33. Hampir Kehilangannya.

3.6K 242 134
                                    

Yang kangen aku, yang kangen aku, eh HilDzam maksudnya.

_______

Hilyah bergegas menghampiri kedua temannya, Asya dan Syifa, karena tadi baru aja ada seorang santriwati yang memberi tahunya jika kedua temannya tersebut menunggu dirinya dipinggir danau.

Entah ada keperluan apa mereka memintanya ketemuan disana. Tumben sekali, biasanya langsung datang menemuinya dan kenapa tidak di asrama atau tempat lain, kenapa harus danau? Pikiran Hilyah sedang positif dan hanya beranggapan bahwa keduanya sedang mencari udara segar dikarenakan kegiatan pesantren yang padat.

Hilyah membuka gerbang kecil yang menjadi pembatas antara danau dan juga area belakang pesantren.

Hilyah mengedarkan pandangan dan menoleh pada sekelilingnya, tidak ada siapapun disini. Apa mungkin Asya dan Syifa tengah pergi sebentar dan ia menunggu terlebih dahulu sampai keduanya kembali?

Sembari menunggu, Hilyah duduk di sebuah kursi panjang.

Di lain tempat, seorang gadis mengikuti gerak-gerik mencurigakan dari seseorang didepannya. Bukan tanpa alasan ia mengikutinya, tingkahnya sungguh mencurigakan karena orang itu sesekali ia menoleh ke belakang, seperti ingin memastikan tidak ada yang mengetahuinya.

Sesekali juga ia bersembunyi dibalik bangunan ataupun dibalik pohon supaya tidak ada yang curiga.

"Kok ke danau ya, bukannya nggak boleh dimasuki para santri apalagi ini mau maghrib. Seharusnya juga para santri harus siap-siap ke masjid buat sholat. Ini kok malah kesini, malah makin curiga aku sama dia."

Ia tetap mengikuti dari belakang.

Kembali lagi ke Hilyah.

Setelah lebih dari 15 menit menunggu, Hilyah beranjak dari duduknya dan melihat cahaya kemerahan yang indah karena matahari akan segera tenggelam.

"Cantik banget, Masya Allah."

Shhh.

"Pusing banget kepala gue, efek karena belum makan juga kayaknya."

Bukan karena tidak diberikan nafkah atau karena sedang berpuasa, Hilyah sebenarnya lapar tapi ia sangat malas untuk membuat makanan. Dan ia hanya makan saat sarapan pagi tadi.

"Kok Asya sama Syifa lama banget ya, udah mau maghrib juga nih. Tunggu sebentar lagi kali ya sampai mereka ke sini."

Hilyah berjalan mendekati danau.

Seorang gadis misterius yang sedari tadi mengintainya itu tersenyum miring, gadis itu melihat situasi sebelum memulai rencana jahatnya.

Karena sudah dirasa aman, gadis itu berjalan mengendap-endap di belakang gadis yang sedang melihat sunset di tepi danau. Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, gadis misterius itu langsung mendorong tubuh gadis berbalut gamis hitam itu ke danau.

Byur.

Suara air danau yang hampir menenggelamkan Hilyah yang malang didalamnya.

Berbeda dengan Hilyah yang berusaha tetap muncul kepermukaan, gadis yang baru saja mendorongnya tersenyum lebar karena rencananya berhasil. Ia harap korban tersebut akan segera mencapai ajalnya. Ia sudah menunggu waktu ini dari beberapa hari lalu dan sekarang waktu yang tepat untuk melakukan rencana busuk dan kejinya.

"Rasain kamu Hilyah, saya harap kamu mati. Selamat tinggal." Gadis itu langsung pergi dari tepi danau setelah ia menyunggingkan senyum jahatnya.

Tangan Hilyah terus ke atas untuk meraih benda apapun supaya ia tetap mengapung dan berusaha mengangkat kepalanya ke atas air dengan mulut yang terbuka, sesekali juga dirinya ngambil napas walaupun sulit. Napasnya mulai terengah-engah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Story (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang