01. Hilyah Nailatul Fairuzah.

11.6K 403 13
                                    

pisthamar follow yuk supaya nggak ketinggalan informasi.

Happy Reading.

*****

Seorang gadis yang memakai baju piyama berwarna hitam tengah bergelut dengan alam mimpinya, sampai-sampai ia tidak tau jika jam sudah menunjukkan pukul 05.40 yang artinya ia harus mengerjakan urusan rumah.

Tiba-tiba wanita paruh baya datang memasuki kamar seorang gadis itu dengan membawa sebuah ember berisikan banyak air didalamnya. Mulutnya tidak bisa diam, umpatan juga kata-kata kasar selalu keluar dari mulutnya.

Byur.

Air dalam ember tersebut jatuh dan langsung mengguyur habis tubuh dari gadis tersebut, mulai dari kepala sampai ujung kaki semuanya basah. Yang gadis ini rasakan adalah dingin sekali. Ini bukan kali pertamanya ia disiram oleh air, bahkan hampir setiap hari.

"BANGUN KAMU!!! DASAR ANAK SIALAN. SEHARUSNYA KAMU ITU BANGUN LEBIH AWAL, BUKANNYA JAM SEGINI BARU BANGUN. KITA SUDAH KELAPARAN!!!"

Wanita paruh baya itu menarik tangan gadis itu dengan paksa. Karena gadis itu tidak siap akhirnya terjatuh dari ranjang.

"Awww... sakit, Bu."

"Cepat bangun, terus kamu masak."

"I-iya, Bu, Hilyah bangun," gadis bernama Hilyah itu akhirnya menuruti perkataan ibunya. Kalau ia tidak menurut pasti akan mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi dari ini.

Rina, wanita yang baru saja mengguyur tubuh anaknya itu langsung  keluar dari kamar Hilyah sembari membawa ember ditangan kanannya.

Hilyah meneteskan air matanya, kenapa harus dia yang berada diposisi ini.

Karena tidak mau dimarahi untuk yang kedua kalinya, Hilyah masuk ke kamar mandi untuk mengganti seluruh pakaiannya yang basah.

*****

Pukul 06.45 Hilyah dan keluarganya telah menyelesaikan sarapan.

"Sayang... kamu nanti diantar sama Ayah aja ya, karena Ibu mau siap-siap ke arisan," ucap Rina.

Gadis yang dituju tersebut itu mengangguk, "Iya Bu. Ayah? Dara hari ini ada uang kas yang belum dibayar. Dara minta uang dong."

"Berapa, Nak?" tanya pria paruh baya. "Seratus ribu, Yah."

"Kok banyak banget, Ra. Biasanya kan satu minggu cuma dua puluh ribu kok kamu minta seratus ribu," kata Hilyah.

Dara tidak sempat menjawab ucapan kakaknya karena sang ibulah yang menjawab terlebih dahulu.

"Dara itu anak kesayangan kita. Kamu tidak boleh ikut campur, bahkan kalau Dara minta uang satu juta pun akan saya kasih. Paham kamu!" sentak Rina.

Hilyah hanya bisa mengangguk dan menghembuskan napasnya lelah. Dari dulu, orang taunya memang pilih kasih terhadap keduanya. Hilyah cemburu? Tentu saja. Siapa anak yang mau dibeda-bedakan kasih sayang orang tuanya, itupun termasuk pada dirinya.

Dari dulu, Dara selalu mendapatkan kasih sayang yang lebih dibandingkan dengan dirinya. Hilyah pernah protes, tapi ia malah mendapatkan tamparan keras dari Rina. Sejak saat itu ia tidak berani memprotes lagi, walaupun harus menanggung rasa sakit pada hatinya yang begitu dalam.

Dan rasanya percuma memprotes.

"Ibu? Dara pamit ya. Ayo Ayah kita berangkat nanti Dara telat, Yah," Dara mencium punggung tangan Ibunya. Kemudian menarik tangan Ayahnya agar segera bergegas pergi.

"Ayah berangkat ke kantor dulu, Bu," laki-laki bernama Reza itu mencium kening istrinya.

Rina mengangguk dan menyalim tangan suaminya. "Hati-hati Yah bawa mobilnya. Pelan-pelan," ucapnya sedikit berteriak.

Our Story (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang