24

395 37 27
                                    

"Maksud kamu gak bisa nolak?"

"Bukan." Nayeon kembali menggeleng.

"Aku gak bisa menikah sama Om."

"Shit!" Jeongyeon mengumpat tanpa sadar sampai membuat Nayeon kaget dan refleks menoleh ke samping menatapnya.

"Maaf, Om." Nayeon berbisik dan mencoba turun dari pangkuan Jeongyeon.

Kali ini Jeongyeon tidak mencegah Nayeon dan malah membantu Nayeon sampai gadis itu berdiri. Jeongyeon ikut berdiri menatap Nayeon yang kini menunduk takut sembari kedua tangannya yang bertaut saling meremas jari-jemarinya.

"Apa yang salah, Nayeon? Kenapa kamu tidak mau menikah dengan saya?"

Nayeon hanya menggeleng dan tidak berniat menjawab pertanyaan Jeongyeon.

"Kamu sekarang mengandung anak saya. Lalu kalau kita tidak menikah saya harus bertanggung jawab seperti apa?"

Nayeon masih menunduk diam dan melangkah mundur selangkah begitu Jeongyeon bergerak maju padanya.

Jeongyeon terus melangkah mendekati Nayeon sampai membuat punggung Nayeon menabrak pelan pembatas jembatan di belakangnya. Kini Nayeon tidak bisa kemana-mana karena Jeongyeon sudah mengurung tubuhnya dengan kedua tangan pria itu yang berada di setiap sisinya.

"Kenapa, Nayeon?" Jeongyeon meletakkan dagunya di atas kepala Nayeon sembari menghembuskan napasnya pelan.

Lagi-lagi Nayeon diam dan hanya menggelengkan kepala membuat Jeongyeon menghembuskan napasnya frustasi. Jeongyeon melepaskan satu tangannya dari sisi Nayeon lalu memegang dagu Nayeon pelan dan mendongakkan wajahnya sehingga mereka bisa bersitatap. Mata Nayeon sudah berkaca-kaca dengan bibirnya yang bergetar menahan tangis. Tatapannya yang begitu sedih membuat Jeongyeon merasa serba salah. Di usapnya dengan lembut air mata Nayeon yang mulai berlinang.

Jeongyeon menatap Nayeon dalam seakan dengan matanya ia bisa mengetahui penyebab Nayeon menolak ajakannya tadi. Namun nihil, Jeongyeon tidak menemukan apapun dari mata Nayeon kecuali kesedihan gadis itu.

"Kamu belum siap menikah?" tanya Jeongyeon lembut.

Nayeon menggeleng pelan.

"Kamu tidak ingin menikah dengan saya karena saya tua sehingga kamu malu nantinya?"

Nayeon langsung menggeleng kuat.

"Lamaran saya tidak romantis?"

Nayeon kembali menggeleng.

"Lalu apa?" tanya Jeongyeon frustasi dengan kembali menghapus air mata Nayeon yang mengalir keluar begitu deras.

"Aku gak tahu, hiks...." Nayeon akhirnya bersuara dengan gemetar karena tangisannya yang tergugu pilu.

Jeongyeon semakin bingung sekarang dan yang bisa ia lakukan hanyalah merengkuh Nayeon. Ia memeluknya begitu erat seiring tangisan wanita itu yang semakin menjadi dan membasahi kaus bagian depan yang dipakainya.

⭕⭕⭕⭕⭕

Setelah Jeongyeon pamit pergi kemarin dari rumah Nayeon karena penolakan dirinya, tidak Nayeon sangka hari ini pagi-pagi sekali Jeongyeon mengunjunginya. nayeon pikir Jeongyeon mungkin akan pulang ke Jakarta tanpa memperdulikan dirinya lagi. Namun ia salah menilai pria itu. Jeongyeon tampak sangat mencolok keluar dari mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya yang sederhana. Dengan tampilannya yang menawan walau hanya mengenakan kemeja hitam dan bawahan celana bahan yang senada dengan kemejanya Jeongyeon sudah cukup membuat kaum hawa lemah. Bahkan ketika tengah berada di luar kota sekalipun Jeongyeon akan tetap menunjukkan ketampanan dan kekayaannya secara tidak langsung.

 𝓂𝓎 𝒷𝑒𝓈𝓉 𝒻𝓇𝒾𝑒𝓃𝒹'𝓈 𝒹𝒶𝒹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang