午後 [Sore]
30. A Healer
Seiring berjalannya waktu, Fia mulai terbiasa. Cewek itu selalu berusaha menanamkan pikiran positif. Menganggap dirinya rehat sejenak dari pendidikan, menggali lebih dalam minat dan bakatnya.
Selama itu juga, Fia lebih banyak mengetahui dan mengerjakan pekerjaan orang tuanya.
Seperti hari ini, Fia sedang membantu Diana membuat sebuah produk yang akan dikirim hari ini.
"Dek, kayaknya kamu lebih cocok buat ngelanjutin usaha ayah." Ucap Sudi tepat setelah Fia menyelesaikan tugasnya.
"Hah? Gimana, ayah?" Fia ngeblank.
"Kerjaan ayah kamu yang warisin. Nanti Eka di bagian marketing, sisanya kamu yang pegang."
Fia hanya terkekeh pelan sembari mengacungkan ibu jari kanannya sebagai respon. Cewek itu beranjak, alibi ingin ke kamar mandi.
Padahal sebenarnya, Fia merasa tidak nyaman. Ucapan Sudi seolah menjadi boomerang baginya.
Dari sastra ke kesehatan, sekarang ke bisnis? Terus, gimana sama mimpi Fia?
Ingatannya melempar Fia pada saat dimana Diana dan Sudi meragukan mimpinya menjadi seorang penyanyi. Bahkan Fia masih ingat jelas bagaimana raut wajah juga nada bicara kedua orang tuanya.
"Emang ngerasa bagus suaramu? Suara cempreng gitu."
"Iya merdu, merusak dunia. Nanti lari duluan orangnya."
"Gimana mau jadi penyanyi kalo cuma berani di kamar mandi?"
"Udah dek. Udah paling bener kamu jadi penyanyi kamar mandi aja."
Fia kembali terkekeh pelan. Rasanya menyakitkan meski terdengar sederhana. Fia tidak bisa menjadikan ucapan mereka itu sebagai pemacu. Yang ada mereka semakin menjatuhkan.
Menghela nafas pelan, Fia menatap dirinya di cermin sembari tersenyum kecil.
"Kamu hebat. Kamu pasti bisa, Synfia."
***
"Dek, tolong belanja ya. Ini uangnya, beli secukupnya buat sebulan aja." Ucap Sudi sembari menyerahkan uang saat Fia sedang melakukan kewajibannya.
Sebenarnya Fia paling malas jika dirinya melakukan sesuatu tapi diganggu. Namun, mau tidak mau Fia tetap menerima uang itu lalu meraih jaketnya, berangkat belanja.
KAMU SEDANG MEMBACA
午後 [Sore] |Haruto|
JugendliteraturNew Version "アイシテル HARUTO!" Awalnya, semua terasa hampa. Tak ada satupun hal yang membangkitkan semangat. Hidup tanpa tujuan, raga tanpa daya. Namun, dunia ini punya banyak kejutan. Membawa keinginan juga harapan yang belum tentu menjadi kenyataan...