Membiasakan Diri

799 134 16
                                    

Tiba di LA, Zee dijemput oleh Matthew. Tanpa banyak berbicara langsung melanjutkan perjalanan ke kampus karena sisa satu jam lagi sebelum kelas dimulai. Matthew bisa membaca dari raut wajah Zee yang tidak seperti awal dia bertemu, kali ini murung, diam, berusaha menutupi tapi tetap dapat diketahui.

"Zee, sarapan dulu tadi sebelum jemput aku sengaja buatkan sandwich." Tangan kiri Matthew memberikan kotak makan ke pangkuan Zee. Dilirik oleh Zee lalu ia buka.

"Thanks, Matt." Jujur dia laper jadi dia makan dan habiskan. Walaupun mood dan pikirannya sedang kacau dia tetap harus menjaga dirinya sendiri apalagi sedang jauh dari keluarga.

"Hari ini aku tidak ada kelas, nanti sore biar kopernya aku antar ke apart." Zee mengangguk saja karena mulutnya penuh dengan makanan.

Matthew mengantar Zee sampai pintu masuk fakultas. Memastikan Zee sampai tidak terlihat jangkauannya barulah dia kembali menuju apartemennya.

****

Setelah kembalinya Zee dari Indonesia 5 bulan yang lalu, ia menjadi pribadi yang banyak diam daripada biasanya. Menjawab seperlunya saat ada orang yang mengajaknya mengobrol atau bertanya. Ia pun sampai merubah penampilannya dengan memotong rambutnya menjadi pendek padahal dia tidak diperbolehkan potong sambut sampai pendek oleh bapaknya.

Libur semester ini di musim panas, Zee tidak akan pulang ke Indonesia. Dia sudah bilang ke orang tuanya. Banyak kegiatan yang Zee ambil selama liburan musim panas. Mulai dari kegiatan beasiswanya, ikut bekerja paruh waktu, menghadiri acara seminar-seminar yang terbuka untuk umum, dan lainnya. Ia justru menawarkan keluarganya yang menghampirinya ke LA sekaligus liburan, namun belum tahu keputusannya bagaimana.

Tepat libur musim panas di LA berbarengan dengan hari kelulusan sekaligus wisuda Ashel di SMA nya. Zee tahu berita tersebut dari story Chelsea, teman satu geng Ashel.

Zee diam melamun setelah melihat isi story Chelsea ada beberapa wajah Ashel yang ikut bergabung dalam frame. Tangannya mengepal kencang karena memorinya sedang berjalan saat itu juga.

"Shitttt. Bodoh. Bego. Tolol!" Zee bergumam sangat kecil dengan menghakimi dirinya sendiri. Rahangnya mengeras, gigi atas dan bawahnya saling bergeretak satu sama lain.

Cukup lama melamun sampai dirinya tersadar langit mulai gelap diatasnya. Zee meninggalkan cafe tersebut berjalan sambil menggunakan headphone di telinganya.

Semenjak pulang dari Indonesia saat ulang tahun Ashel, Zee kembali dengan keputusasaannya dan rasa kebencian terhadap dirinya sendiri. Lebih banyak diam dan menjauhkan dirinya dari orang-orang sekitarnya. Selalu menyalahkan dirinya sendiri. Bahkan Matthew rekan lamanua itu juga kena imbasnya dicuekkan dan minim interaksi sebab Zee selalu ingin sendirian.

***

Flashback on.
Saat selesai acara birthday party, Ayu menghampiri Ashel yang baru saja selesai menemani teman-temannya yang hendak pulang. Kakaknya kesal sejak tadi pada Ashel karena ketika diajak mengobrol selalu mengalihkan atau pergi begitu saja.

"Ashel... Let's go to home. Mami udah pulang barusan. Sama apacuy, jastin." Ayu duluan berjalan menuju mobilnya, dan Ashel menyusul dibelakang Sang Kakak.

Setelah masuk ke mobil memastikan tidak ada barang yang tertinggal, Ayu mulai menyetir dan keluar dari parkiran. Sedaritadi Ayu sedang meredam rasa kesalnya supaya apa yang akan dia bicarakan sampai dan bisa dipahami Ashel.

Sweetest Human Being [ZEE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang