‣ e m p a t b e l a s

88 18 6
                                    

Didalam mobil, tidak banyak percakapan yang berlangsung antara Yeji dan Soobin. Yeji milih bungkam karna capek dan maunya cepat-cepat sampai rumah aja. Yeji bahkan nolak ajakan makan malam Soobin padahal lelaki itu ingin sekali menghabiskan waktu bersama Yeji.

Padahal Soobin gatau aja Yeji nerima ajakan pulang bersamanya karna sadar malam yang sudah larut, Yeji tahu pulang sendirian pakai angkutan umum itu sangat tidak disarankan.

"Ji"

Yeji tidak menjawab, lebih tepatnya memilih tetap diam. Ia tahu Soobin ingin berceloteh lagi tentang hubungan mereka. Yeji terlalu malas untuk membahas itu lagi.

"Ayo kita pulang. Kegiatan lo udah selesaikan disini. Masih ada waktu 2 minggu lagi buat lo liburan di Jakarta. Ntar gue anterin lagi deh" tawar Soobin kembali membuka pembicaraan.

Yeji menghela nafas, "no, thanks"

"Lo nggak kangen bonyok lu apa?"

"Jelaslah gue kangen, tapi gue belum bisa balik. Sekarang posisinya juga gue lagi ngindarin seseorang yang ada disana"

"Tapi sekarang orang yang lu hindari ada disamping lu" sambung Soobin.

"Justru itu," Yeji noleh kesamping kanannya, "emang lo gak bisa apa balik ke tempat asal lo lagi? Apa lo mau terus ngikutin gue sampai gak ada lagi tempat untuk gue sembunyi dari lo?"

Soobin sekilas natap Yeji nelangsa. Perkataan Yeji sangat tajam. Perempuan ini benar-benar berubah menjadi sarkas tanpa ia sadari. Padahal sorot mata itu sudah cukup menjelaskan bahwa Yeji benar-benar terluka karna dirinya.

"Kalau gue boleh tau, apa yang buat lo gabisa maafin gue Ji?" tanya Soobin kembali menatap jalan didepannya. Dia berusaha keras agar tetap setenang mungkin. Meski tahu itu adalah pertanyaan bodoh yang gak seharusnya ia tanyakan.

"Gue udah maafin lo," jawab Yeji cepat.

"Belum. Gue ngerasain dendam lo ke gue masih besar," balas Soobin.

"Kalau gitu, apa yang buat lo buat muncul lagi dihadapan gue?"

Nggak ada jawaban. Soobin diam.

"Nggak ada alasankan?"

"Gue masih cinta sama lo"

Yeji berdecak.

"Jangan ngomong soal cinta sama gue Bin. Lo pikir nyusun hati yang hancur semudah lo ngerjain soal mtk? Udahlah, bisa nggak kita gausah bahas ini dulu? Atau nggak lo turunin aja gue disini"

"Oke, gue berhenti. Nggak akan bahas soal perasaan gue ke lo. Tapi, izinin gue buat tetap ngasih perhatian gue ke lo. Seenggaknya selama 2 minggu, ya?"

Soobin natap Yeji penuh harap. Yang ditatap mendengus sebal.

"Terserah lo Bin, gue cape"

Soobin senyum tipis, lega mendengar jawaban Yeji. Setidaknya ia masih diberi harapan untuk ia memperbaiki kesalahannya.

Mobil Soobin terus melaju menembus jalanan malam. Saat ini sudah tidak ada lagi percakapan. Yeji diam memandangi jalanan kota yang untuk pertama kalinya terasa menyebalkan. Hati Yeji terasa hangat namun sakit disaat yang bersamaan.

Mata Yeji melirik pinggiran pantai yang tidak ramai dikunjungi oleh pengunjung. Dia pikir Soobin akan menawarinya untuk bersantai ditempat ini, nyatanya Soobin terus melajukan mobilnya menuju asrama. Soobin tidak berubah, laki-laki itu selalu bisa menghargai keinginan Yeji.

Setibanya didepan asrama, mata Yeji dan Soobin langsung tertuju pada sosok laki-laki bertubuh tegap sedang berdiri didepan dekat pagar. Itu Chan. Raut wajah Yeji langsung berubah tegang dibuatnya. Kenapa laki-laki itu malah berdiri disana.

[1] ATAP | Chan × Yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang