Sembilanbelas

890 132 7
                                    

Setiap di sekolah Zee banyak diam masih merenungi semua pergelutannya dengan Ashel. Bahkan sampai hampir satu minggu mereka belum berkomunikasi sedikitpun.

Zee sudah bilang ke Fiony dan Christy juga soal itu dan mereka ikut senang juga bangga walaupun Christy sekarang jadi gamau lepas dari Zee, kemanapun Zee pergi pasti ditanyain. Pintarnya Zee masih menutupi permasalahannya dengan Ashel dari siapapun.

Pihak sekolah sampai melakukan acara pelepasan program exchange Zee saat upacara hari senin dimana semua murid menontonnya termasuk Ashel. Waktunya tinggal dua minggu lagi tapi Zee bingung harus bagaimana lagi berbicara ke Ashel.

Selama di sekolah, Zee hanya bisa memantau Ashel dari kejauhan. Dia belum berani untuk berbicara lagi dengan Ashel. Beberapa hari ini membuat pikiran Zee kacau, dia sempat lupa mengerjakan tugas dari guru yang super killer akibatnya dia disuruh membersihkan toilet kalo sudah selesai pokoknya diem di luar gaboleh ke kantin. Yasudah Zee mau tidur dan ngadem di perpustakaan aja sampai bel berbunyi.

Saat melewati lorong menuju perpustakaan, di depan UKS Zee sempat berpapasan dengan teman Ashel dan disana mereka keluar masuk bergantian. Salah satu dari mereka kenal Zee dan menyapanya.

"Ka Zee!! Mau liat Ashel ya?" Katanya. Zee mengerutkan keningnya kencang.

"Ashel di dalem? Dia sakit?" Zee bertanya dengan santai dan berusaha ngga semakin acak-acakan pikirannya.

"Itu tadi mapel olahraga main games terus Ashel jatoh gesekan sama lapangan jadi beberapa luka sama lecet. Lagi nungguin obat merah sih barusan ketua kelas lagi cari. Masuk aja Kak Zee..."

Zee menengok ke dalam ada rasa ragu dirinya mau masuk menghampiri, tapi jika tidak dia khawatir dan ingin melihat kondisinya. Okey deh akhirnya dia memutuskan untuk mencoba masuk dan melihat.

"Okey kalo gitu thanks infonya ya."

"Iya Kak Zee kalo gitu aku langsung mau ke lapangan lagi lanjut olahraga, ada Chelsea kok di dalem nemenin dia." Zee mengangguk tersenyum. Lalu dia perlahan membuka pintunya. Saat membuka pintu teman Ashel malah ngomel.

"Ish lama amat lo cari obat merah doang, Mal." Waktu yang nongol wajah Zee dia langsung kikuk. "E-eh kirain Akmal, Kak Zee maaf maaf."

"Gapapa santai," Dia memberikan anggukan kecil dan senyumannya. Saat tau Zee masuk, Ashel menatap sebentar lalu masih diam.

Baru saja Zee mau membuka suara untuk bertanya, eh ketua kelasnya datang membawa obat merah. Chelsea langsung gerak cepat membuka dan hendak mengobati luka-luka di kaki, tangan, serta dagu Ashel.

"Sssshhhh AAAAA. Perih Chelsea lo pelan-pelan dongggg!!" Ashel kesakitan karena lukanya sedang di bersihkan menggunakan alkohol.

"Itu udah pelan, Shel. Tahan bentar elah lo mah." Chelsea malah balik ngomelin Ashel.

Lalu yang di lakukan Zee adalah menunduk bantu mengipasi dan meniup saat obat merah ditempelkan ke luka Ashel supaya rasa perihnya tidak terlalu terasa. Ashel cuman diam. Bagian tangan sama kakinya sudah diobati tinggal dagunya.

"Di dagu robek dikit dia, perlu di perban." Kata Zee saat dia melihat area lukanya. Chelsea melakukan hal yang sama lagi membersihkan luka, memberi obat merah lalu kali ini lukanya di perban.

Di dagu lebih sakit dan perih, Ashel terus menghindar karena sakit banget. Tapi Chelsea juga sudah pelan-pelan. Tangan Ashel refleks mencengkram tangan di dekat tangannya, yaitu tangan Zee. Bagi Zee itu ga masalah.

Selesai diobati Chelsea membersihkan kapas bekasnya. Terus dia mau balik ke lapangan, Ashel mau ikut cuman ngga usah katanya.

"Udah disini aja sakit itu dibawa jalan kaki lo. Ditungguin Kak Zee iya kan?" Dia gatau aja dua bestie ini sedang cosplay menjadi patung.

Sweetest Human Being [ZEE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang