30

845 31 19
                                    

Nayeon melihat pantulan dirinya di depan cermin setinggi dirinya dengan penuh kagum dan rasa tidak percayanya. Di ruangan ini ia sudah tampil cantik dengan gaun berwarna putih yang menjuntai ke lantai. Gaun yang ia kenakan mempunyai model dengan bahu terbuka sehingga memperlihatkan kulit putihnya. Bagian depan gaun di bagian dada sedikit rendah sehingga memperlihatkan belahan payudaranya sedangkan bagian belakang memperlihatkan setengah punggung telanjangnya.

Nayeon tidak tahu respon Jeongyeon akan seperti apa melihatnya memilih gaun yang tidak di sukai Jeongyeon karena terlalu terbuka. Dari lima gaun yang tersedia Jeongyeon menyarankan Nayeon untuk tidak memilih gaun yang kini di pakainya.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka yang ternyata disebabkan oleh Jeongyeon sehingga membuat beberapa orang yang telah membantu mendandani Nayeon segera pamit keluar. Jeongyeon berjalan mendekat dengan tatapan tajamnya pada Nayeon yang kini berdiri gugup di dekat kaca. Jeongyeon yang di balut tuxedo yang begitu serasi dengan gaunnya tampak sangat tampan dan memesona di mata Nayeon.

"Nayeon...." Jeongyeon meraih pinggang Nayeon ketika tahu istrinya itu akan mundur menjauhi dirinya.

Nayeon yang tidak punya pilihan akhirnya pasrah dan memilih memeluk leher Jeongyeon. Ia berusaha menampilkan senyuman terbaiknya pada Jeongyeon supaya suaminya itu luluh dan tidak berbuat
macam-macam.

"Aku suka yang ini." Nayeon berujar sebelum Jeongyeon berkomentar.

Jeongyeon mengangguk-angguk kecil lalu mengecup singkat bibir Nayeon.

"Oke." Sebenarnya Jeongyeon ingin berbuat lebih seperti berciuman bersama Nayeon sampai bibir keduanya membengkak. Namun ia harus menahannya karena Nayeon sudah begitu cantik dengan make-up dan tatanan rambut yang menghiasinya.

Tiba-tiba Jeongyeon membalikkan tubuh Nayeon untuk menghadap cermin kembali dengan Jeongyeon yang berdiri di belakang Nayeon, memeluknya erat.

"Bahu kamu terlalu terbuka, Sayang," ucap Jeongyeon yang kini begitu jelas melihat bahu bahkan punggung Nayeon yang telanjang.

"Tapi, Aku suka gaunnya." bisik Nayeon menatap mata Jeongyeon lewat pantulan cermin agar suaminya itu luluh.

Jeongyeon tampak berpikir lagi. Ia juga sangat menyukai tampilan Nayeon saat ini yang begitu menawan tapi rasanya tidak suka jika harus berbagai dengan para tamu pria nanti. Apalagi yang hadir malam ini rekan bisnisnya yang rata-rata pria  lajang, sudah memiliki pasangan, bahkan duda.

"Rambutnya diturunin aja gimana?" tawar Jeongyeon sembari mengusap perut Nayeon yang masih terlihat rata di usia dua bulan kehamilannya.

"Biar kulit kamu gak banyak terekspos."

Nayeon menggigit bibirnya kembali berpikir, tatanan rambutnya sudah sangat cantik baginya namun jika Jeongyeon tidak suka ia tidak bisa egois.

"Iya, boleh. Yang penting tetap pakai gaun ini."

"Terimakasih." ucap Jeongyeon yang seketika mengeratkan pelukannya pada Nayeon dan menumpukan kepalanya di bahu Nayeon.

Nayeon mengusap tangan Jeongyeon yang berada di perutnya lembut.

"Kalau gitu kamu keluar dulu biar orang-orang tadi masuk lagi."

"Lima menit lagi hanya seperti ini dulu, Sayang." Jeongyeon memejamkan mata dan menempatkan wajahnya di ceruk leher Nayeon.

"lagipula masih ada waktu satu jam sampai pukul tujuh malam resepsi di mulai."

Belum sampai lima menit pintu ruangan yang mereka tempati terbuka membuat Jeongyeon segera menolehkan kepalanya ingin melihat orang yang berani mengganggu waktunya bersama Nayeon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 𝓂𝓎 𝒷𝑒𝓈𝓉 𝒻𝓇𝒾𝑒𝓃𝒹'𝓈 𝒹𝒶𝒹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang