Part 5 🔞

1.4K 123 47
                                    

Sudah hampir dua bulan singto menikah dengan krist, singto dapat melihat hal yang tak biasa dari suaminya itu, krist suka bermain kasar sehingga membuatnya tak bisa berjalan keesokan harinya dan itu krist lakukan hampir 4 kali dalam satu minggu. Krist tak bisa bersikap lembut padanya, krist juga tak pernah membuka bajunya saat mereka berhubungan badan.

krist menyiapkan baju berwarna putih dan oversize semua sehingga jika ia memakai itu membuat krist tak bisa mengendalikan nafsunya dan berakhir dengan dirinya yang berada di atas ranjang karna di gempur habis-habisan oleh krist, jadi singto menyimpulkan jika krist sakit, krist tak sehat, krist berbeda dari orang-orang pada umumnya, krist memiliki kelainan seksual dan yang pasti krist memiliki fetish aneh, ia akan terangsang jika melihat seseorang yang memakai baju berwarna putih.

Jadi untuk menghindari itu singto memakai baju berwarna hitam hari ini, ia mendapat itu dari gun, singto sudah menceritakan keanehan suaminya kepada gun dan ternyata gun sudah tahu itu.

Singto juga mengganti seprei kasur mereka dengan warna cream, setelah berberes kamar singto pergi ke dapur untuk membuat makan siang untuk suaminya nanti.

Krist yang baru saja pulang dari kantor melihat suasana kamar sudah berbeda membuat krist meremas tangannya sendiri kemudian keluar dari kamar dan mencari singto, emosi krist memuncak saat melihat singto memakai kaos berwarna hitam.

"Bukankah sudah ku bilang jangan pakai baju warna lain selain putih!" Ucap krist.

"Aku hanya bosan dengan semua baju itu" ucap singto.

"Kenapa bosan? Bahkan belum semua baju di dalam lemari itu kamu pakai!"

"Aku bosan dengan warnanya phi!" Ucap singto.

"Berani melawan ku sekarang, hmm?" Ucap krist sembari berjalan mendekat ke arah singto membuat singto ketakutan dan hendak kabur dari sana namun tangan Krist terlebih dulu mencengkram tangannya dengan kuat.

"Phi tangan ku sakit"

"Siapa kamu berani melawan ku?" Ucap krist setelahnya ia mendorong tubuh singto ke lantai.

"Apa phi masih belum puas menyiksa ku selama dua bulan ini" ucap singto dengan menangis.

"A-aku salah apa sampai harus di siksa seperti ini, kenapa phi seperti sangat membenci ku? phi tak pernah memperlakukan ku dengan lembut, phi tak pernah memikirkan kesehatan ku, apa phi tak memikirkan tubuh ku setiap hari phi siksa, phi banting, phi tampar, apa phi tak bisa merasakan sakitnya? Bahkan bekas tadi malam masih terasa perih phi!"

Krist tidak membenci singto, tak ada alasan untuknya jika harus membenci singto hanya saja dia merasa puas saat melihat singto merintih kesakitan, itu juga yang di lakukan-nya kepada kekasihnya dulu sehingga berakhir di rumah sakit, beruntung singto memiliki fisik yang kuat walau di siksa sekeras apapun singto tak akan berakhir di rumah sakit mungkin karna dirinya pria tak seperti namtarn yang hanya seorang wanita dan tentunya memiliki fisik tak sekuat pria.

"Memangnya kamu siapa hingga aku harus memperlakukan mu dengan lembut" ucap krist sembari mencengkram kedua pipi singto.

Namtarn, wanita yang sudah jelas di cintainya saja krist tak pernah bisa mengendalikan dirinya untuk tidak menyakiti namtarn, apa lagi singto pria yang tak di cintainya sama sekali.

Cengkraman di pipinya benar-benar kuat sehingga membuat singto kesakitan dan berusaha melepas itu.

Krist melepas cengkramannya di wajah singto kemudian merobek baju yang di kenakan singto, ia membuka resleting celananya dan mengeluarkan miliknya yang belum sepenuhnya meneggang kemudian melesakkannya ke dalam mulut singto, krist menggenjot mulut singto dengan brutal sembari menarik rambut singto dengan keras, hingga beberapa menit berlalu, krist masih betah menggenjot mulutnya sehingga membuat singto merasa lelah dan tanpa sengaja giginya mengenai penis krist.

Krist mengeluarkan miliknya dan menampar wajah singto sehingga menghasilkan warna kemerahan di sana.

"Berani sekali kamu"

"Hikks... A-aku tak sengaja phi, ku mohon maafkan aku" ucap singto, dia benar-benar takut sekarang.

Krist membuka paksa celana singto dan menelungkupkannya di lantai lalu memasukan penisnya dalam satu kali hentakan sehingga membuat singto berteriak kesakitan. Ia menggagahi singto secara brutal di sana, menampar wajah dan paha singto dengan keras, sesekali meremas rambut singto dengan sangat kuat, singto sudah menangis kesakitan namun krist malah semakin terangsang dengan itu semua, setiap satu tamparan yang di dapat singto di pantatnya membuat dia berteriak kencang dan krist menganggap itu desahan indah.

Menit demi menit berlalu, krist menggagahi singto di lantai dapur, kemudian mengangkatnya ke atas kursi dan meja makan, ia juga menampar paha dan pantat bulat singto hingga menghasilkan warna merah kebiruan di sana, krist menganggap itu hasil karya yang indah, bibir bengkak singto terus menggumamkan kata maaf dan air mata terus mengalir deras, tidak.. krist tidak merasa kasian sama sekali, malah itu membuatnya semakin tambah bernafsu.

Beberapa jam berlalu, singto ingin mengeluarkan cairannya lagi sekarang namun krist menutup lubang kencing singto agar cairannya tak keluar.

"Tunggu aku" ucap krist.

"A-aku tak kuat phi, ku mohon biarkan aku keluar, hikss..."

Krist tak menghiraukan itu, ia masih menutup lubang kencing singto dan menatap penis singto mulai membengkak dan sedikit membiru karna cairan yang seharusnya keluar masih tertahan di dalam sana. Tubuh singto benar-benar lemah sekarang, bahkan untuk mengatur nafas saja sepertinya tak bisa. Beberapa menit kemudian krist mengeluarkan cairannya sembari mengocok penis singto agar cairan singto ikut keluar bersamaan dengan dirinya.

Cairan singto muncrat dengan begitu banyak mengotori tangan krist dan perutnya sendiri, membuat singto bernafas lega.

Krist membenahi celananya dan membiarkan singto yang masih tergeletak di lantai, krist berlalu pergi meninggalkan tubuh lemah singto dengan banyak cairan di sekitar tubuhnya.

Air mata singto menetes lagi mengingat hidupnya, mempunyai suami yang seperti psycopath benar-benar menguras tenaganya. Setelah kekuatannya kembali, singto beranjak dari sana dan pergi ke kamar mereka untuk mandi dan berganti pakaian.

Saat ini singto tengah makan siang sendiri, walau rasanya tak ada nafsu untuk makan tetap saja dia harus mengisi perutnya agar kuat di banting krist di ranjang nanti malam, singto bahkan hapal dengan jadwal krist menyetubuhinya.

Singto melihat kedatangan krist dengan seorang wanita mendekat ke arahnya.

"Dia siapa?" Tanya namtarn. Menunjuk ke arah singto yang sedang makan.

"Sepupu ku" ucap krist sembari menuntun namtarn ke meja makan.

"Singto, ini namtarn kekasih ku" ucap krist.

Singto hanya menganggukan kepalanya dan melanjutkan makannya sedangkan krist membantu mengambilkan nasi dan lauk untuk namtarn dan mengabaikan keberadaan singto.

Namtarn tak yakin jika singto sepupu krist seperti yang di bilang krist tadi, namtarn melihat wajah singto sedikit membengkak dan merah, apa singto mendapat kekerasan? Entahlah tapi sepertinya singto pria yang cuek, ia tak memperdulikan keberadaan mereka.

"Mulai hari ini namtarn akan tinggal disini" ucap krist membuat singto melepas sendoknya tanpa menjawab ucapan krist, singto beranjak pergi dari sana.

Singto tak marah sama sekali, ia hanya malas satu meja makan dengan keduanya, singto tak kuat dengan suaminya dan itu bagus jika namtarn ikut tinggal bersama mereka, tubuhnya akan selamat untuk beberapa hari, mungkin saja krist tak akan pernah menyentuhnya lagi, singto bahkan berharap seperti itu.

Lagi pula tak ada manusia normal yang betah dengan pria kasar seperti krist, psycopath berkedok seorang CEO hanya saja wajahnya yang tampan menutupi semua sikapnya itu hingga singto yakin jika banyak pria maupun wanita yang rela di banting oleh krist di atas ranjang. Biarkan saja singto juga tak akan jatuh ke dalam pesona krist, mengingat jika mereka menikah hanya sampai dua tahun.

Ia menunggu hari itu, hari dimana krist akan menceraikannya dan memulai hidup barunya nanti pergi sejauh mungkin dari psikopat gila yang tengah bersama kekasihnya sekarang.













Tbc.

Fetish ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang