Membunuh

61 39 12
                                    

   "Hmm,,,boleh gak Sa, kalau aku nebeng sama kamu?." Ucap Serena yang kini sudah berada di samping Aksa dengan sengiran kudanya. Aksa menatap gadis itu sekilas.

"Pulang sendiri aja, jangan manja!." Balas Aksa santai namun dapat mengelola hati Serena. Gadis itu menunduk lesu mendengar penolakan Aksa.

"Yah,,jahat banget sih." Gumamnya pelan. Aksa pun menaiki motornya dan bersiap menjalankan motor sportnya itu. Namun, lagi-lagi Serena menghentikannya.

"Please dong Sa, gue nebeng ya." Mohon Serena Dengan kedua tangan yang disatukan. "Gue takut Sa, entar kalo Dion balik lagi ganggu gue gimana?."

"Bukan urusan gue!." Aksa menghidupkan motornya.

"Loh kok gitu, tadi kamu bilang kalo dia gangguin aku itu jadi urusanmu. Kok sekarang kamu bilang bukan urusanmu?." Serena memanyunkan bibirnya kesal.

"Berisik banget sih lo." Ketus Aksa menatap Serena datar.
Gadis itu semakin mengerucutkan bibirnya.

"Ih Aksa kok gitu banget sih,,,tadi aja suka nolongin gue sekarang ketus banget." Gerutu Serena kesal.

"Gue baik bukan berarti gue suka sama Lo!." Aksa kemudian menghidupkan motornya dan melakukan motornya meninggalkan Serena sendiri. Gadis itu merasa kesal dengan perubahan sikap Aksa.

"Ih aneh banget coba Aksa." Kesalnya.


🔪

   Aksa menghentika laju motornya tepat dihalam rumahnya. Cowok itu pun langsung memasuki rumah mewah berlantai dua.

"Aksa..." Panggil seorang pria paruh baya ketika Aksa batu saja memasuki rumah mewah itu. Aksa menoleh menatap pria yang kini tengah duduk di sofa panjang tengah menatapnya.

"Sini duduk, om mau bicara sama kamu." Pinta Aldian yang merupakan om Aksa. Aksa memang hanya tinggal bersama Aldian dan juga bibi nya yang mengasuhnya dari kecil dirumah itu. Kedua orang tua Aksa meninggal akibat suatu tragedi yang sangat menyayat hatinya. Bukan cuma kedua orang tua nya, nyawa kakaknya pun juga ikut terenggut.
Aksa benci kejadian itu!!.

Aksa berjalan mendekat dan duduk di foya samping Aldian duduk.

"Aksa, kamu masih dendam sama pelaku pembunuhan kedua orang tuamu?." Tanya Aldian. Yah, kedua orang tua Aksa meninggal akibat dibunuh oleh musuh bisnisnya.

"Iya, saya akan mencari tau siapa yang udah membantai keluarga saya, saya akan membalaskan dendam saya pada mereka!." Ucap Aksa santai namun penuh penekanan.

"Sebaiknya kamu hentikan saja dendammu itu Aksa!." Balas Aldian.
"Iklaskan kepergian orang tuamu!, Kasian mereka!."

"Saya sudah mengikhlaskan kepergian mereka, tapi saya tidak akan pernah mengiklankan orang yang membuat keluarga saya hancur bisa hidup tenang!."

Aldian menghela napas pelan.
"Apa yang akan kamu lakukan jika kamu menemukan orang yang membantai keluargamu?."

"Saya akan membuat orang itu seperti apa yang telah mereka lakukan pada keluarga saya!." Tekan Aksa.

"Jika orang itu adalah orang terdekatmu?."

"Saya tidak peduli!." Ucap Aksa tajam melirik Aldian yang duduk disampingnya dengan tatapan tajamnya.

"Terserah kamu saja."

🔪


    Aksarel kini menatap seorang laki-laki brewok di depannya. Tangannya sudah menggenggam sebuah pisau yang sangat tajam dan berkilau. Kakinya perlahan melangkah mendekat pada pria itu, pria itu ketakutan melihat aura yang di ciptakan oleh Aksa.

AksarelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang