Part 18

4.5K 133 0
                                    

🍀🍀🍀

"Udah, jangan nangis!" sambung Daniel, yang kemudian direspon anggukan kepala dari Kania.

Daniel sejenak menatap leher Kania. Entah kenapa Daniel tiba-tiba jadi gugup saat melihat beberapa tanda kepemilikannya terpampang begitu jelas di leher Kania.

"Ekhem!" deham Daniel seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Kenapa, Kak?" tanya Kania.

Daniel mulai membuka jasnya, lalu dengan cepat Daniel memasangkan jas tersebut ke pundak Kania.

"Pakai ini dengan benar! Aku tidak ingin tanda kepemilikan yang ku buat dilihat oleh orang lain," titah Daniel dengan wajah datar.

Kania sekilas menunduk memandangi leher serta bela*han da*danya yang terdapat memar berwarna merah.

"Kenapa ini pada merah-merah ya Kak?" tanya Kania lalu beralih menatap Daniel dengan wajah polosnya.

"Euhh itu karena aku gigit, makannya jadi merah. Kenapa? Sakit?" tanya Daniel memastikan.

"Sedikit sih, Kak. Tapi gak papa, nanti juga bakal hilang sendiri," jawab Kania.

"Yasudah, kalau sakit bilang aja, Nanti aku obati," ucap Daniel. Dan Kania hanya merespon dengan anggukan.

"Oya satu lagi, jangan terlalu sering pakai pakaian terbuka!" peringat Daniel sebelum beranjak dari tempat duduknya.

"Memangnya kenapa, Kak?" tanya Kania sambil mengerjapkan matanya.

Daniel sejenak menghela napas, ia lalu menarik dagu Kania hingga wajah mereka saling berdekatan.

"Aku ini pria normal, Kania. Aku selalu takut setiap kali melihat kamu memakai pakaian terbuka," ucap Daniel dengan suara paraunya.

"Takut? Emangnya Kakak takut apa?" tanya Kania.

"Takut khilaf!"

*
*
*

Di tengah perjalanan.

"Oya, kenapa tadi kau bisa bersama Jack?" tanya Daniel sekilas menoleh pada Kania yang tengah sibuk menikmati hilir angin sejuk dari luar jendela mobil.

Mendapati pertanyaan itu, Kania beralih memandang ke arah Daniel.

"Oh jadi gini ceritanya Kak, tadi pagi tuh Mommy Milla nyuruh Kania buat menikah."

"Menikah? Dengan Jack?" tanya Daniel terkejut saat mendengar kata menikah.

Kania menjawab dengan anggukan.

"Terus kamu terima?"

"Iya, karena kata Mommy tiri Kania, dengan menikah, Kania akan punya teman bermain."

Citt!

Daniel langsung mengerem mobilnya. Setelah itu ia menatap Kania yang berada di sampingnya dengan tatapan tak percaya.

"Kamu bilang apa tadi? Teman bermain? Kania, menikah itu bukan permainan, tapi pengikatan janji suci antara pria dan wanita. Sama seperti kayak hubungan Papa sama Mama kamu. Mereka bisa bersama dan punya kamu itu karena mereka sudah menikah," jelas Daniel.

"Ohh gitu ya Kak," gumam Kania sambil manggut-manggut mengerti.

"Lah berarti Mommy Milla udah bohong dong sama Kania," ucap Kania baru menyadari dirinya telah dibohongi.

Daniel sekilas menepuk dahinya. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa gadis di sampingnya ini sangatlah polos.

"Usia kamu sekarang berapa?" tanya Daniel.

"Usia ..." Kania tampak mulai berpikir.

"Jangan bilang kamu ga tau usia kamu sendiri," ujar Daniel menebak.

"Ya engga lah Kak. Masa Kania lupa. Usia Kania tuh 5 tahun," sahut Kania dengan entengnya.

"Hah?" Daniel ternganga.

Melihat Daniel yang begitu terkejut, Kania langsung terkekeh. "Xixixi ... bercanda Kak. Sebenarnya usia Kania itu 21 tahun."

Apa katanya tadi? 21 tahun? Usia yang matang menurut Daniel. Tapi kenapa usianya yang matang itu ga sejalan dengan otaknya?

"Kania, aku mau tanya. Kamu mau berubah tidak?" tanya Daniel dengan nada serius.

"Berubah jadi apa Kak? Jadi power rangers?"

Daniel menghela napas kasar. 'Lama-lama cium juga nih anak,' monolog Daniel kesal.

"Bukan, Kania! Maksud aku itu kamu mau berubah tidak jadi wanita yang cerdas yang ga gampang diperdaya sama orang lain?" tanya Daniel.

"Mau.. Mau banget, Kak," jawab Kania antusias.

"Kebetulan nih ya Kak, belakangan ini otak Kania agak koslet. Makannya Kania mau berubah jadi wanita cerdas," ucap Kania di akhiri dengan menunjukan gummy smile-nya.

Melihat hal itu, Daniel langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "Jangan senyum seperti itu, Kania!" peringat Daniel.

"Memangnya kenapa, Kak?" tanya Kania.

"Takut khilaf," jawab Daniel dengan wajah yang dibuat sedatar mungkin.

"Ohh takut khilaf. Sebenarnya sih Kakak ga perlu takut, soalnya nih ya kalau Kakak khilaf beneran juga Kania gak masalah," ujar Kania dengan gampangnya seolah memberi akses tersendiri untuk Daniel.

"Kania, apa kamu sadar apa yang kamu ucapkan tadi?" tanya Daniel kembali beralih menatap Kania.

"Memangnya salah ya Kak?" tanya Kania.

Daniel tersenyum menyeringai. Setelah itu, Daniel mendekatkan wajahnya pada telinga Kania.

"Salah besar, Kania! Kau sudah bersalah karena telah membangunkan singa yang sedang tidur!" bisik Daniel di akhiri dengan mengecup singkat telinga Kania.

"Untuk itu, kau harus bertanggungjawab!"

Deg!

Bersambung

Jangan lupa dukungannya ya. ❤🍀

Gadis Polos Milik Monster TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang