halo sobat prenjon😁
jawab dong, supaya aku bisa berinteraksi dengan kaliann.. jgn sungkan gengs, kita butuh 'pendekatan' hehee
jangan lupa bintang kecil dan komentarnya. tengkyuuu
sebagian part akan di privat, follow sebelum baca!
🌷🌷🌷🌷
IPA-1 dipulangkan terlebih dahulu. Karena tidak ada guru yang masuk, sebab kata pak Choi–guru olahraga yang mengajar di IPA-2—dan sempat memberitahu tadi. Bahwa guru matematika yang seharusnya mengajar di kelas IPA-1 itu izin karena anaknya akan melahirkan.
Dari yang tadinya sibuk mendinginkan suhu badan di bawah AC dan kipas angin karena jam pelajaran ke empat sampai jam ke enam mereka berolahraga. Sekarang mereka malah sibuk berkemas untuk pulang.
Dan itu keuntungan yang besar bagi murid IPA-1. Termasuk Zevan sendiri.
"Zel, singgah makan aja ya?" kata cowok itu seraya fokus menyetir. "Nanti lo nggak usah masak buat makan siang, malam baru masak lagi."
"Yaudah. Gue ikut kata lo."
"Mau makan apa?" tanya Zevan.
"Maunya lo apa?" tanya Zelfa balik bertanya.
"Ya gue tanya lo, mau makan apa. Malah nanya balik lo," balas Zevan agak nyolot.
"Kalo gue bilang terserah, lo pasti bakal bingung sih gue maunya makan apa," ucap Zelfa yang diangguki Zevan dalam hati.
Akhirnya mereka makan di restoran yang memang baru dibuka dan memang cukup ramai karena banyaknya anak sekolah yang singgah makan.
"Samaiin aja, deh," ujar Zelfa mengambil tisu lalu mengelap meja dengan tisu itu.
"Perasaan dari tadi samaan terus deh. Kenapa sih dek?" tanya Zevan. Netranya fokus melihat menu makanan.
"Setelah sekian lama. Kata itu muncul lagi," gumam Zelfa. "Apaan banget panggil gue dek dek."
"Cosplay."
"Jadi apa?"
"Pikir sendiri lah," jawab Zevan dengan senyum usil yang tercetak jelas di bibirnya.
"Gak bisa mikir. Gue udah laper soalnya," balas Zelfa, menyandarkan punggungnya di kursi.
Zevan mengangkat kepalanya untuk melihat Zelfa. Kemudian menggelengkan kepalanya beberapa kali–juga terdengar decakan dari mulutnya.
"Ulululu... kacian banget sih, cewekku ini," katanya mencubit pipi Zelfa.
Zelfa langsung tertawa kecil mendengarnya. "Jangan gitu deh, Zev. Gak cocok sama lo soalnya."
"Cocoknya gue panggil lo dek sama maniez kan?" tebak Zevan. "Oh jelas...."
Perempuan di depannya kembali tertawa. Cukup membenarkan perkataan Zevan. "Zev, bisa ngga lo jangan tengil. Seharian aja...," pinta perempuan itu meminum hot chocolate yang baru saja dibawakan oleh waiter.
Senyum mengejek terbit di bibir Zevan. "Are you seriously? Gue engga tengil sepuluh menit aja lo ketar-ketir."
Zelfa mencebikkan bibirnya. "Mana ada?"
"Jelas ada. Gue bicara serak basah aja lo keringat dingin."
"Engga," bantah Zelfa. Tentu dia membantah, Zelfa udah kebal sama perilaku Zevan setiap hari yang bikin Zelfa emosi—naik darah.
"Eh, hp gue mana ya?" tanya cewek itu meraba saku roknya dan mengecek tasnya. "Engga ada..."
"Ketinggalan di mobil kali," jawab Zevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEVAN
Teen FictionGimana rasanya nikah sama ketua geng motor? Rasanya ah mantap! Zevan dan Zelfa itu ibarat Tom and Jerry. Gak ada hari tanpa berantem. Sayangnya lagi, Zevan adalah musuh terbesarnya dari mereka sekolah menengah pertama! Tapi gimana kalo mereka disa...