Penerus tahta

493 56 0
                                    

Author pov

Melihat Viona tak ditanggapi oleh Rain, Leo mencoba menjelaskan semua kesalahannya karena dari awal dia adalah otak permasalahan hingga Rain yang harus menanggung penderitaan bertahun-tahun lamanya. Karena keegoisan Leo, Viona harus meninggalkan bayinya yang masih membutuhkan haknya sebagaimana mestinya. Tanpa kasih sayang orang tua, Rain justru hidup sendiri tanpa tahu arah mau kemana, serta menyimpan banyak pertanyaan kenapa harus dia yang merasakan kesakitan, kehampaan dan kesendirian yang memilukan.

"Ma'afkan ayah Rain" Ucap Leo setelah menjelaskan semuanya pada Rain

"Ayah macam apa kau ini?! Kau pikir cukup hanya dengan meminta ma'af?!"

"Aku menyesal dibutakan oleh cinta saat itu hingga menuruti semua perkataan Leo aku pun sama bersalahnya Rain" Tambah Viona

"Cukup, ku mohon. Aku tidak ingin mendengar apapun lagi. Aku lelah, kesabaranku diambang batas" Ucap Rain

Karena semua tawanan telah bebas, kini perdebatan antara Rain dan orang tuanya banyak yang menontonnya. semua orang yang melihatnya menaruh iba pada Rain, ikut merasakan kesedihan Rain selama ini. Aura dan Jane menangis setelah tahu kebenaran Rain, bahkan kaget mengetahui ayah orang yang dicintainya adalah manusia.

"Rain" Panggil Aura dan Jane bersamaan

Aura dan Jane kemudian beranjak menghampiri Rain ingin menenangkan, tapi dihentikan dengan cepat oleh kode isyarat tangan Rain untuk tidak mendekat. Sementara itu Leo dan Viona hanya bisa menyesal dengan penolakan anaknya meski sudah menjelaskan semuanya. Hati Rain sudah remuk berkeping-keping sekarang mengetahui fakta bahwa dirinya lahir hanya sebagai bukti kepura-puraan ayahnya. Rain merasa dirinya sebagai anak yang tidak diinginkan, yang mana menjadi korban keegoisan dari orang tuanya.

"Apakah aku harus mema'afkan kesalahan kalian yang fatal ini?" Tanya Rain miris

"Ayah akan menebus semuanya" Jawab Leo

"Omong kosong!" Ucap Rain berlalu pergi meninggalkan semuanya

Dengan cepat Robin mengikuti Rain yang sedang kalut. Tak ingin terjadi sesuatu pada Rain, terpaksa kali ini Robin harus egois untuk sekedar menemani Rain meski nanti Rain menolaknya. Setelah berusaha menyamakan langkah Rain, dengan cepat Robin menggenggam tangan Rain yang sudah bergetar menahan marah.

"Bisa tinggalkan aku sendiri?"

"Tentu saja tidak, kau bisa mengacuhkanku asal bawa aku di sisimu" Jawab Robin memaksa

"Terserah kau saja"

Mau tak mau Rain membiarkan Robin bersamanya. Tak ingin membuang-buang waktu hanya berdebat dengan Robin, Rain segera meninggalkan istana menuju rumah sederhananya. Saat sudah sampai di rumahnya, Rain dengan cepat menjatuhkan badannya ke ranjang serta menutup wajahnya dengan bantal. Melihat Rain tidak melakukan hal yang macam-macam, Robin menjadi lega.

"Robin" Panggil Avram dengan kekuatan telekomunikasinya

"Iya ayah"

"Pastikan Rain tidak melukai dirinya sendiri, tugasmu sekarang adalah menemaninya" Perintah

"Tentu saja ayah, tanpa kau mengatakannya pun sudah pasti kulakukan" Jawab Robin

"Gadis baik, baiklah ayah pamit" Ucap Avram menyudahi telekomunikasinya

Sementara itu Leo dan Viona hanya bisa meratapi penyesalannya. Sayangnya waktu tidak bisa dapat diputar kembali, kini Leo dan Viona harus menerima resokinya. Tak ingin melihat adiknya sedih, Rose mencoba menguatkan Viona agar tidak menyerah untuk membangun kepercayaan Rain meskipun memakan waktu yang lama.

Brak!!

"Rain!" Teriak Robin

Tak bisa menahan amarah lagi, Rain membanting semua benda yang ada di kamarnya membuat Robin terkejut dengan suara bisingnya. Saat Robin mendekat, tangan Rain sudah berlumuran darah karena pukulan asalnya pada benda sekitar. Dengan cepat Robin memeluk Rain yang sedang kalap bermaksud menghentikan amukan Rain. Nafas Rain terdengar terengah-engah dengan jelas oleh Robin seakan mengatakan beban yang dia emban selama ini begitu berat.

"Menjauhlah dariku Robin" Ucap Rain dingin

"Tidak mau"

"Minggir" Perintah Rain lalu melepaskan pelukan Robin

"Tunggu biar ku obati tanganmu dulu.." Ucap Robin

"Tidak perlu" Jawab Rain singkat

Rain kemudian mengambil minuman alkoholnya yang dia simpan untuk saat-saat seperti ini. Dengan cepat Rain meneguk minumannya tanpa henti hingga menghabiskan banyak gelas. Robin yang sedari tadi melihat Rain hanya bisa diam, karena sudah pasti cegahan Robin saat ini tidak akan berpengaruh pada Rain. Kini Rain sudah mulai kehilangan kesadarannya dengan meracau tak jelas. Setelah Rain mabuk, Robin memanfatkan keadaan tersebut untuk mengobati dan membalut tangan Rain yang berdarah tadi. Melihat Rain kacau seperti ini membuat Robin sedih.

Di lain tempat..

Hari ini adalah hari terburuk bagi rakyat Canavero karena kehilangan pemimpinnya. Devandra kemudian disemayamkan tepat dibawah pohon dewa. Tubuh Devandra berubah menjadi debu seketika karena kekuatan pohon dewa. Debu Devandra terangkat ke atas kemudian terbang mengudara semakin menjauh ke langit. Di hari pelepasan Devandra berlangsung khidmat diiringi tangisan rakyatnya.

"Siapa pengganti raja Devandra?" Tanya menteri pada putri Aura

"Bisakah jangan menanyakan hal ini dulu? Rasanya tidak etis disaat ayahku baru saja disemayamkan"

"Tapi putri Aura.."

"Bahkan ratu Alice pun sedang depresi berat karena kehilangan ayahku" Potong Aura

"Baiklah saya permisi" Pamit menteri berlalu pergi

Sekarang Aura sedang berada dikamar ratu Alice menemani ibunya. Sedih Aura bertambah saat mengetahui ibunya sedang mengalami kondisi mental yang memprihatinkan. Bahkan saat diajak bicarapun ratu Alice tidak menanggapi lawan bicaranya. Tatapan mata ratu Alice kosong dan hanya meracau nama Devandra. Aura dapat merasakan betapa kehilangannya ibunya saat ayahnya tiada.

Tok tok

"Boleh kami masuk?"

"Iya masuklah" Jawab Aura

Tak lama Jane serta ibunya yaitu Elena datang. Rasa bencinya pada Jane kini lenyap, karena selama ini Aura hanya tidak rela menerima kenyataan bahwa ayahnya menduakan ibunya. Jane hanyalah korban keegoisan yang mana Aura pun merasakannya membuatnya harus berdamai dengan keadaan.

"Bagaimana keadaan ratu Alice sekarang?" Tanya Jane

"Seperti yang kau lihat, ibuku hanya meracau nama ayah kita" Jawab Aura sontak membuat Jane terharu

"Ayah kita?" Ulang Jane

"Iya, kita adalah sodara bukan?"

Suasana berubah haru seketika, Elena terkejut mendengar pernyataan Aura barusan. Jane dengan cepat memeluk Aura karena bahagia akhirnya Aura menerima dirinya sebagai sodaranya. Elena yang melihat keduanya manjadi akur pun ikut terharu.

"Ayo kita rawat ratu Alice bersama untuk kesembuhannya" Ajak Jane setelah melepaskan pelukannya

"Baiklah Jane"

"Ma'af memotong pembicaraan kalian, aku ingin menyampaikan sesuatu" Ucap Elena

"Ya silahkan" Jawab Aura

"Aku sangat menyesal dan sadar dengan salahku karena sudah menyakiti hati ratu Alice, ijinkan aku meminta ma'af pada ratu Alice"

"Bahkan ibuku sudah mema'afkanmu"

"Tapi.."

"Untuk sekarang kita perbaiki saja yang telah rusak" Potong Aura

"Baiklah putri Aura, sekali lagi aku minta ma'af"

"Karena kau juga anak ayahku, bagaimana jika kau melanjutkan tahtanya?" Tanya Aura

"Apa? Tapi.. Aku tidak pantas jika.."

"Kau harus" Paksa Aura


Half Fairy Gxg ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang