Janggal

402 63 2
                                    

Author pov

Malam kelabu hadir, menyelimuti dinginnya angin malam seperti gambaran hati Aura yang terasa kelam. Aura sedaritadi melamun di depan kaca jendela kamarnya sembari memendangi bulan yang cahaya meredup tak seperti biasanya. Masih dengan memikirkan orang yang sama yaitu Rain, angannya berkelana entah kemana. Hari demi hari perasaan Aura semakin bertambah pada sosok perempuan bermata teduh yang menerobos masuk dan memaksa membuka pintu hatinya hingga mempunyai tempat tersendiri.

"Sabarlah Rain, tunggu hingga aku bisa meraihmu tanpa takut apapun" Monolog Aura

Tok tok

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, membuat Aura tersadar dari lamunannya lalu segera membuka pintu. Melihat wajah sosok yang dibencinya, Aura sontak memperlihatkan wajah masamnya. Tak ingin sosok tersebut memasuki kamarnya yang berantakan karena luapan emosinya, Aura menutup pintu lalu keluar dari kamarnya bertatap muka dengan sosok tersebut.

"Aura apakah kau sebenci itu dengan ayahmu?" Tanya Devandra

"Kenapa mempertanyakan hal yang jelas sudah tahu jawabannya?" Tanya Aura kembali pada ayahnya

"Dengar putri kecilku, ayah sangat menyayangimu dan ingin hal terbaik untukmu. Ini semua untuk kebaikanmu"

"Putri kecilmu bukan hanya aku, jadi lakukan saja pada Jane dan jangan padaku" Timpal Aura

"Aura tapi kaulah penerus yang sah kerajaan ini dan nantinya akan menggantikan ayahmu ini meski kau perempuan. Besok ayah akan pergi menghadiri kunjungan ke kerjaan-kerajan lain untuk mengumumkan kau adalah pewaris tahtaku"

"Apa kau tidak merasa kata-katamu akan menyakiti Jane? Jika akan seperti ini harusnya ayah tahu jangan menghadirkan Jane dengan menghamili anak selir. Jane pun juga darah dagingmu, harusnya setarakanlah dia. Sadarlah, ayah menyakiti banyak hati terutama ibuku"

"Tap.."

"Kau sangat egois" Potong Aura dan berlalu pergi kembali memasuki kamarnya

Tanpa disadari, percakapan dan perdebatan Devandra serta Aura ada yang menyaksikannya. Devandra terdiam beberapa saat karena tertampar dengan kata-kata Aura yang sangat menohok.

Keesokan harinya..

Dini hari sekali Aura sudah bersiap-siap meninggalkan istana karena untuk memberitahukan Robin bahwa Rain di penjara. Aura mendadak teringat Snow diluar istana sejak kemarin sore terlupakan karena penangkapan Rain Aura melupakannya. Takut Snow pergi dan hilang, Aura segera menghampiri dimana Snow berada. Beruntung Snow masih sigap ditempatnya dan setia menunggu pemiliknya Rain kembali, tapi diluar dugaan Rain harus di penjara. Aura sedikit merasa lega bisa bertemu Snow baik-baik saja.

"Snow bisakah antarkan aku pada Robin?" Tanya Aura

Merasa paham apa yang diucapkan Aura, Snow meringkik tanda mengiyakan. Dengan mengesampingkan rasa takutnya menaiki Snow sendiri, Aura memberanikan dirinya sendiri melintasi udara.

"Hhh dingin sekali Snow" Ucap Aura

Setelah perjalanan yang cukup menegangkan menaiki Snow sendiri, akhirnya Aura sampa dengan selamat di rumah Robin. Diketuknya pintu rumah Robin lalu dibukakanlah oleh Robin dengan terkejut melihat Aura datang sepagi buta ini. Robin lalu segera mempersilahkan Aura masuk agar tidak kedinginan.

"Mau ku buatkan minuman hangat untukmu putri Aura?"

"Ah tidak perlu, dinginnya sudah mulai mereda Robin" Tolak Aura halus

"Apa?! Rain di penjara?!" Teriak Robin

"Bagaimana kau tahu Robin?" Bingung Aura

"Mm ma'af aku tidak sengaja membaca isi pikiranmu, seperti inilah kekuatanku. sungguh berita ini membuatku terguncang"

"Jangan-jangan kau mengetahui perasaanku pada.."

"Rain?" Potong Robin

Aura terkejut, beberapa detik diam menutup mulutnya sendiri karena diluar dugaan Robin sudah mengetahuinya. Saat Aura mengunjungi Rain kemarin memang Robin mengurungkan niatnya untuk membaca pikiran Aura. Namun anehnya kekuatannya tidak bisa ditahan, sulit untuk menolaknya. Karena terdengar lancang, Robin merasa tak enak hati sudah merahasiakannya pada Rain bahwa putri Aura juga punya perasaan yang sama.

"Apa kau mengatakannya jika aku juga menyukai Rain?" Tanya Aura

"Tenanglah putri Aura, aku tidak mengatakannya karena aku tahu pasti kau punya alasan melakukan itu"

"Hufft.. Aku takut masalah Rain akan bertambah jika orang istana tahu apa yang terjadi antara aku dan Rain"

"Tak apa, Rain pasti akan mengerti nantinya" Saut Robin

"Bagaimana jika perasaan Rain hilang padaku?" Tanya Aura takut

"Kau harus membuatnya jatuh cinta lagi" Jawab Robin

"Mm baiklah, Robin aku hanya ingin mengatakan hal penting padamu bahwa terjadi keanehan di istana. Jane sodaraku mengaku di lecehkan Rain tapi kau tahu kan sepupumu tidak akan melakukan hal sejahat itu?" Ucap Aura dan bertanya

"Iya putri Aura, aku sangat tahu Rain dia tidak akan melakukan itu"

"Karena tuduhannya itu dan saksi yang melihatnya menyudutkan Rain membuat ayahku marah hingga akhirnya memasukan Rain ke penjara" Tambah Aura

"Aku sangat khawatir dengan Rain.." Sedih Robin

"Robin.. Aku pun sama denganmu, jadi sebisa mungkin akan membantu Rain untuk kebebasannya. Aku sakit melihatnya menderita.."

Setelah menyampaikan berita buruk pada Robin, Aura lalu meninggalkan Robin dengan perasaan bersalah serta penyesalannya karena ketidak berdayaannya untuk sekedar menjaga Rain.

Kini Aura kembali memijakkan kakinya di istana. Ruangan demi ruangan terlewati, hingga akhirnya berhenti di ruangan audiensi membuat Aura kebingungan karena suasana di dalamnya menjadi ramai. Ruang audiensi yaitu tempat berkumpulnya raja dengan para menteri serta yang lainnya.

"Ada apa ini ayah?" Tanya Aura pada Devandra

"Mm ini.." Gugup Devandra

"Raja Devandra sudah menandatangani surat penyerahan tahta" Jawab salah satu menteri

"Benarkah?" Tanya Aura lagi karena ragu

Aura lalu menghampiri Devandra bermaksud melihat surat penyerahan tahta tersebut, tapi dihalau oleh ucapan Devandra untuk menjauh. Merasa ada yang aneh dengan ayahnya, Aura tetap menerobos dan melihat paksa surat tersebut. Aura tercengang melihat isi surat di dalamnya karena bukan namanya yang ditulis, melainkan nama Aoval sebagai pewaris tahta. Sekejap Aura menjadi emosi karena perlakuan ayahnya yang terkesan plin-plan bahkan mengingkari ucapannya semalam.

"Bukankah seharusnya hari ini ayah menghadiri kunjungan ke kerajaan lain? Lalu kenapa kau mewariskan tahtamu pada Aoval?" Tanya Aura lagi bertubi-tubi

"Ayah berubah pikiran" Jawab Devandra

"Kau ayahku atau bukan? Aku seperti tidak mengenalimu sama sekali, bahkan ayahku yang ku kenal bukanlah orang yang plin-plan. Ayahku adalah orang yang teguh dengan pendiriannya meskipun egois" Ucap Aura menelisik

"Putri Aura dimohon untuk tenang dan terimalah keputusan raja Devandra karena tidak boleh ada yang membangkang" Ucap menteri

"Tapi kenapa harus Aoval?! Aku tidak akan mempermasalahkan hal ini dan lebih setuju jika pewaris tahtanya adalah Jane!"

Tangisan Aura luruh seketika, melihat ayahnya lebih memilih orang lain yang bahkan bukan garis keturunannya. Aura merasa ada yang mempengaruhi pikiran ayahnya sehingga membuatnya berubah pikiran.

"Apa yang terjadi? Siapa yang berani membuat putri kecilku menangis?!" Ucap seseorang yang baru saja datang

Aura semakin tercengang, melihat ayahnya menjadi dua.


Menuju ending..






Half Fairy Gxg ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang