🐜

5K 496 19
                                    

Pukul lima sore Jean baru saja sampai dirumah. Ia berjalan ringan memasuki rumah sambil menenteng plastik Indomaret di tangan kanannya. Dibelakangnya sesosok tuyul kecil berjalan mengikuti langkahnya, siapa lagi kalau bukan si pinut nya papah Jean.

Kwekkkk...

"Astaga!" Kaget Jean saat kakinya menginjak mainan bebek karet milik Alvin sampai menimbulkan suara. Ternyata mainan Alvin masih berceceran di ruang keluarga.

Jean meraih mainan bebek karet itu kemudian menoleh kebelakang melihat Alvin yang ikut berhenti berjalan tapi fokus dengan cup ice cream ditangannya.

"Vino mainannya kenapa berserakan di lantai?"

Alvin mendongak saat merasa namanya disebut "Kan Apin mainan papah."

"Iya, papah tau Alvin mainan. Terus kan mainanya udah selesai kenapa nggak diberesin, hm?"

"Kan Apin tungguin papah jadi na ndak sempetan lah."

Jean mendengus, pinter ngeles juga anaknya.

"Ayo taruh dulu ice cream nya. Alvin beresin mainan nya dulu." Pinta Jean kemudian melepas jas kantornya yang seharian melekat ditubuhnya. Meletakkan diatas sofa beserta plastik Indomaret berisi jajan Alvin yang tadi ia beli.

"Adek." Panggil Jean saat sang anak masih fokus memakan es cream nya. Alvin menyengir kemudian menyerahkan cup ice cream ditangannya pada sang papa.

Papa dan anak itu saling bekerja sama membereskan mainan yang berserakan diruang keluarga. Memasukan kedalam box main sebagian ditata didalam lemari khusus tempat menyimpan boneka, robot dan lego.

Hachim!

Ha—hachim!

Alvin menggaruk hidung kecilnya yang terasa gatal.

"Papah." Alvin berjalan mendekati papahnya.

Hachim!

"Kenapa?" Jean meletakkan kotak lego Alvin diatas meja lalu mendekati putranya dan berjongkok didepan Alvin.

"Gatal." Ucapnya masih terus menggaruk hidungnya sampai berubah warna menjadi merah.

"Jangan digaruk nanti sakit." Jean menjauhkan tangan kecil Alvin dari hidung supaya tidak terus-menerus digaruk.

"Gatal."

Jean mengusap-usap hidung kecil Alvin, ia juga meniupnya pelan.

"Napa tiup-tiup?"

"Biar jin nya pergi."

"Nanti ndak gatal lagi papah?" Jean menggeleng pelan sambil terkekeh.

"Hai hai ganteng-ganteng nya mamah." Sanas masuk ke dalam rumah, wanita dengan setelan kemeja berwarna pink dipadukan rok span diatas lutut berwarna hitam itu berjalan menenteng tas selempang nya dan sebuah paper bag.

"Mamahhh.." Alvin berlari kecil menghampiri sang mama lalu menubruknya dengan pelukan.

Cup

Cup

Cup

Alvin menciumi pipi mamanya membuat Sanas tertawa dibuatnya.

"Mamah dah pulang?" Alvin menangkup kedua pipi Sanas.

"Belom, itu hantu mamah." Ucap Jean di belakang, ia berjalan mendekati sang istri kemudian membungkukan tubuhnya untuk mengecup kening Sanas pelan.

"Bohong. Kalau ini hantu papah napa cium-cium? Kan hantu ndak boleh di cium."

"Hantu nya cantik, sayang banget kalau nggak di kiss."

"Belati kalau hantu na jelek papah ndak mau kiss?"

SWEET ROMANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang