Hujan

442 58 0
                                    

Author pov

Robin mencegah Rain yang akan pergi menghadiri acara pertunangan Aura, bukan tanpa alasan, karena Robin menghawatirkan luka Rain yang masih basah takut tersenggol di keramaian orang. Rain hanya pasrah tidak membantah jika Robin sudah memutuskan sesuatu. Berhubung belum mengambil cuti untuk minggu ini, Rain memutuskan untuk mengambilnya.

"Kau dengar Rain? Hujan mulai turun"

"Iya Robin, suasana berubah sendu dan menenangkan"

Robin sudah membuatkan teh panas serta roti gandum untuk makan sore Rain, namun belum juga disentuhnya. Sejenak keduanya menikmati petrichor, yaitu bau alami yang tercium saat hujan turun membasahi tanah yang kering. Rain sengaja membuka jendela ruang tamunya agar bisa menikmati hujan serta aroma khas yang menenangkan.

"Kali ini aku tidak bisa bermain dengan hujan langsung karena lukaku" Celetuk Rain

"Aku tahu Rain favoritmu adalah hujan, tapi untuk kali ini jangan ya. Ma'af tidak membiarkanmu datang dipertunangan putri Aura"

"Alam sepertinya tahu hati ini tidak baik-baik saja. Tidak Robin, mungkin ini yang terbaik, kau tahu apa yang harus ku lakukan" Ucap Rain

"Momen langka menyaksikanmu patah hati yang pertama tentu dengan cinta pertamamu. Apa aku benar Rain?" Goda Robin membuat Rain berdecak kesal

Tok tok

Robin dan Rain teralihkan pada ketukan pintu, membuat keheranan siapakah orang yang datang disaat hujan seperti ini.

"Rain ini aku"

Robin tercengang saat membuka pintu, sosok wajah cantik yang muncul adalah putri Aura dengan kondisi basah kuyup dan kedinginan. Merasa tak tega, Robin bergegas mempersilahkan putri Aura masuk. Berbeda dengan Rain, wajahnya sudah berubah masam.

"Kau?" Kaget Rain

"Pelankan suaramu Rain" Perintah Robin

"Rain untuk kesekian kalinya aku minta ma'af, rasanya aku tak tenang jika belum melihat keadaanmu" Ucap Aura menjelaskan

"Berhenti untuk membahas hal itu. Sebaiknya kau ganti bajumu" Jawab Rain

"Mari ikut aku, kebetulan ada beberapa bajuku di rumah Rain" Ajak Robin pada putri Aura

Setelah menunggu beberapa menit, Aura dan Robin kembali dihadapan Rain. Meskipun dengan baju biasa yang tak seindah gaun kerajaan, Aura tetap terlihat cantik seperti biasanya. Robin lalu mempersilahkan Aura duduk, kebetulan berhadapan dengan Rain.

"Kenapa kau kesini disaat hujan deras begini? Bagaimana jika kau kenapa-kenapa tanpa ada pengawalan?" Tanya Rain bertubi-tubi

"Aku hanya ingin melihat keadaanmu Rain, itu saja"

"Setidaknya pikirkan dirimu sendiri, jangan keras kepala menerobos hujan"

"Anggap saja aku tidak ada" Celetuk Robin

Aura hanya bisa menundukkan pandangannya merasa tak kuat sorot mata teduh Rain yang berubah tajam serta perkataannya yang menyakitkan. Untuk beberapa saat ketiganya hening, ditambah Robin yang hanya bisa menyeletuk sesekali karena bingung bagaimana caranya melerai. Robin ingin sekali membaca pikiran Aura, tapi rasanya tidak sopan lalu diurungkanlah niatnya. Rain dan Aura bingung melihat Robin meninggalkan keduanya, setelah beberapa menit ternyata Robin kembali membawa teh panas untuk Aura.

"Minumlah teh ini untuk menghangatkan tubuhmu Putri Aura. Atau kau mau aku menyuruh Rain untuk memelukmu?" Goda Robin kini melihat Rain dengan senyum nakalnya

"Lucu sekali Robin" Timpal Rain

"Terima kasih tehnya, ini saja sudah cukup"

"Rain makanlah rotimu, sejak pagi sampai sekarang kau belum makan. Atau kau mau putri Aura.."

"Tidak" Potong Rain

Setelah menjahili Rain dengan godaannya, Robin justru merasa senang karena kini Rain menyentuh makananya. Kedatangan Aura ada baiknya juga, pikir Robin. Sesekali Aura juga menyecap tehnya seraya melihat Rain makan dengan terpaksa karena terlihat tidak lahap. Karena kejadian kemarin Rain berubah drastis baik ucapan ataupun raut wajahnya, membuat Aura menyesal.

"Sebaiknya aku pulang sekarang, aku tidak ingin Rain semakin muak denganku" Ijin Aura

"Tidak begitu putri Aura, Rain hanya butuh waktu untuk menjadi seperti biasa lagi. Biar Rain mengantarmu pulang"

"Tapi luka Rain.."

"Jika mengantarmu sebentar tidak masalah, benarkan Rain?" Potong Robin dan bertanya sambil menatap Rain

"Baiklah, aku juga perlu meminta ijin untuk mengambil cuti beberapa hari pada raja Devandra" Jawab Rain

Dilain tempat..

Tok tok

Ketukan pintu terdengar dari dalam kamar, membuat Jane segera beranjak membukakan pintu. Mata Jane sontak membelalak karena kaget Rain langsung membungkam bibir Jane dengan ciuman tiba-tiba yang menuntut. Dihujani ciuman yang bertubi-tubi nan panas, tak terasa bibir sensual Jane meloloskan lenguhan di sela-sela ciumannya. Yang semula kaget serta kebingungan untuk mencerna apa yang terjadi, sekarang berubah menghayati. Rain memojokkan Jane hingga keduanya jatuh perlahan di ranjang dengan cumbuannya yang berganti pada leher, telinga dan bahu Jane.

"Ah Rainnhhh" Desah Panjang Jane

"Shuut.. Jangan berisik atau orang lain akan mendengarnya" Jawab Rain

"Ma'af" Ucap Jane lemah

"Boleh ku buka?" Tanya Rain memegang kancing baju Jane kemudian Jane mengangguk

Tak ingin membuang waktu, Rain kembali melanjutkan aksinya mencium dada Jane serta mengulum bagian yang sudah mengeras dan tegang membuat kembali desahan kecil lolos dari bibir sensual Jane. Keduanya terbakar kenikmatan tanpa memikirkan resiko dengan hasrat yang menggebu-gebu. Lagi dan lagi keduanya berciuman dengan lekat, bertukar saliva, menyecap bibir atas dan bawah secara bergantian terus menerus.

Kini Rain menutupi tubuhnya yang menindih Jane dengan selimut. Jane hanya diam memandangi Rain yang tangannya terasa berkutat dibawah menyingkap rok Jane. Sedari tadi Jane janggal merasakan adanya tonjolan dari bagian bawah Rain yang kini semakin terasa. Dengan sekali dorongan, Jane merasa miliknya dimasuki sesuatu membuat bagian bawahnya kesakitan.

"Jane?!"

Rain terlonjak kaget mendengar suara seseorang yang kini tengah berdiri dengan wajah marahnya melihat aksinya dengan Jane. Rain bergegas menaikkan celananya lalu beranjak dari tubuh Jane.

"Apa yang kau lakukan pada anakku?!"

Rain berlalu pergi meninggalkan Jane serta seseorang yang mengetahui aksinya. Rain lupa menutup pintu hingga membuat kesalahan besar hingga orang lain memergoki aksinya. Sementara Jane masih kebingungan apa yang terjadi dan sekarang Rain pergi begitu saja meninggalkan Jane dengan kondisi telanjang tertutupi selimut.

"Jane siapa dia yang berani melakukan ini padamu?!"

"Ibu.. Ma'af kan aku.." Ucap Jane lemah

"Jawab ibu! Dia siapa?!"

"Dia Rain.."

"Ibu harus mengadukan ini pada raja Devandra!" Ucap elena lagi lalu berlalu pergi

Elena tersulut emosi, menghampiri Devandra yang sedang duduk di kursi singgasananya. Elena mengadukan kejadian yang dilihat mata kepanya sendiri apa yang terjadi barusan supaya menghukum pelaku yang berani menodai anaknya. Meskipun hanya selir, Elena mampu membuat Devandra bertekuk lutut hingga mengabulkan semua permintaannya.

"Prajurit bawa anak itu kemari dengan paksa" Perintah Devandra untuk mendatangkan Rain

"Baik yang mulia" Ucap prajurit

"Kau tenanglah Elena, tidak ada yang boleh menyakiti anakku sekalipun dia dilahirkan dari selir sekalipun"

"Terima kasih yang mulia" Jawab Elena


















Half Fairy Gxg ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang