32. Sedikit Romantis.

2.6K 253 65
                                    

Setelah sholat isya berjamaah di Masjid, Hilyah tidak langsung kembali ke rumah dikarenakan ia ingin mengikuti pembelajaran malam ini, yaitu membaca kitab.

Hilyah membolak-balikkan kitab yang ada ditangannya tersebut. Dalam hatinya berkata 'kitab apa ini? Baru liat gue. Beda sama kemaren, yang kemaren tentang akhlak sekarang tentang apa ya? Tentang suami istri kali ya.'

Gadis itu malah tersenyum-senyum tak jelas.

"Hilyah, kenapa? Hayo, pasti sudah tau ya isi kitabnya?" kata Asya.

"Tau dari mana sih, kitab kemaren aja gue baru pegang apalagi kitab ini. Ini kitab apa sih?" tanya Hilyah pada Asya dan Syifa.

"Kitab Qurratul Uyun," jawab Syifa seraya malu-malu. "Kenapa cengar-cengir lo!"

Bukannya menjawab pertanyaan Hilyah, keduanya malah tetap melanjutkan senyum tak jelasnya. "Sudah dengerin aja, ilmu loh."

Hilyah mengangguk saja walaupun bingung kenapa dan ada apa dengan kitab ini.

Hilyah duduk sembari mendengarkan Ustadz Fadlan menerangkan materi yang disampaikan.

Hilyah membulatkan matanya karena sadar materi apa yang Ustadz fadlan jelaskan. Tapi, ia memilih untuk tetap mendengarkannya. Ilmu, batinnya.

Karena Hilyah duduk paling belakang, ia juga dapat melihat santriwan yang fokus mendengarkan. Apalagi dengan tatapan yang... argh.

Tadi materi tentang pernikahan, sekarang materi tentang anu-anuan.

Gue waktu belajar disekolah dan lihat para siswa dan siswi kok malah pada ngantuk waktu guru nerangin. Kok, ini malah pada semangat dan pada melek, biasanyakan belajar malam itu yang paling bikin ngantuk.

Aduh, mana ada Gus Adzam lagi di depan. Cakep bener Ya Allah.

Asya sama Syifa juga khusyu banget dengerinnya, padahal mereka belum nikah.

Lah, gue seharusnya udah pernah anu-anuan, secarakan gue udah halal sama Gus Adzam. Jangankan ciuman, lebihpun malah bagus dan jadi pahala.

Ternyata begini ya kehidupan para santri. Gue kira pada polos gitu, ternyata emang yang paling pro.

Aduh, kalo sampe Gus minta haknya gimana ya? Takut tapi penasaran juga rasa nikmatnya gimana. Apa bener juga kaya yang Ustadz Fadlan terangin. Aduh makin penasaran.

Katanya kalau istri minta duluan itu bagus dan bisa dapet surga, tapi gue malu lah masa minta duluan sama Gus. Nanti ajalah kalo Gusnya sendiri yang minta, tapi apa Gus mau ituan sama gue? Pastinya maulah siapa juga yang nggak nolak gue. Secarakan gue...

"Yang dibelakang! Kenapa senyum-senyum sendiri? Sudah saya bilang dari awal, jangan dibayangkan tapi dipelajari, ini juga buat pembelajaran jika kamu menikah nanti. Jangan menelan mentah-mentah ilmunya," tegur Ustadz Fadlan saat tak sengaja melihat seorang santriwati yang tengah tersenyum-senyum.

Hilyah memelototkan matanya. "Baik Ustadz."

"Wah, ternyata Hilyah membayangkannya bersama suaminya nanti," ucap Asya menggoda Hilyah.

"Nanti Hilyah dibayangkannya kalau sudah ada suami. Kalau belum jangan," sahut Syifa.

"S-siapa juga yang bayangin, g-gue cuma lagi bingung aja nggak paham sama materinya."

"Aku nggak percaya, buktinya kamu tadi senyum-senyum, pasti ngebayanginkan?" desak Asya.

"Terserah."

Lelah sekali Hilyah mempunyai teman seperti keduanya yang sangat hobi membuatnya emosi.

*****

Our Story (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang