‣ s a t u

384 42 15
                                    

Memandang pemandangan hijau dibalik jendela kereta api memang hal yang paling menyenangkan untuk dinikmati. Apalagi rintik-rintik hujan yang membasahi kaca bening dan satu-satu turun perlahan membentuk bulir, ikut menambah kesan damai hingga membuat perempuan bermarga Hwang itu semakin nyaman merapatkan selimutnya.

Semenjak tinggal dikota ini,  duduk dipinggir jendela kereta api jadi bagian favorit Yeji jika berperjalanan keluar kota. Baginya, kota ini banyak menyuguhkan pemandangan hijau, warna yang identik dengan tumbuhan yang penuh akan kedamaian dan bisa dinikmati setiap saat.

Yeji merasa hangat membayangi hal itu, sudut bibirnya tertarik keatas membentuk senyum tipis, matanya mengedar melihat pemandangan bersamaan dengan helaan nafas diceruk lehernya.

Yeji mengerjap, ia tersadar akan sesuatu. Perempuan itu lantas berusaha bergerak meski terasa sulit. Semenjak balik dari pantai, anak-anak Skizy tidur terlelap didalam kereta. Mereka kehabisan tenaga karena kebanyakan bermain di sana. Dan Yeji sendiri, sama sekali tidak bisa memejamkan matanya karena disatu sisi, Chan tidur disampingnya dengan kepala merosot kebahunya. Yeji sulit bergerak, dan hampir setengah jam ia merasakan bahunya yang mati rasa.

"Kak Chan.." panggil Yeji akhirnya menyerah.

Chan menggumam. Ia justru malah menarik selimut yang ia bawa dari asrama keatas hingga ke dagu.

"Shhh, bahu gue"

"Loh?" Changbin tiba-tiba muncul. Yeji bernafas lega saat mendapati Changbin berdiri disamping kursi mereka. Wajah bantal Changbin terlihat jelas disana, meski begitu ia tetap berusaha untuk sadar apalagi mendapati Yeji kesusahan dengan tubuh besar Chan.

"Bantuin gue, bang" kata Yeji menggerakkan mulutnya tanpa bersuara.

Dengan cepat tanggap, Changbin nabok Chan sambil manggil-manggil laki-laki itu untuk segera bangun. Chan tidurnya kebo banget.

Akhirnya karena suara ngoroknya sendiri, Chan sontak bangun dan mendapati dirinya tidur diatas bahu Yeji.

"Akhirnya bangun. Noh lihat. Bahu anak orang sampai mau patah bang" ujar Changbin geleng-geleng kepala.

Chan ketawa pelan sembari membersihkan sudut matanya, "bahu lo sakit?" tanyanya, suaranya serak.

"Mati rasa bang"

"Astaga. Lo gak bangunin gue?"

"Gak terhitung berapa kali gue bangunin lo" Yeji mijit-mijit bahunya.

"Saking keenakkan tidur jadi gak sadar diri. Ya udah gue balik dulu. Kelarin dulu urusan kalian berdua" kata Changbin lalu meninggalkan mereka.

"Yehh apaan sih bogel"

"Makasih bang" jawab Yeji pada Changbin.

Chan nyengir garuk-garuk belakang kepalanya, "Ya maap yaa. Gue kecapean banget. Makasih loh bahu lo"

Yeji mengangguk lalu milih buat ngatur posisi duduk nyamannya sambil liat keluar jendela lagi.

Melihat respon Yeji yang seperti itu, Chan nggak enak sendiri. Jujur aja, Yeji sulit ditebak maunya apa. Kadang kalem kadang pecicilan, sulit terdeteksi dan suka bikin baper.

Chan berpikir keras. Bagaimana agar Yeji bisa bicara lagi dengannya.

"Ji, gue beliin coca cola mau gak??"

"Jangan ngada-ngada kak. Lo pikir di kereta ada yang jualan cola apa"

"Makanya, lo sih nggak merhatiin sekeliling. Tunggu ya gue beli dulu"

Chan pergi gitu aja, tanpa mendengar jawaban Yeji. Yeji gak bisa apa-apa lagi selain mandangin kepergian Chan yang sudah menghilang dibalik pintu.

Tak sampai 5 menit, Chan pun balik bawa 2 kaleng minuman beda rasa. Chan bawa satu kaleng cola dan 1 kaleng kopi. Yeji gatau kenapa, ia merasa lucu saat Chan membawa minuman itu kearahnya. Chan beli kopi pasti untuk dirinya agar tidak ketiduran lagi.

[1] ATAP | Chan × Yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang