‣ d u a b e l a s

81 18 8
                                    

"S-SOOBIN!" pekik Yeji seolah sedang menemukan sesuatu.

Teriakannya itu, membuat Soobin bereaksi hingga tubuhnya terhuyung kebelakang.

"Lo, lo ngapain disini?!"

"Mau ketemu sama kamu"

"Aku-kamu, gausah sok romantis lo. Lo ngikutin gue kan?"

Soobin dengan wajah tanpa dosa itu justru terkekeh, "ngikutin maksud kamu apa? Aku nggak maksud ngikutin kamu sejak dari asrama, kamu aja yang terlalu fokus jalan sendirian sampai gak sadar ada yang jalan dibelakang kamu"

"Plis stop, jangan aku kamu, gue gak suka. Lo mending pergi sekarang deh"

Soobin maju selangkah, membuat Yeji secara spontan mengangkat kantungnya didepan dada.

"Hey, kalau lo bertingkah kaya gini yang ada orang-orang mikir gue mau apa-apain lo"

"Makanya lo jauh-jauh sana, balik pulang, gak usah kesini lagi!"

Perempuan itu menurunkan belanjaannya sambil menatap tajam mata Soobin, memberi peringatan bahwa ia serius dengan perkataannya. Tanpa pamit, Yeji melangkah meninggalkan laki-laki itu yang justru tetap mengikutinya.

"Gue kesini karna tau alasan lo gak pulang. Lo lagi ngindarin gue, kan?" kata Soobin berusaha memulai percakapan lagi. Saat ini yang ada dipikiran Soobin adalah mendapat perhatian Yeji dengan terus mengajaknya bicara.

"Yeji, banyak hal yang gue pikirin setelah kita putus. Benar, gue nyesel karna gue ninggalin lo setelah hari kelulusan kita dengan alasan spele. Banyak yang gue pertimbangin demi lo, gue punya alasan, sekarang gue mohon sama lo, izinin gue buat perbaiki itu Ji, gue mohon"

Derap kaki Soobin sudah cukup menjelaskan bahwa dia tidak akan menyerah sebelum Yeji menghentikan tungkainya untuk berjalan, "Apa perpisahan kita segitu buatnya lo trauma bahkan ngelihat gue aja lo gak sudi??"

Yeji diam, tetap mengabaikan Soobin dengan terus berjalan cepat. Siapapun tau, raut wajah tegas yang Yeji tunjukkan tidak akan membuatnya terpancing.

"Gue salah karna gue ingkarin janji kita, tapi saat itu gue masih labil dan terlalu naif buat paham perasaan orang lain"

"Gue berharap bisa memperbaiki kesalahan gue sama lo Ji. Sekali aja. Gue gamau buat hubungan kita semakin canggung dan renggang"

Yeji menghentikan langkahnya. Perempuan itu memejamkan matanya. Telinganya sakit mendengar celotehan Soobin dari tadi. Tidak bisakah ia merasa tenang sehari saja? Baru aja Yeji merasa moodnya membaik, tapi Soobin datang ngehancurinnya. Dia sudah lama melupakan sakitnya, tapi Soobin...

Tubuh Yeji berbalik, "cara satu-satunya buat perbaiki kesalahan adalah dengan tidak ngelakuin kesalahan yang sama, dan mengulang waktu yang tidak akan mungkin kembali lagi"

Soobin mengernyitkan dahinya.

"Bagi gue, nurutin keinginan awal lo buat ninggalin lo sendiri dan jalanin kehidupan masing-masing adalah cara satu-satunya yang bisa kita lakuin terutama lo buat perbaiki keadaan"

"Ji, bukan keadaan seperti itu —"

Yeji berdecak, "bukan kaya gitu?"

"Iya, gue gamau —"

"Sorry," potong Yeji menjeda kalimatnya sembari membiarkan angin malam menghembus rambut mereka, "biar gue pakai cara itu sekarang, gue mohon lo pulang" tuntas Yeji sebelum akhirnya kembali meninggalkan Soobin yang memilih untuk tetap berdiri ditempat membiarkan Yeji mengikuti keinginannya saat ini.

"Gue gabisa, Ji"

.

Yeji membuka pagar asrama, berjalan terburu menuju kamarnya sambil melempar kantong belanjaannya diatas meja. Yeji menghambur ke atas kasur menenggelamkan tubuh diatas ranjang single miliknya. Akhirnya pertahanan Yeji runtuh, air matanya mengalir deras membasahi bantal bersama suara yang teredam dibalik benda empuk itu.  Yeji terisak dan sesak.

[1] ATAP | Chan × Yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang