Luka

457 67 3
                                    

Putri Aura pov

Perasaanku resah bergelut dengan kenyataan yang pahit, membuatku dilema untuk sekedar menyampaikannya. Aku terperangkap dengan situasi asing yang menyesatkanku ke jalan buntu hingga aku hanya bisa pasrah dan diam termenung. Dengan bodohnya aku memberi ruang di hati untuk seseorang yang telah membuatku jatuh hati, sementara nantinya aku akan bersama dengan yang lain, yang tidak ku mau. Ma'afkan aku Rain membuatmu masuk pada kisahku yang rumit, untuk sekedar mangatakan aku mencintaimu saja tidak ada keberanian, apalagi mengatakan sesuatu yang akan membuatmu sakit hati. Aku tahu kau merasakan perasaan yang sama karena kepekaanku dapat ku rasakan lewat ciuman kita. Cinta terlarang ini tumbuh karenamu, mengisi setiap kekosongan serta kehampaan ku hingga membuat hariku berubah berwarna. Kau mungkin akan menyebutku gadis bodoh yang hanya mempermainkan perasaan, tapi jujur dari lubuk hatiku aku sangat ingin bersamamu. Untuk kebaikan kita, aku memutuskan tidak akan mengungkapkan isi hatiku dan menjadi orang munafik karena ketidak berdayaanku ini.

Tok tok

"Boleh aku masuk?"

"Ya masuklah" Jawabku dari dalam

Lamunanku tersadar karena suara dari orang yang ku tunggu beberapa jam lamanya. Ku pikir Jane akan kemari mengabariku, tapi tak disangka Rain sendiri yang menghampiriku. Setelah Rain masuk, dengan cepat aku mengunci kamarku karena dirasa perlu melakukannya agar orang lain tidak mendengar obrolanku dan Rain nantinya.

"Ehm.. Boleh aku membicarakan sesuatu putri Aura?"

"Tidak seperti biasanya Rain kau memanggilku seperti itu terdengar aneh"

"Ah benarkah? Kau pun begitu tidak seperti biasanya menutupi sesuatu" Tanya Rain tak kalah menanggapiku

"Jangan berpikir negatif, mungkin dibalik itu aku punya alasan Rain"

"Kenapa kau tidak bilang akan bertunangan dengan pangeran Aoval? Kenapa kau menciumku? Apa yang kau mau dariku?" Tanya Rain lagi bertubi-tubi

"Kita hanya teman Rain, aku sudah mengatakannya padamu"

"Apakah teman harus berciuman? Jangan membuatku bingung, katakan padaku!" Bentak Rain sontak membuatku terkejut

"Aku tidak tahu Rain.." Lirihku dengan isakan

Untuk pertama kalinya Rain membentakku membuat seluruh tubuhku bergetar ketakutan. Aku tersentak, karena ucapannya penuh amarah serta sorot matanya tajam menusukku. Disetiap perkataannya dapat kurasakan kekecewaan yang mendalam, aku tidak tega melihatnya. Tak terasa air mataku sudah mengalir dengan lancangnya lalu aku bergegas menyekanya dengan kedua tanganku. Saat Rain akan mendekatiku, dengan isyarat tangan aku menghentikan pergerakannya tapi tetap saja Rain menerobosku untuk memelukku.

"Ma'af membentakmu, aku hilang kendali seperti tidak mengenal diriku karena situasi yang membingungkan ini" Ucap Rain di sela-sela pelukan

"Tidak Rain, aku yang seharusnya minta ma'af"

"Kapan pertunangannya?"

"Besok" Jawabku

"Mm baiklah, mulai sekarang aku akan menjaga jarak denganmu. Berbahagialah besok di hari pertunanganmu, ini pintaku" Ucap Rain lalu melepaskan pelukannya

"Rain.. Bagaimana perasaanmu padaku?"

"Jujur aku sudah menyukaimu, ma'af orang sepertiku lancang mengatakan ini, kau pasti jijik denganku, dan kau boleh memakiku sekarang"

"Kau terlalu berpikiran jauh, aku tidak seburuk yang kau pikirkan Rain. Bisakah kau hadir besok di hari pertunanganku?"

"Kau hanya penasaran rasanya berciuman kan? Aku salah mengertimu Aura, sekarang aku harus menampar pipiku supaya tersadar dari kegilaanku. Akan kuusahakan hadir, terima kasih untuk waktumu selama ini"

"Kata-katamu menyakitkan Rain.. Kau sudah mengakui menyukaiku, dan aku yakin sekarang pasti kau membenciku"

"Kau pun menyakiti perasaanku, anggap saja kita impas. Untuk sekarang aku masih menyukaimu atau membencimu kau tidak perlu tahu lagi Aura"

"Apa kita masih berteman?" Tanyaku

"Entahlah Aura, teman seperti apa yang kau maksud aku tidak mengerti"

Rain beralih merogoh sakunya mengambil sesuatu di kantongnya. Tangannya kini menggenggam dua buah, yaitu apel dan buah yang satunya tidak ku mengerti terlihat asing. Rain lalu memberikan dua buah tersebut padaku. Aku tidak habis pikir dia masih memikirkanku setelah apa yang kuperbuat, perlakuannya menjadi tamparan keras untukku dengan perasaan bersalah lebih mendalam.

"Dengar Aura, makanlah apel ini. Meskipun aku tidak berarti apapun untukmu, tapi aku tidak bisa membiarkanmu kelaparan"

"Dan yang ini?" Tanyaku pada buah satunya yang terlihat asing

"Itu adalah buah penakluk, kau bisa memakannya jika terdesak. Buah itu bisa menaklukkan musuhmu serta menaklukkan hati seseorang. Kau hanya bisa memakai buah itu untuk satu tujuan, jadi bijaklah menggunakannya" Jelas Rain membuatku terkejut

"Kenapa kau memberikan ini untukku?"

"Untuk hadiah pertunanganmu"

Lagi dan lagi perkataan Rain membuatku sedih. Rasanya berat berbohong menutupi perasaanku yang sebenarnya, ingin rasanya aku mengatakan jika aku menyukainya juga bahkan mencintainya. Namun jeritan suara hatiku saja tidak cukup, karena kondisi menyudutkanku untuk menjadi seorang pecundang. Rain begitu tulus memberikan semunya yang dia bisa untukku, tapi aku tidak bisa membalas yang setimpal.

"Bisakah kita melakukannya lagi?" Pintaku bertanya

"Apa?"

"Untuk yang terakhir aku ingin menyecap bibirmu lagi" Jawabku egois

"Tidak, aku akan melupakan perasaanku segera mungkin, jadi jangan membuatku sulit untuk melupakanmu"

"Tapi Rain.. Untuk kali ini saja..Aku mohon.. " Pintaku dengan teramat sangat

"Jangan mambuatku muak Aura.. Aku pergi sekarang"

"Tunggu Rain" Cegahku menahan tangannya dengan erat ku genggam

"Apalagi? Jangan mempermainkanku Aura"

"Kau mau kemana?" Tanyaku

"Kau tidak perlu tahu aku mau kemana, lagi pula tugasku mengawalmu hari ini sudah selesai"

"Kau sangat membenciku?" Tanyaku lagi

"Jika iya kau mau apa?" Tantang Rain padaku

"Aku ingin memperbaikinya Rain. Aku tahu kesalahanku cukup fatal tapi izinkan aku menata serpihan kepercayaanmu padaku lagi"

"Terserah padamu akan melakukan apa, yang jelas aku yang sekarang tidak akan seperti dulu. Camkan itu baik-baik Aura"

"Apa yang harus ku lakukan agar kau bisa mema'afkanku Rain?"

"Saat ini aku sedang kacau, aku tidak bisa berpikir jernih tolong lepaskan aku, aku butuh waktu sendiri untuk menyerna semuanya"

"Tapi Rain.."

"Diam! Kemarilah akan ku tunjukkan betapa menyakitkannya ini"

Rain menarikku mendekat, meraih pingganggangku hingga membuatku tersentak karena gerakan cepatnya. Rain mengambil pedangnya, lalu memaksaku mengambilnya. Dengan pasrah aku mengikuti tangannya yang menuntun tanganku. Dengan sekali sayatan, aku sudah melukai tangan Rain yang satunya. Tubuhku bergetar melihat darah merah segar yang mengalir dari lengan tangan Rain.

"Lihat luka ini Aura, ini tidak sebanding dengan yang kau lakukan padaku. Disini terasa sakit" Ucap Rain menyentuh tepat dibagian jantungnya

"Ma' ma'af kan ak ku.." Gumamku terbata-bata

"Bahkan sayatan ini tidak terasa sakit. Luka ini akan menjadi pengingatnya"

Tubuhku luruh menyentuh lantai setelah kepergian Rain. Kakiku terasa mati rasa karena sudah tak kuat menopang badanku sendiri. Aku terlalu lemah, membiarkannya pergi dengan luka fisik dan hatinya. Aku tidak tahu jika akan menyakitinya sedalam ini.

"Rain, aku mencintaimu" Ucapku bersamaan dengan air mata yang mengalir







Half Fairy Gxg ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang