9. [Jihoon POV]

2.7K 262 8
                                    

Malam itu,

Jihoon pulang dengan perasaan kesal, langkah kakinya terasa berat saat memasuki rumah nya yang jauh dari kata 'nyaman'

Kehadirannya disambut oleh sosok pria paruh baya yang tengah menikmati makan malamnya

Jihoon langsung menarik satu bangku disana, maid yang bertugas langsung menuangkan air dan menata piring untuk Jihoon

"Langsung aja Dad, ada apa?" tanya Jihoon tanpa basa-basi
"Sudah rapihkan berkas keberangkatan mu?"
"Sejak kapan Jihoon setuju?"

Pria yang dikenal berwatak tegas itu menghentikan aktivitasnya, meletakkan sumpit yang tengah dipakainya, meneguk air dihadapannya dan membersihkan sisa makanan dibibir dengan tisu sebelum akhirnya menatap kearah Jihoon, yang ditatap pun tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun, mata nya ikut membalas tanpa takut,

"Daddy tidak perlu persetujuan mu" ucap nya dengan tegas
"Hidupku bukan punya Daddy"
"Setidaknya masa depan mu terjamin" balas nya sambil beranjak dari tempatnya meninggalkan Jihoon
"Kalau aku menolak bagaimana Dad?" Jihoon bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri ayahnya, "Bisa Daddy berhenti mengatur hidup Jihoon?"

Pria paruh baya itu menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap Jihoon dengan amarah tak tergambar, wajahnya tampak datar namun Jihoon dapat merasakan dengan jelas emosi yang sebentar lagi akan meledak

"Atas dasar apa pertanyaan bodoh mu itu?"
"Jihoon lelah harus selalu ngikutin setiap kemauan yang bahkan Jihoon tidak suka"
"Suka tidak suka itu urusan belakangan, Daddy tau yang terbaik untuk kamu"
"Tau apa daddy tentang Jihoon?"
"Hentikan ocehan mu dan menurut saja"
"Pantas mommy ninggalin kita"

Plakk

"Jangan pernah membahas wanita-"
"Dia mommy Jihoon! Bukan orang lain"
"Berani bersikap kurang ajar!"
"Daddy yang mendidik Jihoon untuk bersikap kurang ajar!"
"Kamu anak kemarin sore Jihoon, kamu akan selalu diinjak jika posisimu berada dibawah! Hidup tidak mengenal siapa kamu jika tidak ada status apapun! Semua harus dibangun dengan jerih payah dan kerja keras!"
"Berhenti menceramahi ku tentang hidup! Aku hidup hanya karena aku tidak bisa mati Dad!!"
"....."
"Daddy selalu menyuruh Jihoon melakukan semua dengan baik dan sempurna, menjadi peringkat satu dalam hal apapun, selalu menghukum Jihoon jika nilai Jihoon turun atau menjadi peringkat dua! Dad, apa mata ini terlihat seperti mata orang hidup?" Jihoon berucap sambil menunjuk matanya dengan penuh amarah "ini tidak hidup Dad!!"
"Hentikan ocehan kosongmu Jihoon"
"Jihoon seperti robot yang daddy buat demi mewujudkan cita-cita daddy"
"...."
"Jihoon capek dad!!!!" teriaknya dengan emosi yang memuncak, air matanya bahkan tidak keluar, tatapannya saat ini hanyalah tatapan benci dan kecewa, Jihoon langsung melangkahkan kakinya menuju kamar, membanting dengan keras pintu kamarnya

"AAARRGGHGHHHH", Jihoon membuang semua buku dimeja, membanting apapun yang terlihat, tangannya meninju keras cermin yang tergantung hingga menciptakan luka terbuka, darah pun langsung merembas membasahi tangan

Jihoon menjatuhkan tubuhnya bersender pada pinggir kasur, mengubur kepalanya diantara lutut, dadanya sesak bukan main, pikirannya kalut, ia membenci kondisinya saat ini

Ia membenci dirinya sendiri

.
.
.
.

Hampir seminggu berlalu, Jihoon menghabiskan waktu dikamarnya, entah bermain game onlie, PlayStation atau sebatas tidur-tiduran, Jihoon enggan datang ke sekolah dan berharap nilainya akan turun drastis

Seperti biasa, Jihoon keluar kamar hanya untuk memasak mie instan yang ia konsumsi selama seminggu ini, baik pagi siang atau malam,

Ia menuruni satu persatu anak tangga dan mendapati ayahnya tengah menikmati teh diruang tengah, Jihoon tidak memperdulikan kehadirannya dan melengos pergi,

N A V I L L E R A [HoonSuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang