Part 14

1 0 0
                                    


Bisma ke luar dari kamarnya. Melangkah ke kamar gadis kecilnya. Memasukinya secara perlahan. Bisma kemudian merapikan selimut gadis kecilnya. Mengecup keningnya hangat. Setelahnya mengucapkan kalimat yang menjadi rutinitasnya. "Selamat bobok dan mimpi indah ya, Rara Sayang." Bisma kemudian mematikan lampu kamar Rara. Terlihat banyak bintang di kamar Rara. Sinar dari proyektor yang membuat kamar Rara terlihat indah.

Jejak kaki telanjang Bisma menuruni anak tangga. Membuka pintunya pelan. Terdengar suara decitannya. Kemudian berjalan ke arah samping kanan rumahnya. Bisma dan Franda sudah tidak tinggal di apartemennya lagi. Rumah ini merupakan rumah orangtua Bisma yang sudah lama ia tinggalkan semenjak kematian mereka. Bukannya tidak ingin, hanya saja ketika ia datang ke rumah ini ada sesuatu di dalam rongga dadanya yang mengingatkan kenangan-kenangan indahnya bersama Kinar dan orangtuanya yang dalam waktu bersamaan tergantikan dengan satu kenangan buruk yang sulit terlupa. Lalu kemudian Bisma kembali lagi ke rumah ini, membawa Franda dan Rara. Berharap bisa menyembuhkan lukanya dari satu kenangan buruk dan ternyata berhasil.

Kini, hanya akan ada kenangan-kenangan indahnya bersama Franda dan Rara. Menuangkan impian-impian mereka kembali ke dalam wadah. Sedikit demi sedikit, Bisma mampu melupakan Kinar. Ia memang masih mencintai Kinar. Seperti yang selalu ia katakan, Kinar permanen di hatinya dan sulit dirubah. Tapi ternyata ia salah. Wanita yang bernama Franda justru mengubah persepsinya terhadap rasanya kepada Kinar. Franda mampu menempati sudut terdalam di hati Bisma. Menempatinya tanpa menggeser posisi Kinar. Siapa yang akan tahu ketika Frandalah yang menempati posisi tertinggi di dalam hati Bisma?

Bisma masih berjalan dengan kaki telanjang. Setapak demi setapak ia menjejakannya. Melewati jalanan dari kayu menuju ayunan di depan kolam ikan. Lalu Bisma menduduki ayunan tersebut. Ayunan yang menjadi kenangannya bersama Kinar dulu. Bisma menghela napas berat. Hatinya memang sudah dipenuhi dengan Franda. Bahkan pikirannya pun juga sama. Namun apakah Franda juga sama sepertinya?

***

Franda terbangun dari tidurnya. Merasa tidak nyaman. Ia menolehkan kepalanya ke samping. Tidak ada Bisma. Lalu menyingkap selimutnya. Berjalan ke arah kamar mandi yang terbuka. Tidak mungkin Bisma berada di dalam kamar mandi.

"Bisma..." panggilnya.

Kemudian Franda pergi ke luar. Melihat ke kamar gadis kecilnya. Bisma masih tidak ada. Jejak kaki telanjang Franda menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Membuka pintu rumah tanpa menutupnya. Matanya menyalang ke segala arah. Kemudian ia berhenti menyalang setelah mendengar suara decitan dari ayunan besi yang sudah berkarat.

Franda menghampiri Bisma. Melewati jalanan dari kayu. Sepertinya Bisma tidak sadar dengan kehadiran Franda. Terbukti dari matanya yang lurus ke depan kolam ikan. Franda beralih ke ayunan sebelah Bisma. Duduk lalu menggerakkan kakinya agar terayun. Gerakan lirih tercipta. Dalam sekejap Bisma menoleh. Terkejut dengan kehadirannya.

"Franda...," Bisma berucap masih dengan kekagetannya. Franda tersenyum.

"Kamu ngapain di sini? Di sini dingin, Nda,"lanjut Bisma.

"Ih, harusnya aku yang tanya, kamu ngapain di sini? Ntar kalo alerginya kamu kambuh gimana?" Franda membalas ucapan Bisma.

Bisma berdiri. Kemudian menggenggam jemari Franda. Lembut dan hangat. "Ayo masuk, nanti kamu sakit," ucapnya lirih. Franda menggeleng lemah.

"Kita di sini dulu ya, Bis," pinta Franda pada Bisma.

Bisma jongkok ke tanah berkerikil. Menghadap ke arah Franda. Masih menggenggam erat jemarinya. Matanya menatap mata Franda yang juga menatap ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Bisma lembut seraya mengusap pelan rambut Franda. Bisma seolah mengerti jika Frandanya sedang membutuhkan tempat bersandar.

Franda menghela napas berat. Masih ragu. Matanya menatap ke arah Bisma yang masih menatapnya dengan tatapan teduh khas Bisma yang menenangkan.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang