New Version "アイシテル HARUTO!"
Awalnya, semua terasa hampa. Tak ada satupun hal yang membangkitkan semangat. Hidup tanpa tujuan, raga tanpa daya.
Namun, dunia ini punya banyak kejutan. Membawa keinginan juga harapan yang belum tentu menjadi kenyataan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
40. Finally
Fia tak tahu sudah berapa purnama ia menunggu hari ini tiba. Hal yang tak pernah ia duga ternyata terjadi begitu saja. Banyak yang sangat mencintai hadiahnya, layaknya mereka mencintai sosok yang menjadi alasan dirinya menulis cerita ini.
Watanabe Haruto.
"Ayah bangga sama kamu, dek. Jangan cepat puas ya. Kamu harus terus belajar dan raih mimpi untuk masa depanmu."
Fia mengangguk. Fia mengerti kemana arah pembicaraan ayahnya.
"Iya, dek. Ibu yakin kalau kamu tetap berusaha dan berdoa, semuanya akan terjadi. Gak ada yang gak mungkin di dunia ini."
"Nah 'kan, berarti mungkin aja kalo dek ketemu sama Haruto." Ucap Fia diselingi kekehannya.
"Tuh mulai lagi anak ini."
"Iyain aja ayah. Jangan godain Fia terus,"
Fia tertawa mendengarnya. Sepertinya, akan lebih seru jika Eka ikut bergabung di panggilan suara kali ini.
"OII BARU AJA GUE MAU NELPON LO!"
"Ada ayah sama ibu heh!" Ucap Fia, terlalu kaget.
"Loh iya. Ehe, halo ayah, ibu."
"Bisa-bisanya gak sadar ada orang tua."
Fia mendengar Eka tertawa di seberang sana.
"Fia sih gak ngasih tau."
"Salah lagi."
"Oiyaa dek selamat yaa akhirnya lo bisa meluk si Haruto. Kanggoin bentuk buku dulu, orangnya belakangan."
"Heh kakak! Kenapa bilang kayak gituu!" Gemas Diana.
Fia tak dapat menahan tawanya. "Astagaa makasih loh. Tumben lo ngomong gitu. Pasti ada maunya yaa,"
"Udah kepala 2 masih ngambek." Ucap Sudi yang membuat ketiga insan itu tertawa.
Cukup lama mereka bertukar cerita. Eka yang sebentar lagi menyelesaikan pendidikannya, Sudi dan Diana yang kini melanjutkan kegiatannya di kampung halaman dan Fia yang mulai memasuki kehidupan dewasanya.