00

16.2K 721 62
                                    

Jean menatap wanita yang sibuk menggeret koper itu masuk kedalam kamarnya.

Brukk..

"Tolongin kek apa kek! Malah bengong aja kaya sapi ompong." Ucap sanas jengkel.

"Kenapa lo bawa koper-koper itu kesini?"

"Kan sekarang gue tinggal disini, gimana sih."

"Iya tapi gak satu kamar juga sama gue."

Sanas mengernyit kan keningnya bingung "Terus, gue tidur dimana?"

"Kamar tamu." Ucapnya kelewat santai, sambil melepas ikat pinggang di celananya.

"Gak gak! Apaan. Gak mau gue. Kamar Lo kamar gue juga lah." Sanas langsung berjalan ke arah tempat tidur dan mendudukkan dirinya disana.

Sanas terkejut saat Jean tiba-tiba mencekik lehernya dan mendorong tubuhnya kebelakang.

"Lo sama gue itu gak ada hubungan apa-apa. Gue ya gue. Lo ya elo. Kamar atau apapun itu yang jadi milik gue, tetap milik gue seorang. Paham?"

Sanas terkekeh sinis "Terus, kecebong yang Lo tanem di perut gue menurut lo itu apa? Tai yang sewaktu-waktu bisa keluar kapan aja, gitu?"

Jean melepas cengkraman tangannya dileher sanas. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Pokonya gue gak mau. Gue nikahin lo karena terpaksa doang dan asal lo tau gue punya pacar."

"Pacar doang kan? Kalah jauh kali sama gue yang statusnya sah dimata hukum dan agama sebagai istri. Jangan lupa Jean, anak lo ada dirahim gue."

Sanas sedikit tidak terima untuk mengakui bahwa dirinya sudah hamil, diluar nikah pula. Tapi setidaknya ia sedikit beruntung, iya sedikit beruntung karena pria yang menghamilinya keturunan orang kaya. Setidaknya calon anaknya akan mempunyai masa depan yang terjamin, tidak seperti dirinya. Semoga.

"Gue bakalan akhiri hubungan ini." Ucap Jean.

"Silahkan. Kalau lo bisa lenyapin janin dirahim gue, dengan senang hati gue bakalan pergi." Sanas bangkit berdiri menghadap Jean yang berdiri menjulang didepannya.

"Tapi gue, ibunya. Gue gak akan biarin itu terjadi, gue bakalan lindungin darah daging gue."

Dengan santainya sanas melepas pakaiannya didepan Jean. Menyisakan celana pendek berwarna hitam ketat dan tank top hitamnya. Jean menelan ludah melihat body wanita itu, kok seksi

"Tatap teros!" Sanas meraup wajah Jean lalu tertawa kecil

"Ck, apaan sih."

"Elo yang apa. Kenapa liat-liat body gue. Naksir lo?"

"Gak bakal. Lo jelek."

Sanas menatap Jean penuh permusuhan.

"Oke. Awas aja nanti kalau gue udah tidur Lo curi-curi kesempatan, terus grepe-grepe tete gue. Btw tete gue montok tau Je." Ucapnya mengerling genit pada Jean. Masa bodoh dengan harga diri, toh harga dirinya sudah diambil cowok brengsek didepannya ini.

"Kek lonte tau gak."

"Ngelonte sama suami sendiri gak papa, ya kan cin." Sanas sengaja mencolek pelan bibir tebal Jean, lalu cepat-cepat naik ke atas kasur tak lupa menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Jean terkekeh kecil "Lucu." Kemudian menggeleng kuat-kuat "Gak apaan! Cewe gila."

🐧🐧🐧

"Jean bangunnnnn!"

"Hm."

"Bangun anjing! Udah jam setengah tujuh, lo mau berangkat sekolah jam berapa heh!" Sanas menarik-narik selimut yang membungkus tubuh Jean dengan brutal.

SWEET ROMANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang