannya pada Jeongyeon namun masih tidak ada balasan. Dipejamkan matanya dengan paksa oleh Nayeon. Ia begitu lelah dan ingin istirahat. Namun hanya beberapa jam saja ia bisa tertidur karena saat pukul empat pagi ia kembali terjaga. Nayeon berdiri menghampiri jendela kamar dan membuka gordennya. Begitu melihat suasana gelap pikirannya langsung  melayang ke segala permasalahan yang tengah menimpanya.

Dering ponsel Nayeon yang berada di atas ranjang menyadarkannya dan membuatnya langsung berlari untuk tahu siapa yang menghubunginya di waktu seperti ini.

Bibi?

Nayeon langsung mengernyitkan dahinya karena heran di jam setengah lima pagi ternyata Bibinya yang menelepon. Sangat tumben sekali.

"Lama sekali kamu angkat teleponnya, Nayeon. Jangan di biasakan menjadi pemalas seperti itu."

Begitulah rentetan suara yang keluar dari Bibinya saat Nayeon baru saja akan menyapa 'halo' membuatnya langsung mengurungkan niat.

"Nayeon! Kamu denger Bibi tidak?!"

"Iya, Bi. Ada apa?" respon Nayeon mencoba sabar seperti biasa yang ia lakukan.

 𝓂𝓎 𝒷𝑒𝓈𝓉 𝒻𝓇𝒾𝑒𝓃𝒹'𝓈 𝒹𝒶𝒹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang