Part 1

1.3K 33 0
                                    

Terkadang semesta mempermainkan dia, dia senang melihat kedua orang tuanya di sini. Makan bersama dengannya, tapi sayang lagi dan lagi mereka harus mengacaukan semuanya.

Brak!

Seorang gadis yang bernama Joy Jennie Josh, anak terakhir dari 3 bersaudara. Lahir sebagai perempuan satu-satunya di keluarga Josh, bukannya senang malah menderita.

Seperti sekarang, Jennie atau dipanggil Je mengebrak meja dengan keras. Tidak peduli dengan sopan santun, dia sudah muak dengan kedua orang tuanya.

Di mana kedua Kakaknya? Mereka sudah menikah dan pastinya meninggalkan mansion Josh, dengan alasan klasik kalau mereka mau membangun rumah tangga sendiri.

"Sudah berapa kali aku bilang, kalau aku tidak mau dijodohkan. Aku bisa cari sendiri dan kalian tidak perlu mengurusi kehidupanku

Kalau kalian pulang hanya membahas perjodohan saja, sebaiknya kalian tidak usah kembali. Kehadiran kalian pun tidak aku harapkan!" kata Jennie dengan nada tinggi.

Sekali diingatkan, Jennie tidak peduli jika dia tidak sopan. Setiap orang punya kesabaran masing-masing, dia sudah melewati batas kesabarannya.

Apakah tidak bisa hidup dia tenang? Dia baru 15 tahun, kenapa orang tuanya selalu menjodohkan dia yang jelas-jelas dia tidak suka? Apakah dia harus nikah muda dengan orang yang tidak dia cintai?

Dia menyesal mengharapkan dan senang sama orang tuanya yang makan bersama dengannya, malah terus dan terus membahas perjodohan saja.

Jika hal ini yang mereka inginkan, dia lebih baik memilih mereka tidak pulang selamanya. Dia bisa hidup tenang dalam kerinduan, daripada bertemu dalam pertengkaran.

"Hormati kami sebagai orang tuamu!"

"Untuk apa saya menghormati orang yang tidak bisa menghormati!" bentak Jennie membuat mereka geram.

"Pergi dari sini, jangan gunakan marga Josh lagi karena kamu bukan keluarga ini!"

Jennie terkekeh sinis, dia malah senang. Dia tidak takut kalau hidupnya menderita, di sini malah dia jauh lebih menderita.

"Baiklah, saya akan pergi. Saya pun tidak sudi menggunakan marga dari keluarga yang hanya mementingkan harta dibandingkan kebahagiaan anaknya sendiri.

Perlu anda tahu, fasilitas dan uang dari anda tidak pernah saya pakai jadi silakan ambil semuanya. Saya hanya membawa barang yang saya beli dengan uang saya sendiri, permisi," balas Jennie sinis, datar dan menatap mereka tajam.

Jennie pergi, dia langsung mengemas semua barang-barang yang dia beli. Lalu dia pergi ke bandara dengan taksi, dia tidak mungkin tinggal di negara ini lagi.

Negara yang selalu mengingatkan dia dengan kedua orang tuanya, jujur tekanan yang mereka berikan membuat dia sangat frustasi sampai rela tubuhnya mengonsumsi obat penenang atau obat tidur.

Akhirnya dia menghirup udara kebebasan, dia langsung masuk ke bandara setelah dia membayar ongkos taksi. Dia tidak perlu beli tiket, dia punya pesawat sendiri.

Dia masuk ke pesawat dan mengatakan negara tujuannya, saat dia memberitahu maka sang pilot langsung menjalankan perintah.

Beberapa jam di udara, akhirnya dia sampai di negara tempat dia menikmati kesenangan walau sebentar karena dia bisa ke sini waktu liburan saja.

Dia sudah menyuruh anak buahnya membawa mobil sport kesayangan dia, dia masuk ke mobil dengan koper yang sudah dia taruh di bagasi.

Tujuan dia satu, dia harus menemui seseorang. Tidak peduli dirinya yang lelah dan butuh waktu untuk beristirahat, jarak bandara ke tempat yang dia tuju cukup jauh membutuhkan waktu 2 jam.

Untunh saja jalanan bersahabat dengannya, jadi dia bisa cepat sampai tanpa bermacet-macetan di jalan. Tujuan dia ke agensi, dia memarkirkan mobil dan masuk ke agensi.

Staff yang mengenal dia menyapa dan dia membalas dengan anggukan saja, dia sangat lelah sekedar menyapa balik. Para staff akan menyapa jika para idol tidak ada, ya identitas dia sangat rahasi.

Dia segera naik lift ke ruangan seseorang yang sangat dia rindukan, bahkan dia lebih rindu orang ini daripada orang tuanya.

Ting!

Dia sudah tiba di lantai paling atas, dia keluar dari lift dan bertanya ke sekretaris apakah orang tersebut ada di dalam atau tidak?

Saat dia mendapat jawaban iya, dia segera mengetuk pintu.

Tok, tok, tok!

Pintu terbuka membuat Samuel sang CEO yang sibuk dengan kerjaannya melihat siapa yang datang, setahu dia hari ini tidak ada meeting atau hal penting yang mau dia bicarakan.

"Hallo, Dad," sapa Jennie, keponakan tersayang Samuel.

Kenapa Jennie memanggil Samuel dengan sebutan Dad yang berarti Daddy bukannya Uncle? Karena Samuel dan istrinya selalu memberikan perhatiannya ke dia sehingga dia merasakan sosok orang tua dari mereka.

Tenang saja Samuel memiliki seorang putra yang juga sayang dengannya, tapi putra Samuel bukan idol karena putra Samuel seorang dokter.

Samuel kaget dengan kehadiran Jennie, jujur saja jarak mansion Josh ke agensi itu sangat jauh bukan jarak tempuh lagi tapi beda negara.

Jennie yang tidak dipersilakan duduk, dia memilih duduk karena dia tahu pembicaraan ini akan lama mengingat wajah kaget Samuel yang bisa dia tebak.

"Ini bukan waktunya liburan, apalagi dari sana ke sini sangat jauh. Kamu kabur?" tanya Samuel kaget.

Samuel bukannya tidak senang Jennie datang ke sini, hanya saja dia heran apalagi Jennie selalu datang ke sini saat liburan bahkan dia pun tidak mendapat kabar kalau Jennie akan ke sini.

"Lebih tepatnya diusir," balas Jennie santai.

Samuel tidak kaget kalau Jennie diusir, apalagi hubungan Jennie dengan orang tuanya tidak baik. Selain itu, ada tiga alasan lainnya.

Pertama, Jennie sangat susah dan keras kepala. Kedua, jika Jennie ingin A maka A tidak ada istilah berubah pikiran. Ketiga, Jennie anak nekat dan pemberani.

"Kenapa lagi?" tanya Samuel menatap Jennie intens.

"Mereka hanya mementingkan diri sendiri, dari dulu aku tidak suka dijodohkan," jelas Jennie diangguki Samuel.

Mamanya Jennie itu Adiknya Samuel, dia sendiri tidak mengerti dengan orang tua Jennie. Mereka sudah kaya, kenapa mereka masih bekerja keras dan melupakan Jennie yang membutuhkan kasih sayang mereka.

Selain itu, dia tahu kalau mereka selalu menjodohkan Jennie dengan rekan bisnis mereka ya bisa dikatakan perjodohan bisnis.

Dia senang saat tahu Jennie bisa bebas dari keluarga itu, tapi dia juga kuatir apalagi Jennie keponakan dia.

"Sekarang kamu mau gimana?" tanya Samuel perhatian.

"Diam diri di apartemen dan bermalas-malasan," balas Jennie apa adanya.

"No, no way, Daddy punya kerjaan untukmu," tolak Samuel cepat.

Saat ini Samuel membutuhkan bantuan Jennie, dia yakin Jennie tidak akan keberatan hanya saja membujuk Jennie pasti membutuhkan waktu.

"Aku tidak butuh uang Dad, aku bisa menghasilkan uang tanpa kerja di Daddy," balas Jennie malas.

Ya, Jennie benar-benar bisa menghasilkan uang sendiri. Makanya dia kabur pun, dia tidak kuatir.

TBC...

25. I'm Never TiredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang