"AYO AMBIL LEMBURAN!"
Seruan dari Dipta membuat Jumantara berjengit, sungguh terkejut.
"Ngagetin, astaga. Gua di samping lu ini, bukan sebrang pulau."
Dipta hanya cengengesan dibuatnya, namun segera menarik tangan Jumantara dan dibawa pergi.
"Kita abis ini kagak ngapa-ngapain, besok juga nggak kerja, tinggal piket sore. Jadi, mari kita ambil lemburan!"
Sebelah alis Jumantara terangkat, "Aneh. Biasanya lu kerja setengah hari aja udah ngeluh mau pingsan, ini mau minta lembur? Yang bener?"
"Eh denger ye, gua ni lagi krisis ekonomi. Lu mah enak sekali-kali dapet kiriman, lah gua?? Sendirian banget ini, beli sabun aja susah bener. Jadi gua butuh duit tambahan, nggak bisa ngandelin gaji gudang yang cairnya 100 tahun kemudian itu. Nah, kalo lemburan kan langsung dikasih di tempat duitnya, hehe!"
"Yaudah lembur aja sana, ngapain ngajak gua?"
"Eh, temen bukan?!"
"Bukan," sahut Jumantara langsung.
"Wah, parah lu ya. Gaboleh gitu lu, kita temen harus ada di saat susah, dan kalo gua lagi seneng lu ga diajak."
"Ya. Itu tuh, temen." Cibirnya.
"HEHE."
"Lagian mau lembur apa? Bukannya jam segini kalo mau daftar lembur udah abis jatahnya? Banyak ini yang tiap hari mau lembur,"
"Udaah, gua udah daftar dari pagi tadi jam 7."
"Buset, baru berangkat udah daftar lembur lu? Lembur hari ini apa si, lagian?" Heran Jumantara.
"Hehehe, iya. Lembur hari ini tuh kebetulan ada yang bisa berdua kerjanya, transfer kayu ke rutan sebelah."
"Ohh itu, boleh kalo gitu. Di container ntar bisa tidur dulu,"
"Nahhhh, tuh kan! Emang gue tuh nggak pernah salah pilih,"
"Yaa. Serah lu. Ini, udah tau berangkat jam berapa? Mana containernya?"
Dipta pun ikut melihat ke sekeliling, lalu menunjuk ke arah container coklat dimana ada beberapa sipir berjaga di sampingnya.
"Nah! Ituuu, yuk!"
Tangan Dipta kembali menarik Jumantara untuk bersama-sama menghampiri pekerjaan yang telah menunggu mereka.
Sebelum pengiriman, memang ada beberapa pekerjaan lagi yang perlu dilakukan. Angkat junjung, pengisian data barang, perizinan, pengecekan dan penjagaan cukup ketat bagi mereka berdua, dan lainnya. Baru akhirnya keduanya dapat duduk manis di dalam box container di waktu yang sudah tengah malam.
"Capek? Nikmatin nih, lembur."
Dipta sendiri masih mengatur nafasnya yang tak tentu, benar-benar kelelahan telah bekerja sebegitu banyak.
"Sini," dengan pasrah, Dipta dibawa untuk merebahkan diri di paha Jumantara. Sembari jemari milik yang lebih tua itu, mengusap sisa-sisa peluh yang ada di dahinya.
"Ju, Ju." Panggil Dipta.
Jumantara sudah hampir memejam, namun urung.
"Apa?"
"Hehe, jangan tidur dong. Ayo ngobrol aja, mau gak?"
"Capek, Dip. Lu nggak capek?"
"Nggaaaa, hehe. Ayo ngobrol, cerita-cerita aja."
"Males."
"Ish yaudaaah, gue yang cerita!"
"Hm,"
"Jangan tidur!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Prison | NOMIN✅
Fanfic[END] "Kita ini beda. Kita tau kapan akhir bakal datang pada kita. Jadi, dari pada stress, banyak pikiran, mending kita cinta-cintaan aja. Mas cinta kamu, kamu juga cinta Mas. Gausah mikirin tabu, kita ada di sini juga udah dilabeli sebagai manusia...