Part 9

261 21 0
                                    

Jadi di grup Shinee ada anak kembar yaitu Raina dan Reina, Raina lahir 5 menit lebih dulu dari Reina walau begitu sifat mereka hampir mirip.

"Jam 1 pagi, kalian sarapan dulu. Biar saya bungkus untuk Jennie makan di jalan, jangan bangunkan dia," balas Sean diangguki mereka.

Mereka tidak mungkin membangunkan Jennie di saat mereka tahu kalau dia sudah bangun tengah malam untuk ke dorm mereka saja, mereka makan dengan tenang.

Sedangkan Sean, dia menaruh kepala Jennie dengan bantal pelan-pelan supaya Jennie tidak terbangun. Setelah itu dia menyiapkan bekal sarapan yang Jennie masak, supaya Jennie bisa makan di jalan.

Untung saja dia membantu Jennie tadi untuk masak, setidaknya bisa meringankan bebannya. Di keluarga Samuel, semua bisa masak dan dia bersyukur atas hal itu.

Setelah menyiapkan bekal, dia menaruh dulu di mobil barulah dia kembali ke dorm. Jika ditanya apakah dia sudah makan? Ya, dia sudah makan. Jennie 'lah yang menyuruh dia makan di saat Jennie membangunkan member Shinee.

Mereka yang sudah makan, bergegas ke mobil van yang baru saja tiba, untung saja sang supir tepat waktu, jika telat sudah habis itu supir sama Jennie.

Jennie paling anti sama namanya telat, apa pun alasannya dia tidak suka. Saat mereka masuk ke mobil van, Sean mengendong Jennie ala bridal style menuju mobilnya.

Di mobil, Jennie duduk di samping pengemudi dan sudah menggunakan seat belt. Lalu Sean membangunkan dia, sebenarnya Sean tidak tega tapi dia harus sarapan.

"Bangun dulu yuk, kamu butuh sarapan," kata Sean menepuk pipi Jennie pelan.

Jennie yang dasarnya mudah dibangunkan, dia segera membuka matanya. Dia tidak kaget jika dia sudah berada di dalam mobil, dia tahu Sean yang melakukannya.

Saat Jennie terbangun, Sean menyodorkan kotak makan yang telah dia siapkan untuk Jennie. Semua yang Jennie siapkan berada di kotak itu dengan porsi sesuai Jennie.

"Kakak yang siapin?" tanya Jennie menatap Sean.

"Iya, kalau Kakak tidak siapin kamu makan apa? Malah sakit nantinya," balas Sean lembut.

"Makasih, Kak," balas Jennie tersenyum.

"Makan ya, pelan-pelan saja," kata Sean mengelus pucuk kepa Jennie.

Sean melajukan mobilnya saat mobil van di depannya sudah melaju, tugas dia hanya mengikuti mobil itu tanpa kehilangan jejak dan memastikan semuanya aman.

Sedangkan Jennie, dia makan makanan yang sudah Sean siapkan. Jujur saja, dia memang lapar. Pekerjaan ini sangat menyusahkan dia, tapi dia juga tidak bisa tinggal di dorm.

Sehabis makan, Jennie merapikan kotak makanan sedangkan Sean memberikan botol mineral yang berada di sampingnya.

Jennie menerima dan meminum, dia senang memiliki Kakak seperti Sean. Andai dia terlahir sebagai Adik Sean, dia pasti senang.

Apalagi dia hanya menerima kasih sayang seorang Kakak dari Sean saja, Kakak kandungnya boro-boro memberikan kasih sayang atau perhatian.

Hubungan dia dengan Kakak kandungnya tidak sedekat Sean, seolah ada pembatas di antara mereka dan dia tidak peduli itu.

"Masih minum obat itu?" tanya Sean tiba-tiba.

Jennie menghela nafas, dia tahu ke mana arah pembicaraan Sean. Sejujurnya dia tidak tahu kenapa keluarga Samuel bisa tahu hal ini, satu hal yang dia lupa kalau Samuel bisa melakukan apa saja untuk melindungi dia walau itu tidak perlu.

"Ya," balas Jennie jujur.

"Buanglah Je, itu tidak baik buat kesehatan kamu," kata Sean lembut, Jennie menundukkan kepala.

Bukannya Jennie tidak mau melepaskan obat itu, hanya saja dia sudah ketergantungan. Dia harus melakukan apa di saat dirinya harus mengatasi semua masalah sendiri?

Dia masih anak remaja, butuh perhatian dan kasih sayang. Kenapa dia tidak seperti Kakak-Kakaknya yang mendapat perhatian dari orang tuanya?

Dia pun tidak suka selalu dan selalu membahas perjodohan, apakah mereka menginginkan anaknya mati secara perlahan?

"Maaf Kak, aku tidak bisa," tolak Jennie masih menunduk.

"Kakak tidak akan maksa kamu, satu hal yang pasti jika butuh apa-apa hubungi Kakak, Kakak selalu ada untuk kamu," balas Sean lembut, dibalas anggukan.

Sean tidak akan memarahi Jennie, dia tahu dan sadar gimana kalau dia di posisi Jennie. Semua serba menyulitkan, tapi dia tidak akan meninggalkan Adik kesayangan dia.

Terlebih dia mendapatkan informasi yang telat, dia merasa tidak berguna saat itu. Adiknya terluka hingga depresi tapi dia tidak tahu, hanya selalu ada untuk Jennie yang bisa dia lakukan untuk menebus kesalahan dia.

"Sekarang kita bahas yang lain, ini penting. Kakak mau kamu jangan masak, kalau kamu sakit gimana?" tanya Sean tegas.

"Maaf," balas Jennie lirih, lagi-lagi dia menyusahkan Sean.

"Jangan minta maaf, kalau kamu mau masak ingat 1 menu saja sudah cukup jadi kamu tidak perlu datang pagi-pagi atau carilah apartemen yang dekat," saran Sean ada benarnya.

"Aku sudah nyaman di sana, Kak," balas Jennie jujur, Sean menghela nafas.

"Kak Sean," panggil Jennie membuat Sean menoleh sekilas.

"Kenapa?" tanya Sean lembut.

"Tawuran yuk," ajak Jennie santai, Sean kaget.

Jika Sean tidak ingat mereka masih mengikuti mobil van di depan mereka, dia sudah menepikan mobil gara-gara kaget.

"Ngadi-ngadi, Kakak ganteng gini suruh tawuran," balas Sean sedikit kesal.

"Kak, aku serius, aku baru ingat aku akan tawuran hari," kata Jennie serius.

Jennie tidak berbohong kalau dia benar-benar serius untuk tawuran, jadi dia punya gangster entah bagaimana dia gabung dia lupa dan pastinya dia diterima karena dia bertekad kuat.

Hingga mereka mengajari dia bela diri sampai jago seperti sekarang, makanya dia tidak takut pergi sendiri. Hanya keluarga Samuel saja yang tahu, itu pun setelah dia bergabung beberapa bulan kemudian.

"Kakak temani, masa bodo sama wajah yang penting nyawa kamu," tegas Sean membuat Jennie senang.

Di mobil Sean hanya terjadi percakapan yang penting, berbeda dengan mobil Shinee yang sangat berisik dan bertanya hal yang tidak penting. Parahnya lagi Gracia 'lah yang menjadi sasaran empuk mereka, seperti saat ini.

"Gre, Kak Sean sudah punya pacar belum ya?"

"Kak Sean ganteng banget,"

"Dari mobil Je saja sudah terlihat mereka dari keluarga kaya raya,"

"Gre, punya nomor Kak Sean?"

"Kalian ketemu di mana?"

"Astaga, Kak Sean itu titisan Dewa ya,"

"Mau dong jadi pacar atau selingkuhan Kak Sean deh,"

"Gre, bantu kita dekat dong sama Kak Sean,"

"Berisik Kak! Aku mau tidur," balas Gracia saking kesalnya.

Kenapa aku bisa punya Kakak seperti mereka? Tidak sadarkah mereka kalau mereka sudah punya kekasih?

Kalau mereka tahu Kak Sean anak Uncle Samuel dan Jennie keponakannya, gimana reaksi mereka? batin Gracia kesal sendiri.

TBC...

25. I'm Never TiredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang