Dua hari berlalu, gun melihat pintu pagar rumah krist sudah terbuka dan itu berarti krist sudah ada di rumahnya.
Singto masih di perjalanan saat ini karna tadi sebelum berangkat banyak yang harus di persiapkannya sebelum dirinya terbang ke thailand, itu sebabnya gun akan mencoba berbicara dengan krist lebih dulu tentang fiat.
"Dimana fiat" ucap gun, saat ini gun sudah berada di rumah krist, dan dia menemukan krist tengah duduk di ruang tamunya dengan banyak botol alkohol di hadapannya.
"Jangan ikut campur urusan ku, gun. Sebaiknya kamu pulang sekarang"
"Tapi krist, fiat masih terlalu kecil untuk di jauhkan dari papanya dia pasti ketakutan sekarang"
"Jangan kamu pikir aku tak tahu, kamu yang membantu singto pergi kan? Dan kamu juga tahu semua tentang dirinya kalian bahkan masih berkomunikasi hingga sekarang, aku memaafkan mu karna kamu sudah ku anggap seperti saudara ku sendiri, tapi untuk masalah ini jangan pernah ikut campur urusan ku!"
"Krist, kamu bahkan menyakiti anak yang tak berdosa, fiat tak tahu apa-apa, kasian dia!"
"Keluar gun!!"
"Krist jangan seperti ini, kendalikan emosi mu, jangan lampiaskan amarah mu kepada orang-orang yang tak bersalah termasuk singto"
*Dorr.. krist menekan pelatuk pistolnya sehingga membuat gun terdiam. Tak lama datang off mengahmpiri mereka kemudian off memeluk tubuh gun.
"Ayo pergi" ucap off.
"Tapi fiat bersama orang jahat ini phi!!" Teriak gun.
"Gun, nanti kita bicarakan lagi" ucap off.
"Krist jangan pernah menyakiti fiat atau kamu akan menyesal nanti" ucap gun sebelum dia pergi dari sana.
Hingga malam semakin larut, pukul 11 malam singto tiba di depan rumah krist, rumah mewah yang menjulang tinggi yang memberi banyak kenangan buruk untuknya, sejujurnya singto takut namun ia harus tetap masuk demi anaknya. Pintu rumah tak terkunci sama sekali, singto menarik kopernya dan masuk ke dalam, di ruang tamu terdapat banyak botol alkohol dan bau menyengat minuman memabukan itu.
Singto berjalan menuju kamarnya dulu dan benar saja ada krist di sana yang tengah merokok dengan banyak obat-obatan dan botol minuman keras di depannya.
"D-dimana fiat phi"
"Ke sini" ucap krist.
Meski takut tapi singto tetap mendekat ke arah krist.
"Ganti baju mu" ucap krist.
Singto langsung berjalan menuju lemari, kemudian membuka lemari tersebut melihat masih banyak baju miliknya dan tentunya berwarna putih semua, dengan tangan yang bergetar singto tetap mengambil baju tersebut, percuma jika dia menolak atau melawan, anaknya sedang dalam genggaman krist sekarang.
Singto membuka pakaiannya dan memakai kemeja putih oversize sembari menitikan air matanya, dia benar-benar takut sekarang apa lagi mengingat ucapan gun yang mengatakan setiap partner ranjang krist selalu berakhir mati keesokan harinya, apa sekarang gilirannya?
Setelah mengganti bajunya, singto berjalan lagi mendekat ke arah krist.
"Dimana fiat, phi?" ucap singto lagi.
Krist membuka ponselnya kemudian memutar rekaman suara fiat.
"Papa... Tolong fiat pa, fiat takut... Om itu jahat pa, tolong fiat" ucap fiat dengan menangis tersedu-sedu membuat hati singto semakin sakit mendengarnya.
"Ku mohon pertemukan aku dengan fiat, phi" ucap singto dengan menangis.
Krist menarik tangan singto agar duduk di pangkuannya kemudian melumat bibir singto, rasa asap rokok bercampur dengan wine yang sedikit pahit bercampur manis menyatu di mulut singto, air matanya terus menetes keluar dan ia tak membalas ciuman krist, singto hanya membiarkan krist melumat bibirnya sedangkan pikirannya tengah terbang entah kemana memikirkan nasib anaknya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fetish ✓
Short StoryPerjodohan yang sudah terjadi bahkan sebelum dirinya hadir di perut mamanya malah membawa petaka untuknya. Bagaimana bisa ia bertahan dengan seorang iblis berwujud manusia. Hari-hari singto terasa berat melewati itu semua. Akankah dia bisa bertahan...