12. Jujur.

2.2K 221 6
                                    

Setelah semua acaranya selesai, Hilyah langsung masuk dan mengunci diri dalam kamarnya. Gadis itu langsung membuka kerudungnya dengan kasar.

Hilyah duduk dikursi meja rias dan mulai menghapus make upnya dengan air mata yang menetes.

"Masa dua minggu lagi gue nikah. Masa gue juga harus pindah sekolah yang artinya gue juga gak bisa ketemu sama sahabat gue. Kalo gue sedih gimana? Yang biasanya Rey selalu nenangin gue kalau sedih, ini malah mau pisah nanti."

"Mamah ngapain sih jodohin Hilyah sama Gus Adzam yang sifatnya dingin, datar juga mukanya kayak triplek. Udah gak ada senyum-senyumnya lagi, pelit banget padahal tinggal senyum aja susah. Gue mau salaman aja nggak di tanggepin, sombong banget. Padahal tangan gue bersih."

"Gimana kalo udah nikah, bisa makan ati mulu gue."

Hilyah terus berucap dengan kesal sesekali mengeluarkan ingusnya.

"Dari sinetron yang gue lihat juga, orang datar itu kasar, suka bentak, mukul, biasnya juga tukang selingkuh. Tapi ada juga sih yang romantis, tapi kemungkinan nggak bakal berlaku buat Gus Adzam."

"Rasanya pengen kabur aja. Arghh, gak mau nikah sama Gus Adzammm."

Setelah selesai menghapus make upnya, Hilyah ke kamar mandi untuk mengganti baju dan juga membersihkan diri.

*****

Hilyah turun dari tangga dengan mata sembab dan langsung mendudukkan pantatnya di kursi.

"Mau makan apa, Non?" Tanya Bi Asih dengan lembut.

Hilyah menggeleng, "Kakek, Hilyah gak mau nikah. Batalin perjodohannya. Hilyah gak mau pindah sekolah, ninggalin kakek juga. Hilyah gak mauuu," runtuh sudah pertahanan Hilyah di depan kakeknya. Hilyah menangis dan terisak, memohon pada kakeknya agar membatalkan segera perjodohan konyol tersebut.

Arya menghela napasnya berat, "tadi malam setuju, kenapa sekarang minta dibatalkan?" Arya beranjak dari kursi dan menghampiri cucunya yang menangis.

"Hilyah gak mau. Hilyah masih muda. Kalo Hilyah nikah cita-cita Hilyah gimana? Gus Adzam juga datar gitu, kaya nggak suka lihat Hilyah, kakek... pokonya harus dibatalin."

"Kamu sudah menyetujuinya, Hilyah. Kalau kamu menolak dan membatalkannya, dia dan keluarganya juga akan kecewa, begitu juga dengan almarhumah Mamah kamu yang sangat ingin menjodohkan kamu dengan dia. Mamah kamu juga punya alasan menjodohkan kamu dengannya. Apalagi selain ingin melihat kamu bahagia dan juga ingin anak kesayangannya jadi wanita sholehah."

"Sekarang Hilyah harus mengalah demi kebaikan semuanya. Kakek juga lihat dia laki-laki yang baik. Dia juga janji kan mau bimbing Hilyah, artinya dia sungguh-sungguh dengan perjodohan ini."

"Hilyah lihat keluarga dia saat ketemu sama Hilyah? Bahagia kan?"

Hilyah mengangguk, "itu artinya kamu diterima baik oleh keluarganya. Jarang sekali ada orang yang tidak seberuntung Hilyah. Kakek juga tidak akan selamanya mengurus Hilyah. Kakek sudah tua dan kakek hanya ingin Hilyah berada ditangan yang tepat dan siap bertanggung jawab dengan Hilyah jika kakek tiada nanti."

Hilyah terdiam sejenak memikirkan ucapan Arya yang sangat membuat hatinya terbuka. Hilyah juga yakin jika kakeknya tidak akan memberikan dirinya pada orang yang salah.

"Oke, Hilyah akan melanjutkan perjodohannya, tapi Hilyah mau nikahnya disini dan tertutup. Hilyah juga mau saat Hilyah kesana, mereka merahasiakan petnikahan ini dan Hilyah nggak mau ada yang tau kalau Hilyah sama Gus Adzam udah nikah."

Arya menghela napasnya berat, jika sudah seperti ini mau bagaimana lagi, dari pada dibatalkan, "nanti kakek akan bicara sama mereka tentang kemauan kamu."

Our Story (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang