02. Adzam Aflahul Dhiaulhaq.

5.2K 333 15
                                    


Happy Reading.
________

Panas terik matahari menerpa badannya. Cuaca hari ini sangat lah tidak mendukung untuk Hilyah. Karena dirinya telat datang ke sekolah berakhirlah dengan ia dijemur dibawah matahari seorang diri. Entah kenapa ia bisa sendirian dihukum, biasanya masih banyak siswa yang seperti dirinya.

Padahal waktu dirinya masuk, ia melihat seorang guru BK sedang menghukum murid yang telat, tapi sekarang ia malah dihukum sendirian disini.

Keberuntungan lagi bagi Hilyah karena ia hanya dihukum dengan dijemur sampai istirahat. Peraturan yang sering ia dengar bahwa jika ada yang telat datang akan dipulangkan, ini malah tidak.

Sekolah Hilyah termasuk sekolah yang lumayan ketat akan peraturan, tapi tidak membuat siswanya patuh. Entah sepertinya guru sudah lelah dengan sikap para muridnya, salah satunya juga Hilyah ini. Atau jyga karena gurunya tidak mau pusing menghadapi kebandelan para muridnya.

"Sumpah demi apapun, panas banget hari ini. Mana sendirian lagi gue dijemur," gumam Hilyah.

Hilyah melihat kearah jam yang ada dipergelangan tangannya.

"Lima menit lagi berasa satu minggu gue ada disini. Waktu cepatlah berputar aku sudah kelaparan," lanjutnya.

Mungkin ia lupa jika uang sakunya tidak diberikan oleh Rina.

"Untung gue kuat. Dijemur udah makanan sehari-hari gue. Nggak tau kapan ya gue bakalan jadi murid yang patuh sama peraturan. Kehidupan gue aja nggak jelas gini,"

Asik bergumam dengan dirinya sendiri, sampai ia lupa jika bel istirahat sudah berbunyi.

Tringgg.

"Akhirnya," Hilyah bernapas lega. Setelah lebih dari dua jam dihukum, akhirnya ia terbebas juga dari hukuman yang menyiksa kesabarannya ini.

Seorang laki-laki datang menghampiri dirinya dan langsung merangkul pundaknya. Dia adalah Reynaldi Arganta yang kerap ia sapa dengan sebutan Rey. Rey sendiri adalah sahabat dari Hilyah. Mereka sudah bersahabat dari SMP.

"Kebiasaan banget si lo dihukum,"

"Bisa lah. Lo kayak nggak tau aja gue gimana,"

Rey berdecak, " ck, terserah lo, Hil. Ayolah ke kantin gue laper banget. Tadi Pak Didi kasih soal banyak banget. Nggak ngotak tuh guru. Mending kalo soalnya kayak anak SD tambah-tambahan atau pengurangan, ini malah pemfaktoran kan gue kagak paham. Apalagi lo dihukum kan gak ada yang ajarin gue dan bocorin soalnya," cerocos Rey.

Hilyah terkekeh, "makanya belajar yang bener Rey. Jangan cuma ngandelin gue doang. Lo taukan kalo hari senin gue hampir telat mulu? Yaudahlah, ayo kita ke kantin," ajak Hilyah.

Rey mengangguk dan terus merangkul Hilyah, sesekali ia mengacak rambut Hilyah gemas. Hilyah hanya diam saat Rey mengacak-acak rambutnya, ditegur juga masih saja dilaksanakan.

Saat di perjalanan banyak pasang mata yang menatap keduanya. Banyak juga yang mengira jika mereka berpacaran, nyatanya tidak. Mereka hanya menganggap satu sama lain seorang sahabat tidak lebih, tapi tidak tau nantinya bagaimana.

"Ngapain lo lihatin kita berdua, mau gue colok," sentak Rey pada perempuan yang menatap keduanya sinis.

"Udah lah rey, jangan ladenin. Kayak nggak biasanya aja mereka lihatin kita,"

"Cemburu kali mereka lihat kita. Dasar jomblo,"

Rey itu salah satu most wanted disekolahnya. Jika bersama murid lain ia akan menunjukkan sifat dinginnya, berbeda jika ia bersama Hilyah, ia akan menunjukkan sifat hangat dan humoris, serta membuat dirinya harus banyak banyak bersabar.

Our Story (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang