Part 12

1 0 0
                                    


Sudah hari ketiga semenjak Franda dipindahkan ke ruang rawat bersamaan dengan bayinya. Dan masih belum ada tanda-tanda bahwa Franda akan sadar dari komanya seperti yang dikatakan olah dokter kepada Bisma. Bisma masih setia menunggu kesadaran Franda. Selalu ingin berada di dekat Franda. Pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya diserahkan kepada Alan.

Bisma menggenggam jemari Franda. Berharap Franda bisa terbangun meskipun harapannya belum tentu dikabulkan oleh Tuhan. Sepanjang malam Bisma selalu melantunkan ayat-ayat doa. Meminta kepada Tuhan agar Franda dapat cepat sadar dari bunga tidurnya. Bisma melirik ke arah incubator, tempat hangat bagi bayinya. Ada perasaan bahagia yang membuncah dihatinya. Merasakan kedamaian tersndiri meskipun bukan anak kandungnya.

Sebuah erangan lirih terdengar ke telinga Bisma ketika dirinya memejamkan mata sesaatnya guna melepaskan penat. Matanya berbinar terkejut. Secara perlahan Franda membuka matanya. Mencoba menormalkan pandangannya agar semakin jelas.

"Bisma..." kata pertama yang muncul dari mulut Franda.

"Nda, kamu udah sadar? Aku panggilin dokter dulu ya?" ucap Bisma cepat. Franda memegang jemari Bisma, kemudian menggelengkan kepalanya tanda tidak perlu untuk dipanggilkan dokter.

"Tapi, kamu..." ucapan Bisma terpotong dengan gelengan kepala Franda. Bisma mengalah. Tidak mau berdebat. Toh, nanti akan ada pemeriksaan rutin dari dokter, pikir Bisma.

Bisma mengangguk kemudian. Tersenyum ke arah Franda. Franda merasakan kejanggalan didirinya. Ada sesuatu yang kurang. Ia menatap ke perutnya. Sedikit membuncit namun tidak sebesar yang ia ingat. Pandangannya getir. Apakah terjadi sesuatu pada bayinya? Apakah ia kehilangan bayinya? Pandangan matanya menatap ke arah Bisma yang masih tersenyum menatapnya. Batinnya meragu ketika ingin bertanya pada Bisma. Airmatanya menetes. Bisma terkejut.

"Loh, kok kamu nangis sih? Kenapa?" tanya Bisma.

"Bayi aku mana, Bis? Kok perut aku jadi kecil?" tangis Franda. Sejujurnya Bisma ingin meledakkan tawanya di depan Franda. Ekspresi Franda sangatlah lucu menurutnya. Tapi, ia urungkan niatnya untuk tertawa. Franda menunjukkan ekspresi mata yang berkaca-kaca bercampur bingung.

"Bisma, jawab ih," tegur Franda.

Bisma menunjukkan isyarat pada Franda untuk melihat ke arah samping yang berseberangan dengan Bisma. Franda sedikit bingung dengan isyarat yang diberikan oleh Bisma padanya. Franda kemudian menuruti apa yang diisyaratkannya dengan menolehkan kepalanya ke samping. Franda melihatnya. Keharuan menjamah. Franda meneteskan airmatanya. Bahagia melanda batinnya. Bayi yang dikandungnya telah lahir. Bayi yang hadir dengan ketidakmauannya berubah menjadi bayi yang membuat hidupnya menjadi sempurna. Franda telah menjadi seorang ibu meskipun ia belum menjadi seorang istri. Sesaat kemudian ia menolehkan kepalanya kembali ke arah Bisma.

"Bisma..." panggilnya masih dengan haru.

"Hmm..." Bisma menggunggam seakan mengerti apa yang dipikirkan oleh Franda. Apa yang akan dikatakan oleh Franda, seolah Bisma mengerti semua apa yang ada di dalam pikiran Franda.

"I-itu beneran bayi aku?" suara Franda terdengar bergetar.

"Bayi perempuan kita, Nda. Cantik kayak kamu," sahut Bisma cepat. Franda yang masih manatap Bisma terharu mendengarnya. Tangisnya semakin pecah. Buliran airmatanya semakin deras mengaliri pipinya. Franda masih tidak menyangka bahwa Bisma masih mengatakannya sebagai bayinya.

"Kok nangis sih?" Bisma mengatakannya sambil mengusap pipi Franda yang terlalu banyak dialiri oleh airmatanya. Tetapi Franda semakin menangis melihat Bisma melakukannya seperti ini. Franda sadar, Bisma selalu memberikan perhatian kepadanya dengan ikhlas. Tidak menuntut apa-apa darinya. Bahkan Bisma selalu menghormati apa yang dilakukannya. Bisma menjadi salah tingkah dibuatnya. Bukannya tangis Franda mereda malah semakin menjadi.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang