‣ t u j u h b e l a s

89 19 4
                                    

Yeji tidak menyangka air matanya akan turun sederas ini setelah menerima telfon dari mamanya. Padahal panggilan sudah berakhir 10 menit yang lalu. Namun Yeji tetap tidak bisa menampik perasaannya terpukul itu.

Ternyata yang dikatakan Soobin itu benar. Nenek sekarang dirawat di rumah sakit karna jatuh terpeleset di kamar mandi, sampai sekarang nenek masih belum sadarkan diri. Soal pertunangan mama tidak menyinggung sama sekali soal itu. Mama pasti lagi kalut juga sekarang. Mempertanyakan dan memastikan hal itu rasanya tidak sopan saja.

Tapi saat ini, Yeji tidak punya pilihan. Selain bersama Soobin, tidak ada lagi yang mama percaya untuk mengantarnya pulang ke Jakarta. Mama hanya menyebut nama Soobin yang akan mengantarkannya pulang.

Yeji menghapus air matanya. Entah kenapa semenjak Soobin datang, semuanya berjalan dengan buruk. Semua harus berjalan seperti apa yang dia mau. Terlebih untuk pertunangan sialan itu, Yeji tidak abis pikir.

Ditinggal dan dikecewain begitu saja. Lalu kembali membuat 1001 pertanyaan. Dibuat bingung dan berjalan dengan apa yang dia mau dan sekarang pertunangan. Soobin gila.

Untuk yang kesekian kalinya, pesan baru dari Soobin masuk. Lagi-lagi, tentang jadwal keberangkatan mereka besok. Yeji melengos lalu meletakkan hpnya kembali diatas meja.

Sekilas suara pintu rooftop terbuka terdengar di telinga Yeji. Langkah kaki yang terus mendekat membuat Yeji terpaksa membalikkan tubuhnya.

Chan.

Laki-laki itu sekarang duduk disamping Yeji. Meletakkan dua botol susu rasa coklat seperti biasa dan juga beberapa cemilan. Sikap Chan yang tenang, membuat dada Yeji berdebar kencang. Lebih tepatnya takut sama pikiran Chan tentang dirinya.

"Susu coklat kesukaan lo" ujar Chan seraya memberikan senyum manis.

Yeji mengangguk, "terima kasih kak"

Chan nusuk susu kotaknya pakai pipet, minum susu coklat yang juga favoritnya dan kembali menoleh pada Yeji, "gimana keadaan nenek kamu?"

Kamu.

"Masih belum siuman" jawab Yeji. Chan menangkap sorot mata Yeji yang langsung menyendu saat ditanya tentang neneknya.

Tangan Chan inisiatif menggenggam tangan Yeji, meletakkan tangan perempuan itu diatas meja.

"Jadi besok pergi jam berapa??"

"Kakak udah tau?"

Chan ngangguk, "aku tau kamu berangkat bareng Soobin besok, aku tau dari Ryujin"

Bibir Yeji melengkung, lidahnya kelu. Apa yang harus ia katakan sekarang? Padahal beberapa jam yang lalu Yeji sudah mengungkapkan perasaannya dan sekarang, berita buruk ini membuat mereka merasa bersalah dan canggung satu sama lain.

Sadar akan respon Yeji, Chan senyum lembut. Sungguh tidak ada rasa benci dihatinya terhadap perempuan ini. Baginya, setelah mengetahui perasaan Yeji, perasaan Chan lega.

Chan mengerat genggamannya, "jangan sedih Ji, apalagi merasa bersalah"

"Kak, aku gak bisa nggak merasa bersalah"

"Buat apa??"

"Aku bingung harus gimana ngomong ini ke kakak. Tentang pertunangan kami yang diinginkan nenek"

Chan mengusap lembut punggung tangan Yeji, secara tersirat meminta Yeji mengungkapkan isi hatinya.

"Ini sulit aku pahami. Kenapa disaat aku sadar kalau aku suka kak Chan, berita kaya gini justru kaya mimpi buruk buat aku. Meski Soobin dulu orang yang aku cintai, tapi aku belum bisa maafin dia untuk kesalahan dia, untuk kesalahan dia yang udah kecewain dan sia-siain aku, dengan alasan yang bahkan sulit aku terima. Aku gak abis pikir, kenapa itu mudah buat dia, kak Chan"

Lagi-lagi air mata Yeji mengalir. Chan masih diam tapi tangannya sudah naik mengelus rambut Yeji.

Yeji gak nolak meski ia tahu dadanya berdebar sekarang. Ia juga gak nolak meski sekarang sudah menjadi wanita jahat buat Chan.

"Ji, pernah baca quote ini gak?" Tanya Chan saat tangis Yeji mulai mereda, Yeji melirik Chan sekilas.

"Hati manusia itu mudah dibolak balik oleh Tuhan. Saat manusia tau dia merasa kehilangan setelah dia membuangnya, saat itu ia kembali mencari sesuatu yang hilang itu karna ada bagian hidupnya yang terpisah. Mengerikan, itulah sifat manusia. Tapi siapa sangka jika ternyata itu semua termasuk kuasa Tuhan? Mungkin perasaan yang sempat terjeda itu ada hikmah yang harus kamu ambil, misalnya seperti sekarang, kamu jauh-jauh datang kesini dipertemukan dengan teman-teman skizy yang ternyata disana ada aku. Hebatkan?? Kamu bahkan melaluinya dengan baik dan bahagia"

"Terkasang perasaan yang muncul setelah itu kita sebut bonus kehidupan. Tapi sekali lagi Tuhan punya rencana indah. Kamu diuji dengan kedatangan dia, bawa kamu pulang ke rumah setelah kamu berusaha keras untuk tidak pulang buat ngehindari dia. Apapun yang terjadi, bukankah terlalu awal jika kamu berjodoh dengan dia??? Pertunangan bukan awal segalanya. Bisa jadi dari proses yang dilewati masih ada ujian-ujian yang harus kamu lalui hingga kamu ketemu orang yang tepat. Who know??"

Dada Yeji menghangat disaat Chan mati-matian nahan tangan setelah berhasil mengatakan itu semua. Anggaplah ia tidak rela jika pertunangan terus berlanjut, tapi takdir Tuhan siapa yang bisa menentang?

Tangan Chan satunya menangkup tangan Yeji. Kini kedua tangannya sukses meraup kedua tangan yang mulai mendingin karna udara malam. Chan tetap ngasih senyum hangat buat Yeji.

"Sekarang yang harus kamu lakukan, pulang balik ke Jakarta selagi masih libur. Jangan lupa balik dan kembali kuliah. Kelarin semua urusan disana dan jangan sia-siakan kesempatan. Kamu berhak bicara. Dan disini aku akan mendoakan yang terbaik buat kamu, aku berharap kesembuhan nenek kamu"

Mata Yeji kembali berkaca-kaca, "kak Chan, aku boleh peluk kak Chan?"

Chan memajukan kursinya mendekat pada Yeji. Ia merentangkan tangannya lalu mendekap gadis itu yang lagi-lagi kembali menitikkan air mata membasahi kemeja Chan.

"Everything will be okay, honey"

Yeji tidak berkata apa-apa lagi. Yeji berharap momen pelukan ini berlangsung lama, tidak masalah jika malam ini ia habiskan berdua sampai besok Soobin menjemputnya. Yeji hanya ingin bersama Chan.

Itu saja

.

.

.

TBC

[1] ATAP | Chan × Yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang