15

3.3K 221 7
                                    

Pagi di Gangnam. Sebuah apartemen bercat hitam dengan segala furniture modern memberikan kesan simple ala generasi masa kini, seorang pemuda salah satu penghuni tempat itu adalah sorotan, ia duduk dengan canggung seraya menggenggam cangkir teh yang belum ia angkat sedari tadi, sisa nya hanya saling lempar pandang memberi kode untuk membuka obrolan. Hyunjin menghela nafas dan menyesap kopi pagi nya sebelum akhirnya menjadi orang pertama yang memulai

"Kalo gak nyaman sama kita ngomong, jangan diem aja"
"Huh? E-enggak kok"
"Jihoon gak bilang dia mau kemana, jadi lu jangan nanya sama kita ya"
"Iya"

"Gue penasaran, apa yang bikin lu tertarik sama Jihoon dah?" Tanya Hangyul tiba-tiba
"Bener juga, padahal diantara kita dia paling brengsek loh" sambung Hyunjin
"Paling diem juga lagi"
"Paling kesetanan kalo marah"
"Intinya gak ada positifnya tuh anak"
"Bener" kedua nya saling menyambung kata dan bersikap seakan ucapannya adalah kebenaran

"Si Jihoon yang suka duluan, bukan Hyunsuk" celetuk Mingyu tanpa menghentikan kesibukannya mengunyah roti, tentu pernyataannya mengundang tanda tanya besar, Hyunsuk pun tak kalah terkejutnya
"Maksud lu gimana?" tanya Hangyul
"Pas malem terakhir orientasi, Jihoon udah ngincer Hyunsuk, kalian gak sadar?", Mingyu tertawa ringan seraya menghabiskan potongan terakhir rotinya, matanya dengan serius menelisik satu persatu respon teman-temannya, "Serius gak ada yang sadar? Gue kenal Jihoon dari kecil nih, tiap masuk sekolah pasti dia nandain orang buat dijadiin pesuruh, jadi pas gue liat dia merhatiin Hyunsuk ya gue pikir dia ngelakuin hal yang sama, maka nya pas mau kelas dua gue ngide, ternyata salah" jelas Mingyu dengan canggung
"Hal apa yang menguatkan argumen lu kalau Jihoon suka sama Hyunsuk?", tanya Hyunjin

Mingyu mendengus dan tersenyum tipis, kakinya mulai bertumpu silang dengan tangan kanan yang  ia letakan diatas meja untuk menyanggah dagunya
"Kalian merhatiin gak sih? Setiap kita main gak manggil Hyunsuk, apa Jihoon langsung join?"
"Hah, iya ya" Hangyul mulai menyadari sesuatu
"Bener juga, setiap gue bilang bakal manggil Hyunsuk dia join tanpa paksaan" Hyunjin menutup mulut dengan tangannya, bersikap dramatis seperti biasa
"Ah gue jadi inget pas kita liburan, gue bilang bakal bawa Hyunsuk tau-tau dia nyusulin kita dan pas tau di villa gak ada Hyunsuk besokannya kita didiemin"
"IYA GUE BARU INGET, mana malem nya dia sempet ngamukin gue, kalo dipikir tuh sepele ya"

Hyunsuk yang mendengar cerita ketiganya hanya terdiam canggung, sesekali ia menyesap teh yang mulai dingin. Harus kah ia merasa senang?

"Tunggu deh, Gyu bukannya dia pacaran sama sepupu lu udah lama?", Hyunsuk mulai melirik dengan ragu, jelas ia juga penasaran dengan hubungan percintaan Jihoon
"Menurut gue sih pengalihan isu doang, setahun pacaran si Wonny tiap balik kencan selalu ke apart gue nangis-nangis gegara tu bocah dicuekin mulu"
"Ngapain ngajak ngedate kalo mau nyuekin doang si anjing"
"Lu pikir yang ngajak si Jihoon?"
"Lah"
"Keyakinan gua makin kuat saat Jihoon telepon gue buat minjem apart gue pertama kali dan itu karena Hyunsuk"
"Aaa yang lu ceritain...."

Hyunsuk menegakan tubuhnya, ia hendak mengucapkan permintaan maaf namun Hangyul dengan cepat memotongnya,
"Gue gak tau sih pantes atau gak ngomong gini, tapi semisal Jihoon memperlakukan lu lebih buruk dari kita, lu bisa cerita, gue gak segan bakal ngehajar dia"
"G-gue juga, walau gue gak berani ngelawan dia tapi gue berani-beraniin"
Sambung Hyunjin, cukup membuat Hyunsuk tertawa kecil, "iya, oh iya Gyu-"

"Wait, Jihoon telepon"

"Ji lu dimana sialan! Pagi-pagi ngilang"
"Ada Hyunsuk disitu?"
"Ada, kita lagi sarapan, mau ngomong?"
"Menjauh dulu" 
"Kita udah tobat jadi gak usah khawatirin Hyunsuk lu Hahahaha"
"Gue serius, lu pindah dulu"
"Hah?, Oh.. oke oke" Minggyu langsung melangkahkan kakinya meninggalkan area makan menuju balkon dan menutup pintunya

"Suk, lu setelah ini mau lanjut kuliah dimana?" Hyunjin mencoba menyambung obrolan yang terputus, Hyunsuk yang sedari tadi memperhatikan Mingyu kini mulai menatap Hyunjin "Aaa itu..."

....


"Suk" Hyunsuk menoleh dengan tangan yang siap membuka pintu mobil, "Jihoon bilang nanti malem dia bakal kesini"
"Iya, makasih Gyu udah nganter"
"iya"

Hyunsuk pun membuka pintu mobil dan melangkah keluar, ia menunduk singkat sebagai ucapan terimakasih
"Lu gak usah khawatir atau berpikiran aneh-aneh ya"
"I-iya" ucap Hyunsuk dengan canggung, ia lantas menutup pintu mobil dan menyasikan kendaraan itu melesat pergi

"Hyung?"
"Eoh, Doyoungah"
"Hyung dianter siapa? itu kaya bukan Jihoon ya?"
"Kamu diem-diem banyak merhatiin ya?"
"Tapi tadi bener bukan Jihoon kan?"
"Iya bukan, itu temen hyung"
"Sejak kapan hyung punya banyak temen?"
"Hyung emang punya banyak temen kok"
"Tapi-"
"Junghwan ada dirumah?"
"Ada, hyung tapi dia belum pernah kesini kan?"
"Udah ayo masuk dulu, hyung beliin beberapa baju buat kamu sama Junghwan", Hyunsuk langsung merangkul Doyoung




....





Mingyu duduk disamping Jihoon, menawarkan rokok yang masih terjajar rapih dalam kotak namun Jihoon memilih meneguk sekaleng bir yang dipegangnya sedari tadi. Di bangku taman sore itu, kedua nya terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Mingyu memang berteman baik dengan Jihoon sejak kecil, namun ia tidak bisa menebak sedikit pun apa yang ada didalam isi kepala temannya, alhasil ia selalu menunggu hingga Jihoon sendirilah yang menjelaskan situasi nya

Keheningan yang muncul seakan menjadi pertanda. Matahari yang cerah menyinar mengenai wajah kedua nya, helaan nafas terdengar jelas sebelum suara berat menyapa "Ada yang bilang 'Kebahagiaan itu hak semua makhluk hidup' tapi gue pengecualian kali ya?" sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan, dia tidak terlihat senang namun ia tertawa, Mingyu menghembuskan asap putih yang mengepul sebelum mematikan rokoknya
"Gak ada pengecualian, yang ada 'Lu mau nyari kebahagiaan lu atau sebatas terpaku sama kebahagiaan orang lain yang jadi angan-angan lu' tinggal pilih"
"Terus, kebahagiaan lu udah ketemu?"
"Masih gue cari"
"Ck, ketebak jawaban lu"
"Tapi lu udah nemu kan?"
"......"
"Hyunsuk", Jihoon tersenyum dan perlahan menunduk seraya menggerakkan kaleng bir ditangan
"Lu selalu jadi orang paling sotoy dihidup gue"
"I'm a wrong?"
"No" Jihoon menegakan tubuhnya dan menatap jauh kedepan, memperhatikan beberapa anak kecil yang tengah sibuk berlari mengejar satu sama lain diiringi tawa

"Temuin Hyunsuk nanti malem, gue bilang kalo lu bakal dateng"
"Kapan gue ngomong gitu" Jihoon meneguk kembali bir nya
"Akal-akalan gue aja"
"Ngide mulu lu"
"Dia keliatan khawatir, lu pagi-pagi udah ngilang, mana gak pamit sama kita-kita juga lagi"
"Harus banget nemuin?"
"Iya lah bangsat! Tapi obatin dulu luka lu, jangan nambahin beban pikiran anak orang"
"Ck, bawel banget tai"

"Jadi ini dokumen yang lu omongin di telepon?"
"Iya"
"Nanti gue coba obrolin sama temen gue, kasusnya belum hangus seharusnya sih bisa"
"Iya"
"Tapi lu serius? Kalo bokap lu gak terima gimana?", Mingyu membalik lembar demi lembar kertas yang ia terima dari Jihoon
"Gyu, sepuluh korban dan 3 diantaranya meninggal!", Mingyu menghela nafas dan menatap kearah Jihoon

"Dan salah satu korban meninggal itu ayahnya Hyunsuk?"

Jihoon meremat kencang kaleng ditangan hingga menumpahkan isinya, tatapnya terlihat nyalang seakan ia sudah memupuk rasa yang selama ini terpendam penuh dendam

"Gue gak bisa nutup mata lagi, sekalipun dia daddy gue, dia harus nerima hukuman setimpal"




"Gue gak bisa nutup mata lagi, sekalipun dia daddy gue, dia harus nerima hukuman setimpal"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





N A V I L L E R A [HoonSuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang