"Hari Jumat dies natalis. OSIS mau buat acara apa?" tanya Zevan melirik Zelfa yang sibuk merapikan buku."Ini abis bel mau rapat," jawab Zelfa, menyimpan buku-bukunya di dalam laci. Bersamaan dengan itu, bel juga berbunyi.
"Lo ngga istirahat?" tanya Zelfa, bangkit dari duduknya. Zevan menggeleng pelan "Mau tidur bentar."
Zelfa mengangguk. Kemudian memanggil Afsheen yang katanya ingin pergi meminjam buku di perpustakaan–yang kebetulan melewati ruang OSIS.
"HEH MAU KEMANA??" panggil Nesa.
"Perpus, mau ikut?" kata Afsheen.
Nesa langsung menyengir. "Hehee..." Afsheen yang tau jawabannya langsung mendengus, menarik tangan Zelfa untuk segera pergi.
"Afsheen, ikut dongg!"
"Dalam rangka apa?" tanya Zelfa.
Nesa yang berjalan di tengah menoleh pada Zelfa. "Apanya?" tanya balik Nesa seraya menggandeng tangan keduanya.
"Ke perpus."
"Mau meningkatkan kualitas diri," balas Nesa.
"Iya?" tanya Afsheen juga.
"Heem, masa gue gini-gini terus sih? Gada perkembangan? Malu tau! Falisha sama Anya aja punya bisnis ayam goreng."
Zelfa menatap Afsheen yang juga menatapnya. Agak terharu ngedengar Nesa ngomong kayak gitu.
"Aaa bontot kita udah besar, Sheen."
Afsheen mengangguk setuju. "Heem..."
"Tapi gue kasih saran ya?" Zelfa memandang Nesa yang sedikit pendek darinya. Cewek itu hanya mengangguk. "Apa? Gue denger."
Zelfa berdehem sejenak, lalu menghela nafas.
"Bagus kalo mau meningkatkan kualitas diri. Tapi jangan terlalu dipaksa juga, pelan-pelan aja belajarnya. Kita udah anggap lo adik, karena lo yang paling lambat lahir di antara kita. Kalo mau minta tolong, minta tolong di kami, bakal dibantu kok kalo emang bisa, oke?"
Nesa tertegun dengan bibir yang melengkung ke bawah, netranya berkaca hendak menangis tapi diurungkan.
"Makasih, sayang sama kalian." Ia memeluk pinggang Zelfa dan Afsheen. "Jadi makin ngga rela kalo mau pisah," ucapnya mengingat kini mereka sudah kelas 12.
"Kita nggga bakal pisah, yakali," balas Afsheen tertawa. "Kita emang punya jalan masing-masing, tapi persahabatan kita jangan sampai putus."
Sesampainya di ruang OSIS, Zelfa menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Afsheen dan Nesa.
"Duluan ya, Ze," kata Nesa.
Zelfa mengangguk. Kemudian meraih knop pintu dan membukanya. Langsung disuguhkan dinginnya AC yang memang tidak dimatikan.
Perempuan itu berjalan ke arah meja berbentuk lingkaran yang biasa dipakai untuk rapat. Memeriksa beberapa berkas-berkas OSIS.
Meraih ponselnya di saku rok. Ia kemudian membuka obrolan grup.
OSIS SMATUL 22/23
Zelfa: tolong langsung ke ruang osis ya
Zelfa: rapat 5 menit lagi.
Zelfa: gue tunggu.
Cissa 12S4: otw👍🏻👍🏻
Raka 10PA1: gue otw kak
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEVAN
Teen FictionGimana rasanya nikah sama ketua geng motor? Rasanya ah mantap! Zevan dan Zelfa itu ibarat Tom and Jerry. Gak ada hari tanpa berantem. Sayangnya lagi, Zevan adalah musuh terbesarnya dari mereka sekolah menengah pertama! Tapi gimana kalo mereka disa...