Tampak seorang lelaki menawan ke luar dari kantornya seusai rapat yang ia jalani seharian penuh ini. Jadwal yang terlampau padat membuatnya harus sering pulang malam. Ia seorang pengusaha sukses yang masih muda yang banyak dikagumi kaum hawa.Pasalnya ia masih sendiri alias single sehingga tidak heran jika banyak wanita cantik yang mengaguminya. Sudah suksesdi usia 25 tahun. Usia lelaki yang masih terbilang sangat muda untuk bisa menjadi sukses seperti itu.
Lelaki tersebu tmasuk ke dalam mobilnya. Menjalankannya dengan pelan. Menuju apartemennya. Iamemasangkan headset ke telinganya, mendengarkan lantunan suara Sandara Park yang mengalun indah dan merdu ketelinganya. Ia menatap lurus ke depan. Ia terkejut, spontan ia memberhentikan laju mobilnya. Bergegas turun dari mobil setelah ia mendengarkan suarateriakan.
"Eh, kamu nggak kenapa-napa, kan?" tanya lelaki itu dengan nada panik.
"A-aku nggak pa-pa kok," jawabnya."Nda, loe nggak akan pernah bisa lolos dari gue!" Ia menolehkan kepalanya ke belakang. Merasa takut. Sang lelaki hanya mengernyitkan keningnya, bingung.
"Ehm... aku... boleh nebeng nggak?" tanya Franda diiringi anggukan kepala sang lelaki.
Franda berdiri. Selangkangnnya terasa perih, namun ia tahan. Ia hanya memegangi perutnya yang terasa sakit. Ia dipapah oleh sang lelaki, masuk ke dalam mobil. Sang lelaki kembali terkejut tatkala ia melihat darah di sepanjang betisnya.
"Kamu nggak pa-pa, kan? Kaki kamu berdarah," Franda meriingis.
"Kamu bisa bawa aku pergi nggak? Aku mohon!" Sang lelaki menganggukan kepalanya sekali lagi. Buru-buru masuk ke dalam mobil.
***
"Ekhem..." suarasang lelaki memecah keheningan yang terjadi sepanjang perjalanan ini.
Franda menoleh, "aku minta maaf ya? Udah ngerepotin kamu,"
" Kamu ada masalah?" Franda bingung harus menjawab apa. Ia terdiam. Hening kembali tercipta. Franda menghembuskan napas perlahan.
"Kalau kamu nggak mau cerita juga nggak pa-pa kok," Lelaki tersebut menyunggingkan senyumnya.
"Maaf ya?"
"Nggak pa-pakok. Aku anterin kamu ke Rumah Sakit ya? Kaki kamu berdarah, aku takut nantinya malah kenapa-napa,"
Hanya terdengar helaan napas dari hidung mereka. Dalam hati Franda merasa was-was. Beberapa saat mereka telah sampai. Ke luar dari mobil. Berjalan disepanjang koridor untuk menemui seorang dokter. Franda gugup. Saling menautkan jari jemarinya. Memberikan sinergi kekuatan. Mereka telah sampai di depan ruangan.
Franda masuk sendirian. Berharap benihnya baik-baik saja. Sejenak ia memejamkan mata kalasang dokter memeriksanya. Seusai memeriksa, sang suster membersihkan darah disepanjang kaki Franda. Tak disadarinya bahwa sang dokter telah selesai berbicara pada Bisma.
"Ayo, kita pulang," Franda terkejut, ia pikir ia akan dibiarkan begitu saja. Nyatanya sang lelaki masih punya nurani untuk tidak membiarkannya sendirian. Diam-diam Franda tersenyum kecil.
***
Sang lelaki tidak mengantarkan Franda ke kontrakannya. Pasalnya sedari tadi Franda pulas tertidur. Ia tak tahu alamat rumah Franda, tak tega membangunkannya. Kini sang lelaki turun dari mobil, menggendong Franda yang masih terlihat nyenyak alam mimpinya. Berjalan pelan menuju ruang apartemennya yang terletak di lantai tujuh. Terlihat angka 727 yang tertera pada papan. Ia terlihat kesulitan ketikamerogoh sakunya yang terselip kunci di dalamnya. Beruntungnya ada seseorang yang lewat di depan pintu apartemennya, dengan nada maaf ia meminta bantuan pada orang tersebut untuk membantunya membuka pintu. Ia mengangguk tersenyum ketika pintu berhasil terbuka.